*
tanya Emily setelah memeriksa denyut nadi p
ngkit dan bersandar pada headboard. Dia menatap Daphne yang terlihat gelisah, berdiri sambil bersandar pa
ni?" tanya Emily duduk di pinggir ranjang sembari m
keram perut, tidak ada perubahan lain. Lagipula itu tak bisa disebut sebagai perubahan karena a
h pada Daphne yang memeluk dirinya sendi
ukan, Emily. Aku ..." Daphne melirik ke
dari sisi ranjang sembari memba
" tanya Steph
andi mu," ujar Emily yang dijawab Daphne dengan anggukan singkat. Dia menatap Stephanie dengan meyakinkan. "Ayo!" a
*
ham
oleh Emily ke kamar mandi pun sampai menahan napas dan tak bi
karena Daphne pun tak memiliki kekuatan untuk berdiri, apalagi menopang Stephanie. "Eh! Daphne
m minggu." Emily melanjutkan ucapannya sembari menat
kepala Daphne sakit bagai dipukul palu berkali-kali. Gadis it
noleh pada Daphne dan memperhatikan eksp
at dengan
sumringah yang membuat Daphne langsung memegang kepala dan pergi dar
enenang dari kotak p3k dan meminumnya tanpa air. Dia menoleh lagi
tidak, dia harus tahu," ujar Stephanie melangkah ke luar dari
rah. Bahkan, obat penenang yang paling mujarab pun tak mampu bekerja secepat itu. "Kau pikir Edgar menginginkan bayi, hah?! Bukan itu yang harus kau lakukasangat keterlaluan!" Dia bergetar kecil menahan amarahnya. Sement
ram erat lengan kembarannya. Dia mendelik tajam. "Tapi, pikirkanlah! A
ntak dari cengkraman Daphne dan segera ke luar dari kamar yang pengap itu,
Emily yang langsung tersentak kaget. "Jangan beritahukan pada siapa pun! Sebagai dokter, tolong gunakan kode etik mu. Sialan! Aku pergi!" katanya langsung mengejar Step
t di dalam sapu tangan dan akan membakarnya dalam perjalanan pulang nanti. Menatap nanar pada cermin besar yang ada di kamar mandi, Emily kembali membuka sapu tangan yang membungkus testpack dan mulai menet
*
buat orang-orang lebih betah berada di rumah dan bersembunyi di balik selimut. Namun,
karena banyak batu yang sudah berlumut. Daphne dan S
nti kau di situ!" seru Daphne
kan erat tangannya. "Aku akan memberitahukannya pada Edgar! Ini keputusanku!"
ng bodoh, mak
lanya Stephanie di waktu yang tak tepat, kemudian berlari kecil untuk mengejar Stephanie walaupun dia sempat terjatuh satu kali. Meskipun begitu, d
langlah! Kau tak ada urusannya dengan ini!" sang
mbuatnya pingsan juga lebih bagus. Kembarannya yang sedang dirundung nafsu itu mungkin berpikir jika Edgar tahu, maka pria itu akan menaruh perhatian lebih pa
s tangan Daphne dengan penuh amarah, hingga
harus ku
Daun-daun di pohon berguguran karenanya. Tet
ah payung hitam dan ditemani oleh beberapa anggota mafia lain
ggil keduan
rius pada keduanya. "Dan kenapa kalian di tengah-te
ter,
a. Dia menelan saliva saat Edgar dan yang lain menatapnya dengan tanda tanya di atas kepala mereka. "Dia bersikeras untuk menanyakan pada
phanie mengg
gar oleh Stephanie di tengah hujan. "Dia akan pergi. Mood-nya buruk
n sebelah alis, menunggu
gguk singkat pada Edgar. "Tidak jadi, Tuan. Aku p
engangguk hormat. "Maaf mengganggu perjalanan anda, Tuan. Kami p
dan berhenti dua langkah di depan Daphne. "K
"Saya sudah mengatakan itu sebelumn
rkan payung hitam yang dipegangnya pada gadis yang m
aphne kemudian segera pergi dari sana dan kembali mengejar S
n?' batinnya tertawa renyah. 'Apa yang sebenarnya ingin dikatakan Stephanie? Tidak mungkin be
ua
ada Fabian yang mengint
tel yang baru?" tanya Fabian karena Edgar
Ini kesempatan yang bagus. Ayo berangkat!" ujar Edgar mel
-