.
menyeret kopernya menuju sebuah gedung,
ke sana untuk bekerja tentunya. Fiona, hanya mengangguk
dan merasakan semua penderitaan itu. Lagi pula, kerja di sana gajinya besar. Berbe
emenjak lulus sekolah menengah atas, ia langsung bekerja di beberapa pa
mikiran waras menasehati sang adik kedua. Selai
. Aku akan pe
artu visa, surat medical check up dan lainnya y
lum akhirnya ia harus pergi jauh ke Singap
satu penjaga keamanan memberitahu kepadanya b
besok pagi ke sini
ahan meninggalkan sebuah perusahaan besar. Ia pikir, dirinya akan la
ri bahwa semuanya berbeda. Tidak sepe
arah. Fiona harus segera mencari tempat tinggal, sebuah aparteme
suri setiap saat. Berharap menemukan sebuah bangunan
isa menginap satu hari di sebuah hotel biasa, ia belum
tabungan jika dalam kondisi mendesak s
di perusahaan itu, dirinya akan diberi
atu hari, ia akan
aku tidak terlam
minggu lalu, ia sudah berangkat bersama yang lain ke Singapura demi pekerja
g memang tidak mudah ternyata. Apalagi, dengan pakaian dan penampilann
u seperti itu. Ah biark
i dua belas dengan nomor enam sembilan, sesuai den
yang sangat tampan dan cool. Namun, aura kedua pria asing itu nampak mencekam. Membuat bulu kuduknya berdiri
a aku baru saja melihat dewa
tu tersadar ia langsung keluar dari lif
melamun ia tak memperhatikan keadaan. Kedua matanya menatap ke ba
ut berwarna kecoklatan, dan rahang yang tegas. Ah jangan lupakan
aan ciptaan tuhan, membuat ia lupa kal
g di katakan wanita itu. Sial, gara-gara lelaki tampan itu aku j
an yang tetap menyeret koper berwarna silver.
dupan yang baru membawanya
gu, ia tetap menuju ke kamar tersebut. Tidak lama, ia pun menemukan kamar itu. Dengan
rnyata. Ah, mungkin baru dibers
yang sebenarnya terjadi jika saja ia salah memasuki kamar. Yang ada di dalam pikirannya saat ini han
eperti ini kah hotel di lu
an sangat rapi, pertama pandangannya jatuh pada sebuah ruang tamu di mana sof
sangat empuk sekal
rus merogoh koceknya yang kini tersisa setengahnya. Tak apa
bali teringat dengan sosok Reza. Mantan kekasihnya yang masih
isi kepalanya. Ia akan membalas perbuatan lelaki itu dengan sebuah bukti yang akan
, Reza. Aku bakal
sendiri, akan selalu
ebuah kamar mewah. Kedua netranya menatap penuh kagum ketika setiap sudut ruangannya sangat i
rsihkan dirinya. Sedikit lama karena ia harus beradaptasi
ia tengah menon
a dalam sebuah film barat yang s
a, seorang lelaki tampan berwajah Asia nampak t
hu kan kalau kita masih butuh dia. Dan, tanpa
n mulutnya terlalu pedas jika menyang
mang ia masih membutuhkan uang yang selalu ia pinjam dari Fiona. Gadis baik hati yang mencintainya dengan
gadis itu selalu merepotkan dirinya. Meski apapun keinginannya akan selalu dipenuhi oleh Fiona, Reza tak bisa bertahan dengan dua
aik saja. Bahkan, tanpa bantuan dari Fiona. Kamu percaya sama aku
ta-kata kamu ini, Za.
Vanessa mengalihkan pandangannya, menatap kesal ke arah
kembali membujuk kekasihnya dengan segala pujian
nya. Aku sangat merindukanmu, sayang." Ucapny
ng tubuhnya dengan gesit. Membawa ke arah kamar berada. M
mau pulang saja.
i meresahkan dan harus segera diatasi. Hanya, Vanessa yang selama in
an Fiona, hanya satu. Gadis polos itu, tak bisa menyerahkan dirinya begitu saja pada sang kekasih tanpa sebuah ikatan suci terlebih dahulu. Berbeda
ta erangan menjadi irama syahdu yang menemaninya di sela-sela percintaan yang sebentar lagi sampai pada puncaknya. Men
za bersamaan pelep
n, bayangan gadis polos yang menangis di depannya terlintas begitu saja. Gadis yang sud
engingatnya." Ucap Reza m
yata sudah terlelap itu perlahan merubah posisinya, duduk dia
ungkin, aku menyesal karena melepaskan dia. Ya, ini hanya pera
yang redup, setelah membersihkan dirinya sendiri. Reza keluar mencari udar
i, dan semua hanya tinggal penyesalan. Sebab, ucapan san
k mau kehilangan aku, dengan begitu aku gak akan pergi jau
Aku sudah tidak lagi men
akan pernah nyesel atas apa
aru menyadari satu hal. Bahwa gadis polos bernama Fiona, tak akan pe