Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Menjelang Suami Menikah Lagi
Menjelang Suami Menikah Lagi

Menjelang Suami Menikah Lagi

5.0
9 Bab
211 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

TIGA PERMINTAAN UNTUK SYARAT MENIKAH LAGI?! Apa itu termasuk syarat MUDAH atau SULIT?! "Aku akan menyetujui pernikahan keduamu, asal kamu mengabulkan tiga permintaanku. Bagaimana?" tawar Chika bernegosiasi. "Kamu kira aku jin botol?!" sewot Adnan emosi. "Aku tidak akan berpikir untuk poligami, andai kamu bisa memberikanku keturunan." "Tapi nyatanya tidak, bukan?! Ini tahun kelima pernikahan kita, Mas. Dan aku tidak kunjung hamil. Jadi ayo lakukan ini atau kita bercerai?!" "Kamu mengancam aku?" desis Adnan marah. "Tidak, tapi kamu memaksaku berada di sana, Mas." "Baik, aku menyerah. Lalu, apa permintaanmu?" Secepat pertanyaan itu datang, senyum di wajah Chika semakin merekah. Itu membuat Adnan was-was. Dengan memanjatkan do'a dalam hati, pria berusia 30 tahun berharap Sang Istri yang memiliki hobi Cosplayer Anime, bisa sedikit menggunakan akal sehatnya dalam memilih permohonan. "Aku ingin ikut setiap kali kamu dan Calon Istrimu berkencan." Akan tetapi, harapan itu pupus ketika mendengar permintaan pertama saja sudah di luar batas. "Hah? Apa kamu sudah tidak waras?!" tuding Adnan menggertak. "Kenapa? Apa salahnya? Aku hanya ingin ikut bermain saja. Aku bersumpah, tidak akan menjadi setan di antara kemesraan kalian." Pernyataan nyeleneh Sang Istri semakin memperkeruh suasana rumit ini. Lalu, apa yang harus Adnan lakukan? MAJU atau MUNDUR?

Bab 1 Permintaan Menikah Lagi

"Aku akan menyetujui pernikahan keduamu, asal kamu mengabulkan tiga permintaanku. Bagaimana?" tawar Chika bernegosiasi.

"Kamu kira aku jin botol?!" sewot Adnan emosi. "Aku tidak akan berpikir untuk poligami, andai kamu bisa memberikanku keturunan, Chika."

"Tapi nyatanya tidak, bukan?! Ini tahun kelima pernikahan kita, Mas, dan aku tidak kunjung hamil. Jadi ayo lakukan ini atau kamu memang ingin bercerai denganku?!"

"Kamu mengancamku?" desis Adnan marah.

"Tidak, tapi kamu memaksaku berada di sana, Mas."

"Baik, aku menyerah. Lalu, apa permintaanmu?"

Secepat pertanyaan itu datang, senyum di wajah Sang Istri semakin merekah. Itu membuat Adnan was-was. Dengan memanjatkan do'a dalam hati, pria berusia 30 tahun itu berharap Chika yang memiliki hobi ber-Cosplayer Anime, bisa sedikit menggunakan akal sehatnya dalam memilih permohonan.

"Aku ingin ikut setiap kali kamu dan Calon Istrimu berkencan nanti."

Akan tetapi, harapan itu pupus ketika mendengar permintaan pertama saja sudah di luar nalar.

"Hah? Apa kamu sudah tidak waras?!" gertak Adnan.

"Kenapa? Apa salahnya? Aku hanya ingin ikut bermain saja. Aku bersumpah, tidak akan menjadi setan di antara kemesraan kalian."

Pernyataan nyeleneh Sang Istri semakin memperkeruh suasana rumit ini. Lalu, apa yang harus Adnan lakukan? Maju atau mundur?!

Kemelut masalah ini dimulai dari pembicaraan di kantornya beberapa hari lalu ....

***

"Hei, Adnan. Lihatlah, istrimu kembali memposting foto cosplay-nya, imut sekali."

Satria menunjukan layar ponselnya pada Adnan dan dua rekan mereka yang lain, Tommy dan Angga. Keempat pria itu memang sedang menikmati makan siang di kantin perusahaan.

"Sudahlah jangan membahasnya," balas Adnan merebut ponsel Satria, kemudian meletakannya ke meja. "Aku sedang tidak mood membicarakan dia."

"Kalian bertengkar lagi?" tanya Tommy.

"Begitulah."

"Kenapa?"

"Ya, biasalah dia tidak pernah mengertiku. Sikapnya seperti anak kecil, kerjaannya tiap hari hanya menonton kartun saja."

"Hei, itu Anime-lah bukan kartun," sela Satria mengkoreksi pernyataan Adnan, pasalnya ia juga merupakan penggemar berat Anime sama seperti Chika.

Adnan mendengkus, "Sama saja untukku, tidak berguna."

"Hei-----"

"Sudahlah, jangan dibahas lagi," potong Tommy menghentikan protesan Satria yang akan kembali mendebat Adnan. "Bagaimana dengan program kehamilan yang kamu dan Chika jalani, apa berjalan dengan lancar?"

Adnan menghela napas lelah. "Tidak, semuanya selalu gagal."

"Kamu tidak mencoba program bayi tabung saja?"

"Tidak, Chika selalu menolaknya."

"Kenapa?"

"Entahlah, dia selalu sibuk dengan dunianya sendiri," keluh Adnan. "Padahal usianya sudah 29 tahun, tapi dia seperti tidak ingin punya anak."

"Mungkin Chika itu Childfree?" tebak Satria kembali masuk dalam pembicaraan.

Adnan menunduk lesu. "Mungkin."

"Kalau begitu kamu ceraikan saja dia, percuma merawat istri yang tidak mau memberikan keturunan," ucap Angga yang sendari tadi diam.

"Hei, tidak perlu seperti itu juga," komentar Satria.

"Apa?" tantang Angga. "Itu sudah keputusan paling bijak, Adnan harus tegas mendidik istrinya sendiri. Lihat, di antara kita berlima yang belum punya anak hanya Adnan, bahkan Tommy saja sudah punya dua."

Adnan terdiam, memikirkan perkataan Angga, sedangkan ketiga temannya yang lain hanya saling pandang.

"Sudahlah jangan ikut campur urusan rumah tangga orang lain, Adnan juga pasti tahu apa yang terbaik untuknya dan Chika," tutur Tommy lalu membuka topik baru seputar pekerjaan sampai jam pulang kantor tiba.

***

Malam hari ....

"Mas bagaimana penampilanku? Apa sudah mirip dengan Hime-chan?"

Baru saja Adnan membuka pintu rumahnya, ia langsung disambut teriakan ceria istrinya yang bercosplay menjadi putri, lengkap dengan aksesoris mahkota mutiara di atas rambutnya.

Sungguh, Adnan lelah seharian bekerja mencari nafkah di luar rumah dan di dalam rumah pun bukan ketenangan yang ia dapat, tetapi masalah yang menambah beban pikiran.

"Chika ...," panggil Adnan pelan.

"Ya, Mas? Cosplay-ku kali ini sempurna, kan? Ayo, berfoto denganku."

Chika memutar tubuhnya untuk menunjukkan gaun cantik yang dikenakannya. Dengan penuh semangat, ia pun memberikan ponselnya pada Adnan.

Adnan yang emosi, lantas membanting ponsel itu sambil membentak, "Chika!"

Chika tersentak, tubuhnya bergetar samar. Ia menatap takut pada Adnan yang terlihat marah besar.

"M---mas, kamu kenapa?" gugup Chika berusaha menggenggam tangan Adnan. "Kamu marah sama aku, Mas? Apa aku berbuat salah?"

Adnan melotot tajam, lalu menepis tangan Chika. "Ya, salah."

"Apa?" tanya Chika.

"Kesalahan terbesarku adalah menikah denganmu."

Deg!

"M---maksudmu, Mas?"

"Aku ingin bercerai! Aku muak hidup denganmu," tutur Adnan sinis.

"Tapi kenapa? Selama ini kita baik-baik. Ah, apa karena Cosplay ini, ya? Aku ... Aku tidak akan memakainya lagi, Mas."

Bergegas Chika mencopot mahkota dan pernak-pernik hiasan yang menempel di tubuhnya.

"Aku janji akan menjadi istri yang baik, tapi jangan ceraikan aku, Mas. Kumohon ...."

Adnan menatap datar wajah memelas Chika, sekali lagi ia menepis tangan Chika yang menangkup menggenggam tangannya.

"Kamu yakin bisa menjadi istri yang baik untukku?" tanya Adnan sangsi.

Chika mengangguk penuh semangat. "Iya, aku yakin."

"Kalau begitu berikan aku keturunan."

Chika terdiam sebentar. "Kenapa membahas itu lagi? Bukankah selama ini kita telah berusaha?"

"Benar, tapi kamu selalu menolak ikut program bayi tabung? Kenapa? Padahal peluang mendapatkan anak dari metode itu sangat besar, tapi kamu tidak mau melakukannya."

"Aku ... aku ...."

"Apa?" bentak Adnan. "Pada kenyataannya kamu memang tidak ingin punya anak, bukan?"

Chika tidak menjawab.

"Hahaha, aku memang salah menerima perjodohan ini, seharusnya aku tidak menikah denganmu," tawa Adnan pilu. "Baiklah, aku akan segera mengurus perceraian kita."

"Tidak, jangan lakukan itu!" raung Chika memeluk tubuh Adnan dari belakang, menghentikan pergerakannya yang akan pergi ke luar.

"Kumohon, Mas. Jangan ceraikan aku, aku tidak mau sendirian," mohon Chika.

Adnan menghela napas, berbalik menghadap Chika lalu menyentuh pundaknya. "Jika kamu tidak ingin bercerai, maka izinkan aku untuk menikah lagi."

"Apa?" pekik Chika terkejut bukan main, ia mundur beberapa langkah sambil menggeleng panik. "T---tidak, Mas. Aku tidak mau di madu."

"Terserah, tapi keputusan ada di tanganmu, ikut program kehamilan itu atau memberikan izin menikah lagi," tutur Adnan. "Malam ini aku akan tidur di rumah ibu."

Setelah berpamitan Adnan pun pergi meninggalkan Chika yang terjebak dalam dua pilihan sulit.

***

Rumah Ibu Adnan ....

"Tumben kamu mampir ke sini sendirian? Biasanya bareng istrimu," tanya Laras setelah menghidangkan segelas kopi hitam di meja, wanita paruh baya itu pun duduk di samping anaknya.

"Dia tidak ikut," jawab Adnan lesu, ia bahkan tak berselera untuk mencicipi kopi buatan sang ibu.

Laras mengernyit. "Lho, kenapa? Chika sakit atau bagaimana? Kok, tidak mengabari ibu?!"

Tidak ada pilihan lain, Adnan pun menceritakan kejadian tadi, termasuk niatannya untuk menikah lagi pada Laras yang mendengarkan dengan baik.

"Benar juga, sih. Ibu juga sudah tidak sabar menimang cucu," tutur Laras setelah mendengar keluhan Adnan.

Laras paham betul perasaan sang putra karena selama ini sebagai Mertua, ia pun selalu disindir ibu-ibu kompleks karena belum memiliki cucu, terlebih dirinya pun seorang janda.

"Bagaimana kalau begini saja?! Bilang pada Chika, kita hanya membutuhkan bayi-nya. Setelah itu, kamu akan menceraikan istri keduamu, jadi Chika tidak perlu takut di madu."

Adnan terbelalak mendengar saran gila dari ibunya, dengan tegas ia menolak. "Tidak, Bu. Aku tidak mau melakukannya, aku akan bertanggung jawab untuk anakku dan istri keduamu nanti."

"Lalu, kamu mau menceraikan Chika begitu? Menantuku yang kaya raya itu?" hardik Laras emosi

Adnan menaikan bahu acuh. "Kalau memang itu pilihannya apa boleh buat?!"

Sontak Laras pun langsung berdiri, raut wajahnya menunjukkan kemarahan. "Jangan gila, Nak. Kita bisa seperti ini karena keluarga Chika, jangan lupakan itu."

"Iya, aku memang gila," sentak Adnan. "Hidup dengan Chika membuatku gila, Bu."

Adnan menunduk frustasi, ia lelah.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY