gis, Nduk," p
a di atas lincak. Mengeja apa ya
a-citamu untuk bersekolah, Mb
rasakan perasaan dilema yang begitu luar biasa. Antara ingin
amu. Inginkan yang terbaik untukmu. Hanya saja, jika nanti kamu tidak menemukan keny
an Maimunah dan memeluk neneknya erat. Begitu erat. Maimunah merasa sesak denNamun, sepertinya ini memang keputusan yang
an Mbah Kakung n
u, kami masih ada anak-anak kami. Nisa, Marni, Rasyid, bahkan Sim
Abah dan Simbok tidak terlalu jauh, tapi tetap saja. Rasanya benar-benar tidak mudah meninggalkan mereka. Terlebih
am, Aisyah akan tetap tidur di sini. Aisyah akan tidur dengan Mb
ah men
karena selama ini kamu tinggal bersama kami. Idemu itu sudah benar. Bukan kami mau mengusirmu, tidak. Tapi sekali lagi kami katakan, usia kami sudah renta. Tenaga kami sudah berkurang. M
ok
mendengar segala wejangan sang istri pada cucu tercintanya dari balik dinding gedek terus menerus mengucek matanya. Se
lirih
ngkit, mencoba untuk semangat dan ingin lekas menjadi oran
rsama Abah, sebaiknya kapan Aisyah akan k
nyum seraya menggenggam tangan Aisyah, kemudia
a kamu sudah siap, mantapkan hat
enyum, mendukung dan memberikan
*
kini sudah sampai di halaman. Dari tampak depan, rumah sederhana dengan batu bata merah itu memancarkan aura negatif. Aisyah s
tok ...
ba menghalau kegundahannya dengan tetap me
h?" panggilnya denganetik berganti menit berlalu, ta
lnya lagi, berharap ada seseorang yang bersedia mem
an jawaban. Saking lamanya menunggu, akhirnya Aisyah member
ek
berdinding batu bata merah, sama sekali belum dicat persis seperti bagian depan. Ia menatap sekitar, matanya begitu awa
lnya dengan be
buah benda keras yang menimbulkan bunyi nyaring. Ia terkejut, nyaris berlari. Namun, ket
bersisian dengan trompet tersebut. Sebuah boneka Barbie b
sambil memeluk boneka Barbie tersebut. Kerinduan
tag
ja muncul di hadapan Aisyah. Sama sekali tidak bersuara. Namun, sorot matanya begitu tajam menunjukkan ke tidak suk
lancang masuk ke sini Ummi.
, a
uk dengan tubuh gemetar, tanpa sengaja menjatuhkan bone
kan punyamu!"
a. Ma
" gertak Ka
" tanya Ai
ustru memperhatikan penampilan Aisyah da
umal yang sudah sobek di bagian lutut, serta sandal jepit yang begitu tipis tanpa sadar membuat Karmila
k ada. Meman
ah untuk
Abah tidak ada, Aisyah pamit
ila. Wanita paruh baya itu memberikannya dengan raut wajah terp
k pria berkumis tipis rupanya meli
sya
tikan langkahnya, berbalik badan dan mencar
ng. Merasa bahagia at
ekas Aisyah menyalami
Abah sibuk. Lain kali kalau
. Ia datang ke sini untuk mendapatkan dukungan, tapi sayapnya terlebih dahulu d
ngguk. Sedangkan Mustofa kini memp
sama Abah, Sebaiknya kamu duduk dulu, ya? Aba
aja ada rindu untuk
ng mulai menghilang di balik pembatas tembok. Matanya berkaca-ka