"Berkencanlah denganku! Akan kuberikan apapun yang kamu inginkan!" kata Dirga dengan seringai terpoles di wajah tampannya. "Kalau begitu, berikan NYAWA-MU sebagai harga KEPERAWANAN-KU!" Syifa menyahut tak kalah angkuh. Sebagai seorang Milyuner, DIRGA FARAZZ YANN sangat percaya diri bahwa ia dapat memiliki apapun yang diinginkan. Namun, kedatangan SYIFA NURINTAN mengubah perspektif itu dengan mudah. Bagaimana bisa gadis beasiswa itu menolaknya?
"Ayo kencan denganku!"
Terlihat seorang pemuda berdiri berhadapan dengan sosok gadis bergaun biru yang menutupi seluruh bagian tubuhnya dari ujung rambut sampai bawah kaki.
Wajah gadis itu terlihat bersinar seolah-olah cahaya terang benderang memancar sempurna. Kedua bola mata berbinar dengan pipi chubby mulus tanpa cacat.
Tatapan mata yang begitu jernih itu menyorot menatap balik si pemuda berjaket merah tanpa ada ekspresi berarti. Tidak ada raut kemarahan sedikit pun di wajah ayu gadis berhijab blue sapphire itu, meski perkataan tadi terdengar amat melecehkan bagi telinganya sendiri.
Akan tetapi, sang gadis tidak terlihat emosi dengan lemah lembut dia bertanya, "Jadi untuk alasan itu kamu datang menemuiku?"
"Iya," balas si pemuda singkat yang tak lain adalah DIRGA FARAZ YANN. Pandangan pemuda yang merupakan pangeran di kampus itu menatap lengket lawan bicaranya yang tak lain adalah SYIFA NURINTAN.
Seorang gadis yang banyak dibicarakan karena suaranya yang merdu. Sayangnya Syifa memiliki kepribadian intovert. Susah untuk didekati.
"Kau mau mengajakku berkencan?! Menjalin asmara?" ulang Syifa memastikan bahwa pendengarannya masih berfungsi dengan normal.
Bukan apa-apa hanya saja menurut Syifa ini terlihat sangat aneh. Tiba-tiba saja seorang pemuda datang menemuinya di hari yang cerah ini dan tanpa basa-basi langsung mengajak menjalin hubungan asmara.
Bukankah ini terdengar tak masuk akal?
Atau Syifa saja yang berpikir terlalu jauh?
"Iya, begitulah." Lagi, untuk kedua kalinya Dirga menjawab pertanyaan Syifa dengan kalimat seadanya.
Syifa menatap datar penuh kebosanan. "Atas dasar apa kau mengajakku melakukan itu semua?"
Syifa lalu terdiam sejenak memberi jeda dalam kalimatnya seraya menatap Dirga dari atas ke bawah dengan tatapan menyelidik.
"Seingatku ... aku bahkan tidak mengenalmu. Ini adalah interaksi pertama kita bukan?" tanya Syifa kemudian tersenyum miris.
"Atau mungkin kau type pria to the point seperti itu?" tanyanya.
Dirga berdecak. "Aku Dirga. Jika kau tidak sekuper itu, kau pasti tahu siapa aku."
Bukan tanpa alasan Dirga begitu percaya diri. Pasalnya pemuda yang memiliki nama lengkap Dirga Faraz Yann itu merupakan anak donatur terbesar sekampus Harapan Mulia.
Siapa yang tidak kenal dengan perusahaan Yann Group?!
Sebuah perusahaan besar dunia yang bergerak di bidang industri dan menguasai sebagian besar pasar saham. Menurut rumor mengatakan jika keluarga Yann Group hartanya tidak akan habis meski sampai tujuh turunan.
Tentu saja, Dirga termasuk salah satu ahli warisnya.
Benar. Dirga adalah seorang tuan muda!
Pesonanya tentu tak tertahankan. Bukan hanya terlahir dari keluarga milyuner, namun Dirga juga memiliki paras tampan.
Lihat saja pahatan sempurna di wajahnya yang mulus tanpa cacat. Garis wajah tegas, hidung mancung, pipi tirus, rahang yang terpahat kokoh, juga jangan lupakan gaya rambutnya yang ditata ala-ala oppa Negeri Ginseng menambah nilai keren dalam penampilan fisik sang tuan muda.
Akan tetapi, itu tidak berpengaruh pada Syifa yang menatap si tuan muda dengan pandangan biasa. Seakan-akan semua yang ada pada Dirga tidaklah berarti apa-apa untuknya.
"Dan tidak perlu menuduhku macam-macam. Jika pun benar, aku bisa jamin kau tak akan dirugikan sepeserpun."
Dirga menuding Syifa yang hanya merespon dengan mengangkat bahu acuh tak acuh.
Dirga mendengkus. "Lalu bagaimana jawabanmu?"
Mendengar penawaran itu lagi Syifa bersedekap dada menatap Dirga dengan pandangan biasa. "Jika boleh kutahu. Apa untungnya buatku?"
Pertanyaan Syifa mengalun tenang tanpa ada emosi terlibat. Suaranya halus dan merdu hingga bergema membelah langit senja. Bahkan semilir angin yang berembus pun seakan-akan berada dipihak Syifa.
"Apa pun yang kau inginkan akan kuberikan," jawab Dirga angkuh. Syifa terdiam.
"Hm ... sungguhkah kau bisa memberikan apa pun yang aku inginkan?"
Nada suara Syifa terselip keraguan di suaranya yang mana membuat Dirga terpancing emosi. Akan tetapi, si tuan muda berusaha untuk tetap bersabar. Dalam batinnya menyemangati ....
'Tenang ... Tidak perlu mundur. Semuanya akan berjalan sesuai rencana. Taruhan ini pasti akan kumenangkan!'
Sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tak sadar bahwa kini Dirga tengah mengukir seringai kejam. Namun, Syifa yang melihat itu bukannya takut malah menaikan alis dan mengira bahwa Dirga memiliki kelainan jiwa.
Ya jika di pikirkan lagi. Pemuda mana yang dengan percaya dirinya menembak seorang gadis di interaksi pertama mereka. Syifa menggeleng berusaha mengusir pikiran negative di kepalanya dan setia menunggu jawaban dari Dirga yang telah sadar dari lamunan.
"Tentu saja. Kau tak perlu meragukan hal itu. Aku bisa memberikan apapun sesuai keinginanmu," jawab Dirga membusungkan dada pongah.
"Hm ... baiklah!"
Jawaban Syifa membuat Dirga hampir bersorak gembira jika saja gadis berhijab di depannya tak melanjutkan. "... kalau begitu izinkan aku meminta nyawamu!"
"APA?!"
Dirga terkejut bukan main. Pewaris Yann Group itu bahkan tak bisa mengontrol nada suaranya yang meninggi.
"Ck, apa maksudmu meminta nyawaku, Hah?" Dirga berdecak emosi. "Kau ingin membunuhku?"
"Tentu saja, tidak!" tolak Syifa, namun Dirga mendelik tak percaya.
Syifa membalas. "Untuk apa aku melakukannya? Tidak ada untungnya buatku. Aku bahkan tak memiliki dendam padamu."
"Lalu apa maksud perkataanmu tadi?" geram Dirga merasa dipermainkan.
"Kenapa? Apa ada yang salah dengan hal itu?"
Alih-alih menjelaskan maksud dan tujuannya meminta nyawa Dirga, Syifa justru malah balik bertanya membuat si tuan muda murka.
"Tentu saja, bodoh!" umpat Dirga kasar. "Kau meminta nyawaku semudah itu! Kau pikir kau ini siapa?".
"Lah? Memangnya kenapa? Kau bilang jika aku menjadi kekasihmu, aku berhak meminta apapun. Tidak ada salah dengan itu, Sayang!" Syifa tersenyum miring. Dirga berdecih.
Pernyataan Syifa membuat Dirga merasa muak. Ingin membalas, namun lidahnya kelu dan seakan terkunci rapat, tak lagi memiliki kemampuan berdebat. Dirga sungguh dibuat tak menyangka oleh Syifa yang dengan mudah meminta hal selancang itu.
Tidak tahukah Syifa?!
Jika di luar sana ribuan gadis mengantri hanya untuk berkencan semalam dengan Dirga. Bahkan mereka rela memberikan mahkota suci yang hanya dimiliki oleh seorang gadis perawan untuk Dirga dan bukan suami mereka kelak.
Semua itu dilakukan semata-mata hanya untuk mendapat sedikit perhatian dari si tuan muda. Akan tetapi, Dirga tidak suka barang bekas, apalagi barang murahan. Dirga lebih tertantang untuk menaklukkan hati gadis batu seperti Syifa.
Menurut Dirga itu jauh lebih mengasyikan dari bermain luar di ranjang bersama kupu-kupu malam. Diam-diam Dirga kembali menyeringai sambil mengamati Syifa dari atas ke bawah.
'Ini sangat menarik!' batin Dirga senang.
Sudah Dirga duga bahwa bermain bersama gadis macam Syifa akan lebih menghibur dan tidak monoton. Hasil akhirnya bahkan sangat sulit untuk ditebak.
Dirga menghela napas, berpura-pura kecewa sambil menatap Syifa sendu. "Aku minta maaf. Tapi aku tidak bisa menuruti keinginanmu yang itu. Aku tidak bisa memberikan nyawaku!"
Dirga mengungkapkan trik cerdiknya setelah hening melanda selama beberapa detik. Semilir angin senja pun berembus pelan seakan menenangkan ketegangan yang terjadi.
"Begitu?! Lalu aku pun bisa menolak tawaranmu, bukan?!"
Syifa membalas datar. Terlihat sekali bahwa Syifa sedikit pun tidak merasa antusias dengan penawaran dari calon milyuner di depannya.
"Cobalah pikirkan lagi. Aku bisa memberikanmu uang yang banyak," bujuk Dirga mengiming-iming dengan harta.
"Kamu gigih sekali membujukku. Apa kau sebegitu inginnya berkencan denganku? Tapi kenapa?" tanya Syifa mulai tertarik sedikit.
"Apa aku harus menjawabnya?" tanya balik Dirga tersenyum miring. Syifa terdiam tidak mengiyakan maupun menolaknya.
"Bukankah cinta tidak mengenal kata alasan?"
Dirga berjalan mendekat, berniat menyentuh tangan Syifa. Sayangnya kurang gesit dengan Syifa yang langsung mengambil langkah mundur, memperlebar jarak yang tadi sempat menyempit karena ulah Dirga.
Melihatnya Dirga tersenyum kecut. "Jadi bagaimana? Apa aku perlu menjawabnya?"
"Tidak perlu!" tolak Syifa cepat.
"Kenapa?"
"Aku sudah tahu alasannya."
Dirga tersenyum senang. Syifa melanjutkan. "Hanya satu pertanyaan lagi."
"Hm ... Apa itu?" tanya Dirga mengiyakan permintaan Syifa.
"Apa sebenarnya NIAT-mu melakukan ini semua?" tanya Syifa menatap tajam Dirga.
"Niat?" ulang Dirga. Syifa mengangguk.
"Aku tak memiliki alasan seperti itu!" terang Dirga mengedikan bahu tak peduli.
"Aku hanya ingin kamu menjadi milikku. Menghabiskan waktu berdua dengan orang sepertimu. Sepertinya akan menarik." Dirga melempar senyum menggoda.
"Sepertiku?" tanya Syifa menaikan alis, sama sekali tak terpengaruh pesona Dirga. "Sepertiku yang seperti apa?"
"Ya seorang gadis yang menutup seluruh tubuhnya sepertimu. Jarang sekali aku melihatnya. Ya. Aku hanya penasaran saja," balas Dirga membuat tangan Syifa terasa gatal ingin menabok wajah sok tampan itu.
"Jawaban yang bagus. Menarik sekali," sahut Syifa ikut tersenyum. Dan Dirga salah mengartikan senyum itu. Dirga pikir Syifa mulai terbuai akan bujuk rayunya.
Dirga tersenyum penuh kemenangan, "Sepertinya kau mulai tertarik."
"Sangat! Aku jadi penasaran untuk mencobanya. Sepertinya punya cowok tajir asyik juga," jawab Syifa dengan nada antusias hingga membuat senyuman di wajah Dirga kian merekah.
"Ba___"
"___Tapi ...."
Perkataan Dirga langsung terpotong oleh ucapan Syifa yang ternyata belum selesai. Dirga kembali menelan apa yang akan diucapkannya tadi dan menunggu Syifa selesai berbicara.
"Aku tahu bahwa NIAT-mu itu sebenarnya bukan begitu. Benarkan, tuan muda?!" tanya Syifa tersenyum mengejek.
"Hah? Apa maksudmu? Aku tak mengerti!"
Dirga mulai emosi, Syifa benar-benar menguras kesabarannya. Tidak Dirga sangka bahwa pembicaraan ini akan berlarut-larut. Padahal biasanya jika dengan gadis lain hanya perlu waktu semenit saja status mereka sudah berubah menjadi pasangan.
Bukannya menjawab pertanyaan Dirga, Syifa malah menyipitkan mata, mengukir segaris senyum dibalik kain hitamnya.
"Kau tahu, Dirga? Segala sesuatu itu berawal dari niat. Niatan yang baik seharusnya dilakukan dengan cara yang baik bukan? Begitupun sebaliknya," jelas Syifa tersenyum kecil.
Dirga semakin menautkan alis tak mengerti dengan penjelasan Syifa yang terdengar berputar-putar.
"Maksudmu?" tanya Dirga mulai tak sabar.
Ayolah, Dirga hanya menjadikan Syifa kekasih selama beberapa hari saja. Jika sudah bosan, Dirga pasti akan membuangnya sama seperti yang terjadi pada mantan-mantannya yang lain.
Syukur-syukur jika nanti mereka bisa menginap di hotel, berbaring di ranjang, tarik selimut dan ya ... You know lah?
Akan tetapi, sikap Syifa membuat Dirga merasa jauh dari tujuan memiliki gadis berhijab biru itu. Belum apa-apa Syifa sudah mengguruinya.
Mengapa gadis ini malah mempersulit hal yang jelas-jelas sangat mudah?! Dirga sungguh tak mengerti jalan pikiran Syifa.
"Hey, mumpung aku sedang berbaik hati. Mau aku beritahu satu hal?!" tawar Syifa.
"Apa?"
Syifa kembali tersenyum dan menjawab, "aku pernah mendengar hal ini, bahwasanya ....
Dari Amirul Muminin, Abu Hafsh Umar bin Al Khathab Radhiallahu anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
"Sesungguhnya amal itu hanyalah beserta niat, dan setiap manusia mendapatkan sesuai dengan apa-apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu."
(Diriwayatkan oleh Imamul Muhadditsin, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husein Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi)
Selesai Syifa menerangkan salah satu Al-Hadist, keadaan menjadi hening, bahkan suara angin pun seakan segan untuk berembus.
Dirga menatap tepat iris mata Syifa yang juga balik menatapnya.
'Ini akan semakin menarik.'
Bersambung.
TIGA PERMINTAAN UNTUK SYARAT MENIKAH LAGI?! Apa itu termasuk syarat MUDAH atau SULIT?! "Aku akan menyetujui pernikahan keduamu, asal kamu mengabulkan tiga permintaanku. Bagaimana?" tawar Chika bernegosiasi. "Kamu kira aku jin botol?!" sewot Adnan emosi. "Aku tidak akan berpikir untuk poligami, andai kamu bisa memberikanku keturunan." "Tapi nyatanya tidak, bukan?! Ini tahun kelima pernikahan kita, Mas. Dan aku tidak kunjung hamil. Jadi ayo lakukan ini atau kita bercerai?!" "Kamu mengancam aku?" desis Adnan marah. "Tidak, tapi kamu memaksaku berada di sana, Mas." "Baik, aku menyerah. Lalu, apa permintaanmu?" Secepat pertanyaan itu datang, senyum di wajah Chika semakin merekah. Itu membuat Adnan was-was. Dengan memanjatkan do'a dalam hati, pria berusia 30 tahun berharap Sang Istri yang memiliki hobi Cosplayer Anime, bisa sedikit menggunakan akal sehatnya dalam memilih permohonan. "Aku ingin ikut setiap kali kamu dan Calon Istrimu berkencan." Akan tetapi, harapan itu pupus ketika mendengar permintaan pertama saja sudah di luar batas. "Hah? Apa kamu sudah tidak waras?!" tuding Adnan menggertak. "Kenapa? Apa salahnya? Aku hanya ingin ikut bermain saja. Aku bersumpah, tidak akan menjadi setan di antara kemesraan kalian." Pernyataan nyeleneh Sang Istri semakin memperkeruh suasana rumit ini. Lalu, apa yang harus Adnan lakukan? MAJU atau MUNDUR?
Theo tahu dirinya itu jelek dengan kulit sawo matang, rambut ikal dan pendek. Meski kerap kali menjadi korban bullying, tetapi Theo sangat mensyukuri hidupnya yang hanya berdua saja dengan sang adik. Sampai suatu hari, Theo yang tak sengaja membaca Novel terlempar ke dimensi lain di zaman Kerajaan Kuno. Memang bukan masalah jika Theo menjadi protagonisnya, karena si tokoh utama adalah putra mahkota. Sayangnya, Theo terlahir sebagai tokoh antagonis psikopat yang akan dipenggal mati oleh pihak kerajaan. WHAT? KARMA APA INI?!
Dihina karena memiliki paras jelek, miskin, bodoh dan penyakitan, Arkana bangkit kembali untuk membalaskan dendam pada mantan kekasihnya, Felicia yang dulu meremehkannya. Dengan kemampuan unik berupa kebal terhadap rasa sakit, Arkana akan membuat hidup semua orang bagai di Neraka. Akankah Obsesi Cintanya pada Felicia akan membawa kemenangan pada rencana balas dendamnya? Atau justru menjadi boomerang?
Dihina karena memiliki paras jelek, miskin, bodoh dan penyakitan, Arkana bangkit kembali untuk membalaskan dendam pada mantan kekasihnya, Felicia yang dulu meremehkannya. Dengan kemampuan unik berupa kebal terhadap rasa sakit, Arkana akan membuat hidup semua orang bagai di Neraka. Akankah Obsesi Cintanya pada Felicia akan membawa kemenangan pada rencana balas dendamnya? Atau justru menjadi boomerang
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Cerita ini hanya fiksi belaka. Karanga author Semata. Dan yang paling penting, BUKAN UNTUK ANAK2. HANYA UNTUK DEWASA. Cinta memang tak pandang tempat. Itulah yang sedang Clara rasakan. Ia jatuh cinta dengan ayah tirinya sendiri bernama Mark. Mark adalah bule yang ibunya kenal saat ibunya sedang dinas ke Amerika. Dan sekarang, ia justru ingin merebut Mark dari ibunya. Gila? Tentu saja. Anak mana yang mau merebut suami ibunya sendiri. Tapi itulah yang sekarang ia lakukan. Seperti gayung bersambut, Niat Clara yang ingin mendekati Mark diterima baik oleh pria tersebut, apalagi Clara juga bisa memuaskan urusan ranjang Mark. Akankah Clara berhasil menjadikan Mark kekasihnya? Atau lebih dari itu?
Memang benar perkataan adrian tentang dirinya, dia wanita yang sangat cantik nan rupawan, aroma tubuhnya sampai tercium meskipun jarak di antara kita cukup jauh. tubuhnya juga sangat terawat, pantatnya yang besar dan nampak sekel, dan lagi payudara miliknya nampak begitu bulat berisi. "Ehmm... dia itu yaa wanita yang mendapat IP tertinggi sekampus ini !", gumamku. "Cantik, kaya dan pintar.. dia seperti mutiara di kampus ini !", lanjut gumamku.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.