pun mengunyah dengan lahap. Aisyah tersenyum, meski nyeri di ulu hatinya begitu ter
Aisyah seraya menyuguhk
minuman tersebu
ah," pujinya
lu, tapi ada yang m
panggi
awab Sim
Sekarang kita potong
meraba-raba kepalanya, memegang rambu
-gatal, gimana ... gitu! Kalau memang mau dicu
ing dulu, ya?" putus Aisyah
mpat mengontrol anggota tu
Sekalian Aisyah mau ambil guntingan kuku, ya? Nanti ki
"Aku mau salat zuhur jik
gunting serta potongan kuku yang me
tengah tertidur pulas. Aisyah sangat bersyukur batuknya Simbok
ah Kakung dengan gunting dan potonga
hi segala instruksi sang cucu. A
ajak Aisyah penuh semangat ser
kursi kayu yang memang sering digunakan untuk berjemur. Simba
miliki keahlian untuk itu, tangannya cukup lihai memegang ruas demi ruas rambut.
egitu gembira. "Mbah Kakung sudah rap
n, ia pun teringat dengan hal
anya Ridwan
idatnya. "Iya. H
itu. Begitu kesulitan Aisyah memotong. Pemotong kuku saja tidak cukup untuk menyelesaika
sa potongan rambut dengan tangan, ia pun memulai
u?" tanya Ridwan yang memb
entang sekolah dan ternyata hal it
nya. Tangannya meraba-raba mencari keberadaan sang cucu. Aisyah l
. Aisyah akan di sini saja untuk memb
berlawanan dengan keinginannya seb
malah sep
usan kembali diingatnya. Penyakit Simbok dan juga s
au bercerita pada Mbah Kakungmu ini
a berlinang deras. Tidak ada suara
Mbah?" ucap gadis kec
pa jadi mi
emakin t
ayah bagi Aisyah. Mbah membesarkan Aisyah tanpa mengeluh sedikit pun. Padahal, A
Tadi aku sama kamu tidak boleh mengingat yang begituan
kut," sahu
ya takut
ketika Aisyah pert
mengantar cucuku yang satu ini ke sekolah. Bahkan, kalau ada rapat dan
i itu karena Abah Aisyah yang t
an saliva. Meski tidak bisa melihat, seraut wajah kecil sang cucu y
Ridwan dengan ha
kek. Ridwan membalas pelukan itu dan membiarkan cucu kes
terbaik," ucap Ais
tanya Ridwan pe
sekolah gratis, Mbah," ucap Aisyah dengan
Bagu
justru sangat baik. Aisyah
ka Aisyah melan
akhirat pun kita membutuhkan ilmu. Bahkan, dulu masih belum ada sekolah yang namanya SD, masih SR, Mbah sudah sekolah. Mbah termasuk da
rajin?" tanya Aisy
. "Bukan hanya rajin, ummimu itu juga sa
sap air mata harunya. Ia mencoba membayangkan seperti apa
ari Simbah atau Simbok. Kadang, mendengarnya dari mulut ke mulut orang-oran
inah begitu rajin dan pandai, ia pun juga sangat ingin meniru jejaknya beliau. Namun, lagi-lagi Aisyah memikirkan
ngkan kakak sepupunya Rosi dan Jamal mengendarai sepeda ontel. Mau bonceng ke mereka pun sangat t
kembali
mu pikirkan, Nduk," ucap Ridw
r. Jika untuk urusan kebaikan, jangan pernah lagi takut. Gusti Allah sama sek
i, M
saja segalanya s
akan luput dari campur tangan Tuhan. Ia
a Mbah dan Simbok sama siapa?" ragu Ai
ima atau Nisa yang bisa merawat kami. Perkara biaya pun, kamu tidak uzah khawatirkan itu. Insyaall
idak ada keraguan di dalamnya. Demi Aisyah, pasangan suami istri yang sudah lansia itu rela m
nar-benar menjadi pembanding antara sikapnya da
da
pernah meragu lagi. Akan tetapi, kalau yang berbicara itu adalah