/0/20058/coverbig.jpg?v=c807a445dec7d847ab26c6e7828e80ef)
Naya melangkah cepat, sepatu hak tingginya mengetuk lantai marmer koridor kantor dengan irama yang familiar. Wajahnya, yang biasanya memancarkan keceriaan, tampak lesu. Matanya, yang biasanya berbinar dengan semangat, kini redup, seolah memendam beban berat.
Naya melangkah cepat, sepatu hak tingginya mengetuk lantai marmer koridor kantor dengan irama yang familiar. Wajahnya, yang biasanya memancarkan keceriaan, tampak lesu. Matanya, yang biasanya berbinar dengan semangat, kini redup, seolah memendam beban berat.
Naya adalah seorang wanita karir yang sukses. Di usia 28 tahun, ia telah menapaki tangga karir dengan cepat, menduduki posisi penting di sebuah perusahaan terkemuka. Namun, di balik kesuksesannya, Naya merasakan kesepian yang mendalam. Ia merasa kehilangan sesuatu yang penting dalam hidupnya, sesuatu yang tak tergantikan oleh kekayaan dan jabatan.
Hari ini, Naya merasa lebih lelah dari biasanya. Ia baru saja menyelesaikan presentasi penting yang menguras seluruh energinya. Ia ingin segera pulang, berendam di bathtub hangat, dan melupakan sejenak hiruk pikuk dunia korporat.
Saat Naya hendak keluar dari kantor, ia tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang. Ia tersentak, tubuhnya terhuyung ke belakang. Ia menoleh, mendapati seorang pria dengan wajah yang tampak biasa-biasa saja, namun memiliki aura yang tak bisa ia abaikan. Matanya, yang berwarna cokelat gelap, menatapnya dengan intens, membuat Naya merasa sedikit gugup.
"Maaf, Nona. Saya tidak sengaja," kata pria itu, suaranya tenang dan lembut.
"Tidak apa-apa," jawab Naya, berusaha untuk tenang. "Saya yang kurang hati-hati."
Naya hendak berlalu, namun pria itu memanggilnya. "Nama saya Aksa. Dan Anda?"
"Naya," jawab Naya singkat.
"Senang bertemu denganmu, Naya," kata Aksa, tersenyum tipis.
Senyum Aksa, yang tak terlalu lebar, membuat jantung Naya berdebar kencang. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada pria ini, sesuatu yang membuatnya penasaran.
"Saya harus pergi," kata Naya, berusaha untuk mengendalikan debar jantungnya. "Selamat malam, Aksa."
"Selamat malam, Naya," jawab Aksa.
Naya berlalu, meninggalkan Aksa yang masih berdiri di sana. Ia merasakan tatapan Aksa masih mengikuti langkahnya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang membuatnya tidak bisa melupakan pertemuan singkat ini.
Di dalam taksi, Naya masih memikirkan Aksa. Ia bertanya-tanya apa yang membuatnya begitu tertarik dengan pria yang baru dikenalnya itu. Ia merasa ada sesuatu yang istimewa pada Aksa, sesuatu yang membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang pria itu.
Sesampainya di rumah, Naya langsung menuju kamar mandi. Ia berendam di bathtub hangat, berusaha untuk melupakan sejenak pikirannya yang kacau. Namun, wajah Aksa terus berputar-putar di kepalanya.
Naya merasa pertemuannya dengan Aksa bukanlah kebetulan. Ia merasakan ada takdir yang membawa mereka bertemu, takdir yang mungkin akan mengubah hidupnya selamanya.
Keesokan harinya, Naya kembali ke kantor dengan perasaan yang berbeda. Ia tak sabar untuk bertemu Aksa lagi, untuk mengetahui lebih banyak tentang pria yang telah mengusik hatinya. Namun, Aksa tak kunjung muncul. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, Naya tak pernah bertemu Aksa lagi.
Ia mencoba melupakan Aksa, namun takdir seolah mempermainkannya. Naya bertemu Aksa lagi di sebuah kafe, tempat yang tak pernah ia kunjungi sebelumnya. Aksa sedang duduk di sudut kafe, membaca buku. Naya terkesima melihat Aksa yang begitu tenang dan khusyuk membaca. Ia merasa ada aura misterius yang terpancar dari Aksa, membuatnya semakin penasaran.
Naya memberanikan diri untuk mendekati Aksa. "Permisi," katanya, suaranya sedikit gemetar. "Apakah tempat ini masih kosong?"
Aksa mengangkat kepalanya, matanya yang berwarna cokelat gelap menatap Naya dengan intens. "Silahkan," katanya, tersenyum tipis.
Naya duduk di hadapan Aksa. Ia merasa gugup, namun ia berusaha untuk bersikap tenang. "Kita bertemu lagi," katanya, mencoba memulai percakapan.
"Ya," jawab Aksa. "Aku juga merasa begitu."
Mereka berbincang-bincang tentang berbagai hal, mulai dari buku yang dibaca Aksa hingga pekerjaan Naya. Naya merasa nyaman berbicara dengan Aksa. Ia merasa Aksa adalah orang yang cerdas dan berwawasan luas.
"Aku harus pergi," kata Naya, saat jam menunjukkan pukul tujuh malam. "Terima kasih sudah menemani aku."
"Sama-sama," jawab Aksa. "Semoga kita bertemu lagi."
Naya mengangguk, hatinya dipenuhi perasaan bahagia yang tak bisa dijelaskan. Ia merasa ada ikatan batin yang menghubungkannya dengan Aksa, ikatan yang tak bisa diputus begitu saja.
Naya pulang dengan perasaan yang tak menentu. Ia merasa pertemuannya dengan Aksa bukanlah kebetulan. Ia merasakan ada takdir yang membawa mereka bertemu, takdir yang mungkin akan mengubah hidupnya selamanya.
Di dalam kamarnya, Naya menatap bayangannya di cermin. Ia tak lagi mengenali dirinya sendiri. Wajahnya yang biasanya ceria kini tampak muram, matanya yang biasanya berbinar kini redup. Naya merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya, sesuatu yang tak bisa digantikan oleh kesuksesan karirnya.
Naya meraih ponselnya, membuka aplikasi pesan, dan mengetik nama Aksa. Ia ingin menghubungi Aksa, untuk mengetahui lebih banyak tentang pria yang telah mengusik hatinya. Namun, ia ragu. Apa yang akan ia katakan? Apakah Aksa akan membalas pesannya?
Naya menghapus pesan yang belum terkirim. Ia memutuskan untuk menunggu, untuk melihat apa yang akan terjadi. Ia percaya bahwa takdir akan membawa mereka bertemu lagi, dan saat itu tiba, ia akan siap untuk menghadapi apa pun yang terjadi.
Hari-hari berikutnya, Naya terus memikirkan Aksa. Ia mencari tahu tentang Aksa melalui teman-temannya, namun tak ada yang mengenal pria itu. Ia bahkan mencoba mencari Aksa di media sosial, namun tak menemukan jejaknya.
Naya merasa frustasi. Ia ingin bertemu Aksa lagi, untuk merasakan kembali debar jantungnya saat mereka berbincang. Namun, Aksa seolah menghilang begitu saja.
Suatu sore, Naya sedang berjalan-jalan di taman kota. Ia duduk di sebuah bangku, menikmati udara segar dan pemandangan hijau di sekitarnya. Tiba-tiba, ia mendengar suara yang familiar.
"Naya?"
Naya menoleh, dan matanya membulat tak percaya. Aksa berdiri di hadapannya, tersenyum tipis.
"Aksa?" Naya terkesima. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku sedang mencari buku di toko buku di seberang taman ini," jawab Aksa. "Aku melihatmu dari kejauhan, dan aku langsung mengenali kamu."
Naya merasa bahagia. Ia tak menyangka akan bertemu Aksa di tempat yang tak terduga ini. Ia merasa pertemuan ini bukanlah kebetulan. Ia merasakan ada takdir yang membawa mereka bertemu, takdir yang mungkin akan mengubah hidupnya selamanya.
Pertemuan Naya dan Aksa di taman kota menjadi titik balik dalam hidup mereka. Sejak saat itu, mereka mulai sering bertemu secara kebetulan di berbagai tempat. Naya yang biasanya menghabiskan waktu di kantor dan kafe mewah, kini menemukan dirinya berada di tempat-tempat yang tak pernah ia kunjungi sebelumnya, seperti taman kota, toko buku, bahkan pasar tradisional.
Aksa, yang sebelumnya hanya dikenal sebagai pria misterius yang muncul di kehidupan Naya, perlahan mulai membuka dirinya. Ia menceritakan tentang hobinya, cita-citanya, dan masa lalunya. Naya pun terpesona dengan cerita-cerita Aksa, yang penuh dengan petualangan dan makna hidup.
Meskipun mereka hidup di dunia yang berbeda, Naya, wanita karir sukses dengan dunianya yang glamor, dan Aksa, pria sederhana dengan dunianya yang penuh makna, ada daya tarik misterius yang membuat mereka selalu terhubung. Keduanya merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kebetulan dalam pertemuan mereka.
Suatu hari, Naya mengajak Aksa ke sebuah pameran seni. Aksa, yang biasanya lebih tertarik dengan buku dan musik, tampak kagum dengan karya-karya seni yang dipamerkan. Naya memperhatikan Aksa dengan seksama, melihat bagaimana Aksa menikmati setiap detail lukisan dan patung. Ia merasa ada sisi lain dari Aksa yang belum ia ketahui, sisi yang lebih sensitif dan artistik.
"Kau suka seni?" tanya Naya.
"Ya," jawab Aksa. "Aku suka melihat bagaimana seniman mengekspresikan diri mereka melalui karya-karya mereka. Aku merasa terinspirasi oleh mereka."
Naya tersenyum. Ia merasa semakin dekat dengan Aksa. Ia merasa ada sesuatu yang spesial di antara mereka, sesuatu yang membuatnya ingin terus mengenal Aksa lebih dalam.
"Aku ingin kau bertemu dengan teman-temanku," kata Naya. "Mereka akan senang bertemu denganmu."
Aksa terdiam sejenak. "Aku tidak yakin," katanya. "Aku tidak terlalu suka berada di lingkungan yang ramai."
Naya mengerti. Ia tahu bahwa Aksa adalah orang yang sederhana dan tak suka keramaian. Namun, ia tetap ingin memperkenalkan Aksa kepada teman-temannya. Ia ingin Aksa merasakan dunia yang berbeda, dunia yang mungkin akan membuka matanya terhadap hal-hal baru.
"Tidak apa-apa," kata Naya. "Kau bisa datang jika kau mau. Tidak ada paksaan."
Aksa tersenyum tipis. "Baiklah," katanya. "Aku akan mencoba."
Naya merasa bahagia. Ia merasa bahwa hubungannya dengan Aksa semakin berkembang. Ia merasa ada sesuatu yang istimewa di antara mereka, sesuatu yang membuatnya ingin terus mengenal Aksa lebih dalam.
Bersambung...
Alina terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Jantungnya berdebar kencang, napasnya tersengal-sengal. Mimpi itu lagi. Mimpi yang selalu menghantuinya setiap malam
Maya, dengan rambut cokelat keemasan yang selalu terurai bebas dan mata biru yang berbinar-binar, adalah personifikasi semangat muda. Ia selalu bersemangat dalam menjalani hidup, tak pernah lelah mengejar mimpi-mimpi yang terukir di hatinya. Hari itu, seperti biasa, ia menjelajahi lorong-lorong toko barang bekas di pusat kota, mencari harta karun tersembunyi yang mungkin terlupakan oleh pemiliknya sebelumnya.
Kota Harapan, dengan rumah-rumah tua bercat warna pastel dan taman-taman kecil yang tertata rapi, terasa begitu damai dan menenangkan. Aria, seorang fotografer muda yang baru saja pindah ke sini, berharap dapat menemukan inspirasi baru untuk karyanya. Ia ingin menangkap keindahan sederhana yang terpancar dari setiap sudut kota ini.
Mentari mulai meredup, menorehkan warna jingga dan ungu di cakrawala. Ombak berdesir lembut di bibir pantai, menyapa kaki-kaki telanjang Laras yang menapaki pasir lembut. Angin sepoi-sepoi membawa aroma laut asin yang familiar, membangkitkan kenangan masa kecil yang terlupakan. Laras memejamkan mata, menghirup dalam-dalam udara segar yang terasa begitu menenangkan.
Safira adalah seorang gadis berusia 25 tahun yang tinggal di kota kecil bernama Springville. Ia memiliki wajah yang cantik dengan mata berwarna cokelat yang memikat dan senyum yang ramah. Safira dikenal sebagai sosok yang selalu siap membantu orang lain tanpa pamrih.
Maya, yang kini menjalani kehidupan setelah kehilangan Rama, merasa hampa dan kesepian. Namun, suatu hari, dia menerima sebuah kejutan tak terduga yang mengubah hidupnya. Dia bertemu dengan seseorang yang secara kebetulan memiliki banyak kesamaan dengan Rama, baik dalam penampilan maupun kepribadian.
BERISI ADEGAN 21++ Rendi Satria, pria berusia 28 tahun yang memiliki postur tubuh yang ideal juga wajah yang tampan, hal itu menjadi daya pikatnya sangat kuat dan banyak perempuan yang terpesona akan ketampanannya. Namun Rendi sudah memiliki kekasih, yaitu Lisna. Perempuan yang sangat ia cintai. Akan tetapi kedua orangtua Lisna tidak menyetujui hubungan mereka lantaran sat itu Rendi tidak memiliki pekerjaan tetap. Suatu hari Rendi ditawari pekerjaan untuk menjadi gigolo oleh tantenya sendiri. Maka dari itu Rendi bersedia demi bisa membuktikan kepada kedua orangtua Lisna. Lantas apakah yang akan terjadi dengan Rendi? Alangkah dia benar-benar menikahi pujaan hatinya? Simak dan ikuti kisahnya.
"Meskipun merupakan gadis yatim piatu biasa, Diana berhasil menikahi pria paling berkuasa di kota. Pria itu sempurna dalam segala aspek, tetapi ada satu hal - dia tidak mencintainya. Suatu hari setelah tiga tahun menikah, dia menemukan bahwa dia hamil, tetapi hari itu juga hari suaminya memberinya perjanjian perceraian. Suaminya tampaknya jatuh cinta dengan wanita lain, dan berpikir bahwa istrinya juga jatuh cinta dengan pria lain. Tepat ketika dia mengira hubungan mereka akan segera berakhir, tiba-tiba, suaminya tampaknya tidak menginginkannya pergi. Dia sudah hampir menyerah, tetapi pria itu kembali dan menyatakan cintanya padanya. Apa yang harus dilakukan Diana, yang sedang hamil, dalam jalinan antara cinta dan benci ini? Apa yang terbaik untuknya?"
"Jodoh itu rahasia Allah. Allah pertemukan kita pada orang yang salah pada awalnya dan mempertemukan kita dengan jodoh yang sesuai pada akhirnya. Itulah tanda Allah sayang pada hamba-Nya." Ini kisah tentang Sabrina. Seorang gadis yang selalu menyelipkan nama seseorang dalam doanya. Berharap bahwa nama itulah yang akan menjadi imamnya kelak. Namun takdir berkata lain saat sang ayah memintanya untuk menikah dengan seorang lelaki bernama Agam. Ya. Sabrina dan Agam. Dua orang yang sebelumnya tidak saling mengenal. Namun dipaksa saling mencintai karena sebuah ikatan yang bernama pernikahan. Pada akhirnya, bisakah Sabrina melupakan masa lalunya dan mulai mencintai Agam? ***** Kepoin instagram author juga : @iney_calysta
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Kesalahan satu malam, membuat semuanya menjadi hancur lebur. Miranda berawal hanya bersenang-senang saja, tapi sialnya malah dia terjebak malam panas dengan Athes Russel. Hal yang membuatnya semakin kacau adalah pria itu merupakan teman bisnis ayahnya sendiri. “Kita bertemu lagi, Miranda,” bisik Athes serak seraya memeluk pinggang Miranda. Miranda mendorong tubuh Athes keras. “Shit! Menjauh dariku, Jerk!” Athes terkekeh sambil membelai rahang wanita itu. “Bagaimana bisa aku melupakanmu? You’re so fucking hot.” *** Follow me on IG: abigail_kusuma95 (Informasi seputar novel ada di IG)