tapan hangat yang selalu diterima Alvaro dari mertuanya, kini seolah hila
bertemu dengannya." Alvaro bert
uilah, selesaikan masalah kalian berdua. Tap
ngan kepala yang tertunduk, Alvaro melewati mertuan
getuk pintu terlebih dahulu. Pria itu membawa k
k bersimpuh di hadapan Olivia. "Oliv," panggilnya, lembut, seraya menatap sendu wajah itu. Alvaro semaki
, tanpa mau menatap wajah suaminya yang selalu ia damba. Namun sepertinya, kini
ivia, namun dengan segera, Olivia menepisnya dengan
h. Tapi kejadian itu ... aku juga tidak tau, kenapa aku bisa melakukan itu? Andai saja waktu itu aku tidak minum, mungkin hal bodoh itu tidak akan terjadi. Aku sungguh tidak berniat untuk mengkhianatimu Oliv. Aku mencintaimu, mana mungkin aku tega me
ahanmu, tapi tidak dengan persel
uh diluar kendaliku, aku
akitiku, Al. Sakit!" isak tangis kembali lolos dari mulut Oli
li meskipun Olivia memberontak. "Lepaskan aku! Aku tidak sudi kau sen
enghukumku, asal tidak menjauh dariku. Kau adalah hidupku, bagaimana mungki
i untuk itu. Akhiri hubungan ini, aku ingin kita bercerai!" Kalimat terakhir Olivia, membuat dada Al
akhiri kisah cinta mereka. Ini sungguh mimpi buruk baginya. "Oliv, apa yang kau katakan? Aku tidak mungkin bisa melakukan itu, aku tidak ingin
hatinya. Bagaimana bisa ia berpisah dengan wanita yang telah membuatnya jatuh cinta? Bagaimana mungkin, ia bisa berpisah dengan puj
" Seperti yang dikatakannya, Olivia akan memaafkan kesalahan Alvaro, tapi tidak dengan perselingkuhan. Olivia sudah memantapkan hatinya untuk berpisah dengan pria yang selama ini dikaguminya dengan pe
idak mau! Kumohon maafkan aku, kembalilah pulang bersamaku." Alvaro tak meny
kit yang sungguh menyiksa ini Alvaro. Biarkan aku mengasihani hatiku yang sudah kau hancurkan i
a melewati hari-hariku tanpa kau di sisiku? Dan ... bagaimana mungkin aku bisa tenang tanpa mendengar kecerewetanmu?" Alvaro lalu terkekeh ketika mengingat kecerewet
sakit yang dibuat Alvaro, sungguh tidak bisa ia maafkan, Olivia merasa telah dibodohinya. Jika memang benar Alvaro begitu mencintainya, dan menganggap Olivia adalah hidupnya, apapun k
itu kau terlihat sangat marah sampai kau melemp
o, tanpa pertimbangan, langsung melayangkang botol air mineral miliknya yang sudah kosong ke kepala Alvaro. Dan tanpa rasa takut, Olivia memarahi pr
memikirkanmu." Alvaro kembali mengangkat wajahnya, menatap netra yang berkilat itu. "Lalu cinta datang dan membuatku gila, sampai aku rela melakukan apapun supaya aku bisa memilikimu ...." Dadanya semakin sesak seiring kalimat yang terucap dari mulutnya. "Kau tau, betapa sulitnya aku meminta restu kedua orang tuamu dan juga kakakmu, waktu itu?
ang terlontar dari mulut Alvaro, berhasil membuka sedikit celah keraguan di dasar hatinya untuk berpisah. Namu