ut Olivia dengan sayang. Sebagai seorang kaka yang sangat menyayangi adiknya, Edzard sedikit banyak bisa merasakan rasa sakit yan
... mereka sangat kurang ajar!" Oliv semakin terisak, "S
a telah salah karena telah menyalakan api peperangan denganmu! Perlihatkan pada mereka, kalau kau tidak akan tumbang meski mereka menghantammu dengan luka yang menyakitkan, kau akan tetap berdiri tegak! Yakinkan pada dirimu
a melakukannya,
Wanita itu harus tau, kalau kau adalah wanita yang kuat, kau wanita terhormat, tidak akan melemah hanya karena wanita licik dan murahan! Tunjukkan p
"Seperti inilah adikku, buatlah aku bangga padamu." Edzard tersenyum, lalu merapikan rambut Olivia yang sedikit berantakan, dan mengusap kembali sisa-sisa air mata di wajah Olivia, "Jangan ada lagi air mata, karena air matamu terlalu berharga untuk sebuah pengkhianatan." Oliv mengangguk, "
eraianku dengan Alvaro?" tanya Olivia, se
ru beberapa bulan menikah, sudah harus menjadi janda. Ini benar-benar mimpi buruk baginya. Edzard juga tau, kalau ini adalah keputusan yang berat ba
li menyandarkan wajah sampi
nya yang sejak tadi mengacaukan pikirannya, dan mem
engan baik, seperti menjaga batu permata langka yang dijaganya dengan sangat hati-hati. Maka tak heran, ketika Olivia terlu
hat, lupakan semuanya dan bangun dengan memori yang b
d pun
ngan perusahaan raksasa milik keluarga Mahaprana yang selama ini menjadi mimpinya. Tapi kebahagiaan itu
ti kepercayaannya, Edzard merasa telah dipermainkan. Diusia pernikahan Olivia yang baru seumur jagung, Alvaro su
ya. Ia berhenti sejenak menatap ranjang besar
aat-saat indah bersama dengan Olivia, menghabiskan malam dengan bercanda tawa dan berakhir dengan gulat cinta. Bertukar saliva dan merasak
untuk pergi dari kehidupannya. Cinta yang ia perjuangkan,
dah tak lagi didengarnya. Kesalahannya telah membua
rcuma, tak ada harap untuk
salah, tapi tidak ada salahnya juga kau memberikan aku kesempatan, kan?" lirihnya, dalam isak tangisnya. "Ini semua gara-gara Prisa! Wanita itu benar-benar membuatku muak!" Alvaro mengepalkan tangannya kuat-kuat, dengan rahang yang terkatup rapat. "Ka
lakukan apa saja dengan uang dan kekuasannya. Menghancurkan Prisa, itu sangatlah mudah bagin
a telah berada di kediaman orang tua Alvaro. Dengan langkahnya yang anggun,
akaian formal yang membungkus tubuh kekar mereka. "Selamat malam, saya Prisa temannya Alvaro,
mengangguk, seraya mengulas senyuman teramahnya. Pria itu pun masuk ke dalam. "Kita lihat Alvar