ra yang terdengar serak dan begitu sensual di tel
n lembut di pipinya, kemudian mulai turun ke bawah. Bibirnya menerima sapuan hangat
am. Ia terus melumat bibir Shada, tak membiarkan ada jarak di a
lahnya ia mulai menikmati permainan pria tampan yang kini menurunkan k
sik si pria sembari mengec
a dan memberikan kasih sayang yang tak pernah Shada dapatkan sebelumnya. Jika Shada bisa, ia tak akan bangun dari mimpinya ini. Tapi, jika ini mimpi
♡
ah jendela membangunkan seorang wanita y
aam.
ia tertidur nyenyak. Ia berjingkat dari tempat tidurnya d
ran shower. Ia menikmati serbuan air ha
birnya. Rasa lembut yang ditinggalkan pria di dalam mimpi Shada seakan masih bisa ia rasakan. Bahkan s
hada pada dirinya sendiri. Ia menggelengkan kepala kuat
erak menuju dapur untuk mengisi perutnya dengan makanan seadanya. S
elnya dan meletakkan benda pipih itu ke telinganya
a Max dari seberang telepon, menerbitk
t merindukanku kan?" tanya Shada menggod
sangat... merin
g sedang cemburut ketika ia goda, tapi wajah lain yang muncul di kepalanya. Wajah tampan pria semalam. Meskipun tidak terl
u katakan barusan?" Suara Max
angi, Max?" Shada
Apa kau senang?" Max terdengar bersemangat, b
Padahal kabar yang baru saja
pelan. "Tentu s
tu di sekolah menengah atas, terhitung sudah lima tahun. Waktu itu ia menjadi warga yang di
di Los Angeles. Shada dan kedua orang tuanya pindah ke sini lantaran nenek
kedua orang tuanya tetap sibuk bekerja, di s
itu akan menanti di ruangannya. Ia bergegas keluar rumah dan menungg
lan besar namun dengan intensitas jumlah kendaraan yang cukup ramai s
lah tangannya untuk menghentika
pir sembari memutar setirnya ketika
ood, Pak," jawab Shada yang diba
sahaan Holy Food. Taksi yang dinaiki Shada kini
" ucap Shada setela
las sang sopir, melaj
Max sedang menunggunya. Ia masuk ke dal
t ke ruangan Max. Ia melangkahka
uangan yang bertuliskan 'Ruang Dire
g dan masuk tanpa permisi untuk mengejutkan pria ber
i depannya, sampai tak menyadari
erikan pelukan erat untu
pan kau datang?" tanyanya dengan sebuah
mpai tak tahu aku datang," ujar Shada
tnya ke bawah. "Astaga
okay,
k di leher putih Shada. Perlahan ia melepaskan peluk
etika tercekat melihat noda merah di lehernya. Shada tak tahu dari mana ia mendapatkan
kir. Ia harus memberikan alasan secepatnya kepa
ggaruknya terus. Aku tak sadar jika itu membuat leherku seperti ini." Shada berucap dengan men
i kepada laptop di depannya. "Sebesar apa n
rmata merah itu kembali memenuhi kepalanya.
rsam