ke rumah Abah, Mbah?" tany
an itu. "Maksud kamu apa, Nduk? Kamu s
yah tak lagi mau menjadi beban bagi Mbah Kakung dan juga Mbok. Bagaimanapun juga, Abah
kan apa yang dikatakan cucunya itu. Aisyah bukan lagi anak kec
a pria itu bertanggung jawab. Seharusnya ia tidak menelantarkan putrinya be
adi piatu. Tentu ia ingin menjadi seperti kebanyakan anak lainnya. Hidup bahag
bah tidak apa-apa," ucapkan Ri
memang sebaiknya berhenti sekolah saja, Mbah. Lagi pula, Aisyah sudah bisa b
syah hendak menyerah seperti itu. "Bagi ka
h kalianlah
dikannya. Namun, di sisi lain keadaan membuatnya untuk berpikir lebih j
g mana ia sudah berdiri di depan pintu. Sedari tadi ia mendengar ucapan s
imunah yang mana A
ngun? Mbok butuh apa?" tanya Aisyah cemas
butuh apa-apa. Apakah Mbahmu sudah seles
udah, Mbok. Lihat saja. Mba
Tampan. Bagi Mbok Mbahmu it
h menikah, Aisyah ingin menjadi pasangan seperti Mbah
n juga. "Masih kecil sudah berbicara nikah-
geleng. "Tidak, Mbok. Aisyah Mah
a di antara mereka yang pacaran. Itu kata mereka. Tapi, Aisyah sama sekali tidak tahu itu pacaran. Selama ini ia hanya fokus se
ada orangnya. Maka berhati-hatilah sebagai a
a yang tidak ada orangnya itu. "Apakah itu, Mb
ah teman-temanmu ada yang megang HP?" tanya
dengar suara tanpa melihat orangnya dengan teleponan. Kita bisa
sung membenarkan u
dah banyak tahu,
ni karena Mbok sayang padamu. Mbok tidak ingin kala
Simbok. Aisyah akan ingat
Syah? Aku mau salat zuhur, ini," ucap Ridwan y
mau ambil sabun d
n mandi, Maimunah menuntun suaminya menuju kamar ma
sedikit terhuyung. "Ken
k!" Ia terbatuk lagi dan seperti biasa, terdapat darah dari sela ba
h mengambil peralatan mandi. Maimunah sama sekali tidak ingin m
i kejauhan. Ia pun bergegas menghampiri p
m," pinta Aisyah seraya mengganti posi
wudu juga, Syah,
saja dulu ke ini, ya? Aisyah
ma mengantar menuju kamar mandi, Maimunah bertanya
, Syah. Memangnya, Aisyah bene
ngan mata berkaca-ka
ana-mana, kok, Mbok. Maafkan pertanyaan konyol Aisyah barusan," u
iji yang berbuah lebat di sisi kjanan di samping kamar
tidak keberatan, N
rumah ini. Bersama kalian," tutur Aisyah cepat. "Biarlah Aisyah tidak merasakan cinta dan kasi
hnya segalanya akan mudah. Namun, ternyata ia sudah keliru mengemukakan pendapat.
memang sudah saatnya kamu mendapatkan kebahagiaan dari orang tuamu. Kamu punya h
mengalir ke wajah keriput Simbok, mengucur di lengan dan
akan rasa penasaran cucunya. Ia pun melanjut
u menitipkan kamu pada kami. Jika memang pilihanmu sekarang akan tinggal bersama Abahmu untuk menggapai mimpi dan cita-citamu, tidak apa-apa , Nduk. Kami ikhlas. Apalagi, Mbok da
gkan Aisyah bergeming. Ridwan kini berjalan menuju ke arahnya, segera meminta untuk dimand
sudah menjadi orang tua terbaik untuknya. Merangkap ant
reka demi mendapatkan sebuah pertan