[Menantumu sakit, Bu Nur? Sayang sekali. Padahal aku suka cara dia bekerja. Terpaksa aku harus cari karyawan lain,] Suara wanita di rekaman itu terdengar jelas. [Iya, Amira sudah sebulan hanya bisa berbaring saja. Kedua kakinya lumpuh. Kata dokter gejala stroke ringan. Oleh karena ini aku sangat terpukul. Sedih sekali rasanya, sebab kasihan sekali melihat Habib, karena istrinya sakit begini, Habib harus mengurus dirinya sendiri.] [Semoga Amira lekas sembuh, ya. Amiin.] [Amira tidak akan sembuh, Bu Sarah. Dia terserang stroke. Tidak mungkin sembuh lagi. Oleh karena ini aku memilih untuk menyuruh Habib menghalalkan Laila. Aku dan Habib sudah bicara soal ini dan dia setuju. Selanjutnya aku akan membicarakan hal ini pada Amira] "Ya Allah," Amira mengelus dada, lebih tepatnya ia terkesiap. [Apa? Menikahi Laila maksudnya?]
Bab 1
[Menantumu sakit, Bu Nur? Sayang sekali. Padahal aku suka cara dia bekerja. Terpaksa aku harus cari karyawan lain,]
Suara wanita di rekaman itu terdengar jelas.
[Iya, Amira sudah sebulan hanya bisa berbaring saja. Kedua kakinya lumpuh. Kata dokter gejala stroke ringan. Oleh karena ini aku sangat terpukul. Sedih sekali rasanya, sebab kasihan sekali melihat Habib, karena istrinya sakit begini, Habib harus mengurus dirinya sendiri.]
[Semoga Amira lekas sembuh, ya. Amiin.]
[Amira tidak akan sembuh, Bu Sarah. Dia terserang stroke. Tidak mungkin sembuh lagi. Oleh karena ini aku memilih untuk menyuruh Habib menghalalkan Laila. Aku dan Habib sudah bicara soal ini dan dia setuju. Selanjutnya aku akan membicarakan hal ini pada Amira]
"Ya Allah," Amira mengelus dada, lebih tepatnya ia terkesiap.
[Apa? Menikahi Laila maksudnya?]
[Apalagi kalau bukan? Itu bukan dosa, kenapa kau harus terkejut?]
[Bukan begitu, tapi bagaimana kalau Amira tidak mau bermadukan Laila? Rasanya itu terlalu cepat. Kasihan Amira.]
[Bu Sarah, Amira wanita yang sakit, sehingga tidak bisa menunaikan kewajibannya sebagai istri. Bukankah itu adalah salah satu alasan dihalalkannya poligami? Lalu apa salahnya? Anakku laki-laki, Bu Sarah. Ia membutuhkan wanita yang sehat. Bukan yang sakit. Kalaupun Amira menolak keputusan ini, maka kita sudah tahu jawabannya, wanita yang menolak poligami adalah kufur.]
"Astagaa!" Amira menahan sesak di dada. Ia matikan rekaman itu di ponsel Yoona. Sudah tak sanggup baginya untuk mendengar lebih lanjut.
"Darimana Yoona mendapatkan rekaman ini? Mengapa dia tidak cerita padaku?" batin Amira dengan linangan airmata.
"Begitukah nasib perempuan yang sakit? Jika sudah tidak berguna, dengan mudah akan diganti dengan yang lain? Ya Allah, kuatkan aku untuk ikhlas! Aku ikhlas dan itu harus!" Amira membatin.
Hati wanita itu tergores amat dalam. Bagaimana tidak, sudah dua minggu ia berbaring di rumah sakit ini, Tanpa didampingi suami. Sekarang tiba-tiba mendengar rekaman suara seperti itu. Amira sungguh tak siap dengan ujian bertubi-tubi ini.
Tapi inilah hidup. Kecewa dan sakit adalah takdir. Namun kehendak Tuhan pastilah yang terbaik.
***
"Na, tolong ambilkan ibu minum, Nak!" Suara Amira, istriku terdengar amat lirih. Perintahnya tertuju pada Yoona, putri semata wayang kami. Padahal aku berada lebih dekat dengannya.
"Biar aku yang ambil ya," kilahku.
"Tidak usah, Mas! Biar Yoona saja!"
Karena kedua kakinya terserang stroke sejak satu bulan lalu, wanita ini hanya mampu berbaring di pembaringan. Ia terlihat lemah dan rapuh.
Tatapan matanya pun kosong. Ia bersikap dingin padaku.
Hatiku bertanya-tanya ada apa dengan wanita ini? Apa dia marah denganku? Lalu apa salahku? Sejak tadi aku datang, dia seperti tak menggubris kehadiranku. Apa karena aku baru saja bisa menjenguknya hari ini? Padahal sebelumnya aku sudah memberitahunya bahwa aku akan keluar kota. Apa mesti harus marah atas suatu hal yang sudah ku beritahu? Terkadang aku capek menghadapinya.
"Mau makan?" Tanyaku berusaha ramah padanya.
Dia diam saja. Hanya kepalanya saja yang menggeleng. Wanita ini memang keras kepala. Sudah sakit, rewel pula.
Aku mendengkus. Sejak Amira sakit, aku begitu kerepotan. Tidak ada yang mengurus semua keperluanku. Jadi otomatis semua kuurus sendiri. Yoona sama sekali tak cekatan seperti ibunya. Alasannya dia ingin mengurus Amira, ibunya.
Diam-diam aku jadi sangat mempertimbangkan ucapan ibuku di beberapa waktu belakangan ini. Dan aku berpikir, memang aku membutuhkan itu.
Tapi aku bingung bagaimana caraku mengutarakan niat ini pada Amira. Aku tahu Amira wanita yang baik dan paham pasal hal itu. Tapi tetap saja. Aku sedikit agak kurang tega. Karena ketidakberdayaanku, aku sudah mendiskusikannya dengan ibuku. Mungkin saja ibu sudah terlebih dahulu bicara padanya.
"Amira," aku mendekat padanya.
"Ya," jawabnya datar.
"Apa ibu sudah bicara padamu?" aku memulai.
"Ya." Jawabnya singkat. Aku menatap langit-langit. Ooh, pantasan dia bersedih. Ternyata ibu sudah membicarakan perihal rencana itu. Sekarang aku tahu mengapa sikapnya berubah. Tak apa, tugasku sekarang adalah menghibur hatinya.
"Aku sangat mengharap supaya kamu cepat sembuh, Amira. Supaya kita bisa seperti biasanya lagi." Aku memulai.
Dia masih diam, tapi tak menatapku.
"Mira, kau dengar aku, kan?" Aku menatapnya.
"Ya, aku dengar, Mas."
Aku menarik nafas. Menyusun kata untuk ku ucap.
"Aku tahu mungkin saja ucapan ibu bisa melukaimu. Tapi aku tak bermaksud buruk padamu. Lagipula ibu berkata cukup sopan, bukan? Jadi kurasa itu tidak masalah."
Amira menatapku datar. Kuharap dia mencerna ucapanku dari sudut pandang positif.
"Selama ini kamu telah melayaniku sedemikian rupa. Sampai-sampai aku tak pernah merasa kurang suatu apapun."
Lagi-lagi aku menarik nafas.
"Kamu istri terbaik yang pernah kutemui. Kamu paham agama bahkan melebihi aku. Aku salut padamu. Tapi sayangnya sekarang keadaanmu tidak memungkinkan untuk menunaikan kewajiban itu."
"Maaf kalau sekarang aku tak bisa melayanimu seperti sebelumnya!" ujarnya memotong. Tapi suaranya teramat datar.
Aku menatapnya lebih lekat.
"Mir," kulembutkan suara.
"Ya,"
"Maafkan aku, Mir." Aku mendekat dan menggenggam tangannya.
"Sebelumnya aku minta maaf sekaligus mengucapkan terimakasih banyak padamu, Mira"
"Bicaralah terus terang! Jangan terlalu bersimpang siur. Nanti aku jadi tak mengerti apa yang sebenarnya ingin Mas katakan." Ia berkata.
"Baiklah,"
Aku terdiam beberapa saat. Menyiap kata agar tetap terkesan baik di telinganya. Dia wanita paham agama, bukan? Jika dia beriman pada tuhannya, tentu ia menerima niat ini.
"Kemarin pak haji Hasbullah datang ke rumah kita membawa serta Laila."
Kuperhatikan mimik wajahnya. Terlihat tenang, bahkan ketika aku menyebut nama Laila.
"Pak Haji Hasbullah, kau tahu dia Haji tersohor di pesantren Arrahmah, kan? Nah melihat keadaanmu sekarang, kemarin beliau datang bermaksud menghalalkan Laila untuk rumah tangga kita."
"Laila bisa membantu merawatmu dan membantu kita. Laila juga menjadi penghalang bagiku untuk menjaga pandanganku dari wanita lain. Dan jika Allah menghendaki, dari Laila kita bisa dikaruniai anak laki-laki yang sudah sejak lama kita idam-idamkan. Bukankah itu merupakan sebuah berkah yang patut disyukuri?" Ucapku.
Aku berkata sepelan mungkin. Ya Tuhaan, mengapa dia diam saja?
Kuharap ia mengerti kemana arah pembicaraanku.
"Sebelumnya maaf, Amira. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Kau wanita hebat. Ladang pahala menunggumu. Berbaktilah pada Yang Maha Kuasa dengan keikhlasan. Allah tak melarang niatku ini. Bahkan Rasul menyunnahkannya. Iklhas dalam iman lebih hebat dibanding melawan kehendak Allah, Amira. Aku insyaallah sampai akhirat nanti meridhoimu. Kau bisa memilih pintu surga yang manapun kau suka."
Amirah diam. Hanya sesekali ia menarik nafas agak panjang. Aku kira ucapanku sudah sangat baik, kan? Tak ada yang menyinggung sama sekali. Tapi kenapa wanita ini masih diam? Kenapa dia terlihat tenang? Tidakkah ia marah?
Amirah memang wanita hebat. Terbukti ia tak membantah ucapan imamnya.
"Amira, tentu kamu masi ingat hadis ini, kan?"
"لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللَّهِ ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ
لِزَوْجِهَا
"Kalau aku (harus) memerintah seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, aku akan perintahkan perempuan untuk bersujud kepada suaminya."
"Aku yakin kau salah satu dari wanita sholehah itu."
Amira meraih air minum di sampingnya. Ia masih belum bicara juga. Ekspresi wajahnya tetap sama seperti tadi. Tak ada yang berbeda. Apa dia tak kaget dengan ucapanku? Mengapa ia tak melakukan sesuatu? Menangis misalnya.
"Mas, nikahilah Laila. Aku tidak mengapa." ucapnya.
Astaga! Apa katanya? Nikahilah Laila?
Aku tak menyangka ia akan berkata begitu. Terlebih lagi ucapannya sangatlah ringan. Semudah itu.
"Pikiranmu benar, Mas. Aku tak bisa melayanimu dalam keadaan sakit begini. Semoga Laila bisa menggantikan peranku."
Dia bilang pemikiranku, apa dia tahu apa yang aku pikirkan. Ah Ibu memang hebat. Dengan mendengar ucapan ibu, Amira bisa berlapang dada sehebat ini.
"Maafkan aku, Amira!"
"Tidak apa. Pulanglah, dan segeralah urus pernikahanmu dan Laila."
Aku terlonjak, bisa karena bahagia ataupun haru. Baru saja aku akan memeluknya, tiba-tiba Yoona datang dengan sorot mata tajam seakan ingin menyerangku.
"Tak usah sentuh ibuku!"
Ada apa dengan anak ini?
Aku sengaja mengabaikan sorot mata Yoona yang masih terlihat tak menyukaiku. Apa tadi dia mendengar ucapanku pada ibunya? Tak mungkin. Dia baru saja datang. Tapi medkipun benar itupun tak apa, anak itu tak masalah, anak itu bukan ancaman.. Memang apa yang bisa dia perbuat untuk melawan keputusanku?
Apa jadinya Jika Keuangan rumah tangga malah dihandle oleh mertua? Apa jadinya jika suami dituntut untuk menuruti kata-kata ibunya? akankah rumah tangga tersebut akan berakhir bahagia?
"Walaupun statusku hanya sebagai istri kedua, tapi aku bisa bangga, sebab aku bisa lebih taat agama di banding istri pertama suamiku. Dan juga aku lebih cantik," ucap Fika dalam hati.
Aku kaget ketika mengetahui jika Arza, suamiku memiliki hubungan khusus dengan Zorah. Padahal selama ini akulah yang menanggung biaya hidup Zorah, istri mendiang kakakku tersebut.Beginikah cara Zorah membalasku? Aku tak akan diam. Akan kupersembahkan kejutan demi kejutan untuk dua pengkhianat ini.
Karena belum dikaruniai buah hati, seorang istri mengizinkan suaminya menikahi wanita lain. Namun siapa tahu pernikahan kedua suaminya itu adalah sebuah petaka.
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Bagaimana jika keponakan yang dititipkan oleh kakak perempuan nya mulai mengacaukan seluruh tatanan kehidupan nya. Gadis kecil yang dia sangka polos menyimpan cinta mendalam untuk dirinya, memancing hasrat nya berkali-kali hingga pada akhirnya satu malam panas terjadi di antara mereka. Bagaimana caranya dia meminta restu kepada kakak nya sendiri untuk hubungan yang jelas di anggap tidak mungkin untuk semua orang. Namun siapa sangka satu kenyataan dimasa lalu terbuka secara perlahan soal hubungan mereka yang sesungguhnya.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Selama tiga tahun yang sulit, Emilia berusaha untuk menjadi istri Brandon yang sempurna, tetapi kasih sayang pria itu tetap jauh. Ketika Brandon menuntut perceraian untuk wanita lain, Emilia menghilang, dan kemudian muncul kembali sebagai fantasi tertinggi pria itu. Menepis mantannya dengan seringai, dia menantang, "Tertarik dengan kolaborasi? Siapa kamu, sih?" Pria tidak ada gunanya, Emilia lebih menyukai kebebasan. Saat Brandon mengejarnya tanpa henti, dia menemukan banyak identitas rahasia Emilia: peretas top, koki, dokter, pemahat batu giok, pembalap bawah tanah ... Setiap wahyu meningkatkan kebingungan Brandon. Mengapa keahlian Emilia tampak tak terbatas? Pesan Emilia jelas: dia unggul dalam segala hal. Biarkan pengejaran berlanjut!
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Dia adalah seorang dokter luar biasa yang terkenal di dunia, CEO dari sebuah perusahaan publik, tentara bayaran wanita yang paling tangguh, dan seorang jenius teknologi papan atas. Marsha, seorang wanita dengan sejumlah besar identitas rahasia, telah menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya untuk menikah dengan seorang pria muda yang tampaknya miskin. Namun, pada malam pernikahan mereka, tunangannya, yang sebenarnya adalah pewaris yang hilang dari keluarga kaya, membatalkan pertunangan dan membuatnya mengalami hinaan dan ejekan. Setelah pengungkapan identitasnya yang tersembunyi, mantan tunangannya tertegun dan dengan putus asa memohon pengampunannya. Berdiri dengan protektif di hadapan Marsha, seorang tokoh terkemuka yang sangat berpengaruh dan menakutkan menyatakan, "Ini istriku. Siapa yang berani merebutnya dariku?"