/0/20818/coverbig.jpg?v=1b9fd5ebdef395b14ecb05f8ab82aed6)
Seorang pria yang merasa terjebak dalam rutinitas rumah tangganya mulai menjalin hubungan dengan rekan kerjanya. Perselingkuhan ini membawanya ke dalam dunia yang penuh gairah, namun juga rasa bersalah yang semakin menghancurkan dirinya.
Riko memejamkan mata sejenak, menghirup aroma kopi yang menggugah semangat. Suara klakson mobil dan deru mesin sepeda motor dari luar rumah menembus ketenangannya. Pagi itu, seperti pagi-pagi sebelumnya, ia duduk di meja makan, mengaduk kopi hitamnya dengan malas. Istrinya, Maya, telah menyiapkan sarapan: roti bakar dan telur dadar. Dua potong roti untuk dua orang, dan satu piring telur untuk anak mereka, Dika, yang masih mengantuk.
"Mau sarapan, sayang?" tanya Maya sambil tersenyum lembut. Rambutnya yang tergerai tertiup angin pagi, menambah kesan cantik di wajahnya. Namun, senyuman itu tidak dapat menghilangkan rasa penat di dalam hati Riko.
"Hmm, iya," jawab Riko sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Ia melihat Dika berlarian di halaman, melompati genangan air yang tersisa dari hujan semalam. Riko merindukan masa-masa itu, masa ketika ia masih memiliki impian dan gairah.
Setelah beberapa saat, Dika masuk dengan wajah ceria. "Ayah, lihat! Aku bisa melompat jauh!" katanya sambil menunjukkan aksi lompatannya yang seolah-olah bisa mengalahkan atlet Olimpiade.
"Bagus sekali, Dika!" Riko mencoba tersenyum, tetapi hatinya terasa kosong. Ia merasa seperti robot yang menjalani rutinitas tanpa makna.
"Riko, kamu sudah memutuskan mau kemana untuk akhir pekan ini?" tanya Maya sambil menyajikan makanan.
Riko mengangkat bahu. "Mungkin kita bisa ke taman, atau...," suara Riko mulai menghilang. Ia tidak tahu apa yang ingin mereka lakukan. "Atau mungkin kita hanya di rumah saja," lanjutnya.
Maya mendesah pelan, seolah memahami ketidakberdayaan suaminya. "Baiklah, kita lihat saja nanti. Dika pasti suka ke taman."
"Ya, Dika pasti senang," Riko menyetujui, meskipun hatinya seolah tidak merasakan kegembiraan yang sama.
Setelah sarapan, Riko berangkat ke kantor dengan pikiran yang penuh. Dalam perjalanan, suara radio mengalun pelan, memutar lagu-lagu lama yang mengingatkannya pada masa-masa indah. Ia sering merindukan kebebasan dan semangat yang pernah menggebu dalam dirinya.
Sesampainya di kantor, Riko disambut oleh suara rekan-rekannya yang sibuk berbincang. "Riko! Kamu sudah denger kabar terbaru tentang proyek itu?" sapa Andi, temannya.
"Belum," jawab Riko sambil melangkah ke mejanya. "Ada apa?"
"Luna yang baru masuk itu. Dia jadi pemimpin proyek kita. Semua orang antusias!" kata Andi dengan nada ceria.
Riko hanya tersenyum. Luna, rekan kerja yang baru, telah menjadi bahan pembicaraan di kantor. Ia mendengar bahwa Luna muda, cantik, dan sangat bersemangat. Meski begitu, Riko merasa jauh dari rasa ingin tahu. "Bagus," ucapnya sambil membuka laptop.
Hari-hari berlalu, dan Riko merasakan rutinitasnya semakin membosankan. Setiap hari, ia kembali ke rumah, lelah dengan pekerjaannya, tetapi pikiran Riko mulai melayang ke arah Luna. Di kantor, Luna menyapa dengan senyum hangat yang mampu menyentuh hati Riko yang kering.
Suatu sore, saat Riko berada di pantry, Luna masuk dengan membawa secangkir kopi. "Hai, Riko! Lagi istirahat?" tanyanya dengan ceria.
"Eh, iya. Cuma mengisi ulang energi," jawab Riko, berusaha tetap tenang.
Luna tertawa, "Mungkin kita bisa berbagi cerita sambil minum kopi? Aku merasa kita belum mengenal satu sama lain dengan baik."
Riko tertegun. Suara Luna menyingkirkan segala beban di kepalanya, membuatnya merasa lebih hidup. "Baiklah, ceritakan tentang dirimu," Riko menyanggupi.
"Hmm, aku baru pindah ke kota ini, dan segala sesuatunya terasa baru dan menakjubkan!" Luna bercerita, matanya berbinar-binar. "Aku suka berpetualang, dan pengalamanku di sini belum banyak. Bagaimana denganmu?"
"Ah, aku... mungkin sudah terlalu lama terjebak dalam rutinitas," Riko menjawab sambil tertawa kecil, tetapi di dalam hatinya, ia merasa terasing.
"Jangan bilang begitu! Kita semua butuh sesuatu yang baru untuk menggugah semangat," ujar Luna dengan optimisme yang menular.
Riko menatapnya. Mungkin inilah saatnya untuk mengubah hidupnya. Namun, suara kecil dalam hatinya bertanya, "Apakah itu benar? Apa yang akan terjadi dengan keluargaku?"
Di tengah percakapan yang mengalir, Riko merasa ada sesuatu yang mulai bangkit dalam dirinya. Sebuah kerinduan akan kebebasan dan kehidupan yang lebih berarti. Namun, saat Riko melangkah ke rumah malam itu, rasa bersalah menghantui langkahnya. Ia merasa terjebak di antara dua dunia-dunia yang nyaman tetapi membosankan, dan dunia baru yang penuh gairah namun berisiko menghancurkan hidupnya.
Malam itu, setelah seharian bertemu dengan Luna, Riko merasa gelisah. Ia duduk di ruang tamu, memandangi layar televisi yang menyala, tetapi pikirannya tidak dapat teralihkan dari senyuman Luna dan energi positif yang selalu ia bawa. Maya datang, membawa dua gelas teh hangat.
"Riko, kamu terlihat jauh. Ada apa?" tanya Maya dengan khawatir, duduk di samping suaminya.
"Hanya lelah, mungkin karena pekerjaan," Riko menjawab sambil tersenyum tipis, berusaha menutupi perasaannya yang sebenarnya.
Maya menatapnya tajam, seolah bisa membaca pikirannya. "Kamu pasti memikirkan sesuatu yang lebih dari sekadar pekerjaan. Jika ada yang mengganggu pikiranmu, bicaralah padaku," katanya lembut.
Riko merasa bersalah. Ia ingin berbagi segalanya dengan Maya, tetapi ia tidak ingin melukainya. "Benar, ini hanya... rutinitas yang membosankan. Mungkin aku hanya butuh waktu untuk diriku sendiri."
"Jangan lupa, kamu punya kami. Aku dan Dika selalu di sini untukmu," jawab Maya, menyentuh tangan Riko. Tangan lembutnya memberi sedikit ketenangan, tetapi rasa bersalahnya semakin mendalam.
Setelah Maya pergi ke dapur, Riko beranjak dari sofa dan melangkah ke jendela. Ia menatap malam yang gelap di luar, bintang-bintang bersinar, tetapi hatinya terasa sepi. Suara tawa Dika dari kamar di sebelah mengingatkannya akan kebahagiaan yang ada dalam hidupnya, namun ia merasa kehilangan semangat untuk menikmatinya.
Pagi berikutnya, Riko bangun lebih awal dari biasanya. Ia ingin menjernihkan pikirannya sebelum memulai rutinitas yang sama. Ia pergi ke taman dekat rumah untuk berlari. Udara pagi terasa segar, tetapi seiring ia berlari, pikirannya kembali pada Luna. Mengapa ia begitu menarik? Riko bertanya-tanya, tetapi tidak menemukan jawabannya.
Setelah berlari, Riko kembali ke rumah, bersiap-siap untuk bekerja. Saat ia menginjakkan kaki di kantor, kehadiran Luna membuatnya berdebar. "Pagi, Riko! Semoga kamu siap untuk rapat hari ini!" sapanya ceria.
"Pagi, Luna. Tentu, aku siap," jawab Riko, berusaha menyembunyikan rasa canggungnya.
Rapat dimulai, dan Luna tampil percaya diri, mengemukakan ide-ide segar yang memukau rekan-rekan lainnya. Riko tidak bisa tidak terpesona melihatnya, bagaimana ia berbicara dengan penuh semangat, seolah dunia ada di telapak tangannya.
Setelah rapat, Riko menghampiri Luna. "Kamu luar biasa di rapat tadi. Semua orang terkesan," puji Riko, sambil merasa sedikit gugup.
"Terima kasih, Riko! Aku sangat bersemangat tentang proyek ini. Semoga kita bisa membuatnya berhasil!" jawab Luna dengan senyum menawan.
Senyuman itu kembali menggetarkan hati Riko. "Tentu, aku akan melakukan yang terbaik." Ia merasa ada koneksi yang kuat di antara mereka, dan hal itu membuatnya terjebak dalam kebingungan.
Hari-hari berikutnya, interaksi antara Riko dan Luna semakin intens. Mereka sering makan siang bersama, berbagi cerita, dan tertawa. Riko merasa hidupnya mulai berwarna kembali, tetapi rasa bersalahnya juga semakin menumpuk. Setiap tawa yang ia bagi dengan Luna membuatnya merasa semakin jauh dari Maya dan Dika.
Suatu hari, saat mereka selesai makan siang, Riko dan Luna berjalan-jalan di taman. Luna bercerita tentang impian dan harapannya. "Aku selalu ingin menjelajahi dunia, mencoba hal-hal baru. Apa kamu tidak merasa terjebak dalam rutinitas?" tanyanya sambil menatap langit biru.
Riko tertegun. "Kadang-kadang, ya. Tapi aku juga punya tanggung jawab... Keluarga," jawabnya, suaranya bergetar sedikit.
"Dan itu bagus! Tapi, hidup terlalu pendek untuk hanya menjalani rutinitas. Kita harus berani bermimpi!" Luna menatap Riko dengan tatapan penuh harapan, seolah mengajak Riko untuk ikut bersamanya.
Mendengar kata-kata itu, Riko merasakan gelombang emosi. Ia ingin mengikuti impian itu, tetapi di sisi lain, hatinya terikat pada keluarganya. "Kamu benar, Luna. Aku... hanya merasa bingung."
"Jangan takut untuk merasakan kebahagiaan, Riko. Hidup ini berharga," ujar Luna, menjabat tangan Riko sejenak, memberikan kehangatan yang tak terduga.
Riko terdiam, merasakan jantungnya berdebar kencang. Namun, saat itu juga, suara hati kecilnya mengingatkannya akan Maya dan Dika. "Aku harus pulang," ucapnya pelan, sambil melepaskan genggaman tangan Luna.
Setelah kembali ke rumah, Riko tidak bisa menghilangkan perasaan yang mengganjal. Di hadapan Maya, ia berusaha untuk terlihat normal. Namun, semua yang terjadi membuatnya merasa terpecah. Maya menyiapkan makan malam dengan penuh kasih sayang, tetapi Riko merasa tidak layak menerima semua itu.
Ketika mereka duduk makan malam, Dika tiba-tiba bertanya, "Ayah, kenapa kamu sering terlihat serius akhir-akhir ini?"
Riko tersentak. "Tidak ada apa-apa, Nak. Hanya banyak pekerjaan," jawabnya sambil tersenyum, meskipun hatinya terasa berat.
Maya menatap Riko dengan khawatir. "Riko, jika ada yang ingin kamu bicarakan, aku di sini untukmu," katanya lagi, suaranya lembut tetapi penuh keprihatinan.
"Terima kasih, Maya. Aku... aku akan baik-baik saja," Riko menjawab, tetapi di dalam hatinya, ia tahu bahwa segala sesuatunya semakin rumit. Rasa bersalahnya terus menggerogoti, dan pertanyaan tentang kebahagiaan semakin membebani pikirannya.
Malam itu, Riko tidak bisa tidur. Ia terjaga, menatap langit yang berbintang dari jendela. Apakah ia benar-benar ingin terus terjebak dalam rutinitas ini, atau berani mengambil langkah menuju sesuatu yang baru? Dalam keraguan dan kebingungan, ia hanya bisa berharap menemukan jalan keluarnya sebelum semuanya terlambat.
Bersambung...
Seorang istri yang curiga terhadap suaminya mulai mencari tahu tentang hubungan rahasia yang suaminya jalani. Perselingkuhan ini mengarah pada pengkhianatan yang lebih dalam, memaksanya mengambil langkah drastis untuk melindungi dirinya sendiri.
Seorang pria yang merasa kehilangan gairah dalam pernikahannya menemukan kembali cinta lama yang tak pernah benar-benar pudar. Namun, di balik tatapan penuh cinta itu, ia juga menemukan rahasia yang mengancam kehidupannya yang nyaman.
Seorang wanita terjebak dalam pernikahan tanpa cinta memutuskan untuk mencari kebahagiaan dari masa lalunya. Namun, ketika perselingkuhannya terungkap, ia harus menghadapi pilihan untuk memperbaiki atau meninggalkan hidupnya yang sudah dibangun.
Seorang istri yang selalu setia tiba-tiba menemukan bukti perselingkuhan suaminya. Ketika ia berusaha mengungkap kebenaran, ia justru menemukan lebih banyak kebohongan yang suaminya simpan selama ini.
Seorang pria mulai menerima surat-surat dari dirinya sendiri yang tertanggal 10 tahun di masa depan, memperingatkannya tentang kejahatan yang belum terjadi. Dia harus menggunakan informasi tersebut untuk mencegah pembunuhan, sambil mencari tahu siapa sebenarnya yang mengirim surat-surat itu.
Seorang jurnalis pergi ke hotel tua yang terkenal dengan cerita-cerita hantu untuk menulis artikel. Namun, saat tamu-tamu hotel mulai menghilang satu per satu, jurnalis tersebut menemukan bahwa ada lebih banyak kebenaran dalam cerita-cerita hantu itu daripada yang pernah dia bayangkan.
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Usia terkadang tidak menjadi patokan buat seseorang bisa berbuat lebih dewasa. Banyak faktor yang memperngaruhinya, termasuk salah pergaulan. Khusus pembaca yang pernah mengalami gejolak hasrat cinta dan birahi masa remajanya, tentu kisahku ini akan sedikit memberikan kesan dan nostalgia terindah masa-masa remajanya. Sengaja disajikan utuh memotret masa beberapa tahun yang lalu, agar siapapun yang pernah merasakan bangku SMA dan dunia perkuliahan, bisa lebih menghayatinya. Namun demikian pada beberpa bab kisah ini hanya cocok buat dewasa karena mengandung adegan dewasa, mohon bijak dalam memilih bab-bab tertentu