ahkan nyaris terlihat begitu menyedihkan. Terdapat sosok gadis remaja yang tengah bera
dua matanya menatap tajam ke arah gadis dewasa yang tengah menangis di depannya, dan tepat di samping gadis bernama Irene itu terdapat sang ibunya yang tengah memelu
dia bahkan tidak mengakui kesalahannya. Bahkan dengan tega membuat wajahku terluka seperti ini." Timpal Irene t
tu kepada Fiona, berbeda jika kepada Irene. Maka Cla
u hilangkan itu adalah pemberian terakhir kalinya mendiang suami kakakmu hah? Dimana ha
ak setiap saat dirinya selalu di sala
k akan pernah percaya dengan
rteriak. Pergi saja kau dari rumah ini, sekalian jangan per
Fiona, yah saat ini dia telah mengemasi seluruh
sahi kedua pipi mulus yang terlihat sangat tirus. Raut wajahnya tampak send
dia pejamkan. Sekeras apapun, Fiona menutup matanya dia
dengan kasur seadanya. Langkah kakinya perlahan mendekati pintu, Fiona tahu jika
Key?" Ta
dalam kamar sang kakak. Key, jelas tahu apa yang m
a dugaan tidak masuk akal itu. Akan tetapi dia masih kecil, Key terlalu muda untuk melawan sang ibu. Fiona saj
i memarahimu lagi kan?" Tanya Ke
a dekati Key yang tengah d
mu harus sabar dan jangan pernah membantah apa pun perkataan ibu, kamu gak mau k
kak kan gak salah, kenapa selalu Kak Irene yang ibu bela?
lembut memberi sebuah jawaban atas pertanyaan Key. Fiona tidak ingin sa
semua yang sudah berlalu. Ini sudah malam
natap penuh iba. Fiona kemudian terkekeh, sebenarnya dia ingin menol
gat, dia sangat senang hanya bisa tidur bersama dengan Fiona. K
f kakak juga belum bisa selalu ada saat Key butuh kakak. Kakak gak m
atnya nyaman. Bagaimana bisa dikatakan sebagai rumah jika tempat yang orang bilang adalah satu-satunya menjadi tujuan disaat kau lelah,
idak memihak kepadanya, bukan karena Fiona anak yang nakal dan bodoh. Fiona bahkan diterima di salah satu universitas negeri terkenal di wilayahnya, sebelum dia lulus sekolah menengah Fiona mendaftarkan
i untuk membiayai sekolahnya. Beruntung dia adalah murid yang berprestasi, membuat dia mendap
asa depannya pasti cerah. Dia tidak harus dengan susah payah mencari uang untuk membiayai dirinya sendiri, beserta sang adik. Namun, jika dia harus kuliah ter
bih memilih bekerja demi membantu meringankan beban keluar
*
ipaksa untuk segera sadar untuk menatap dunia yang sangat keras. Sinar mentari menyapa lembut waja
iga jam lagi Fiona harus segera berada di bandara H
pati kakaknya tengah bersiap diri. Mengernyitkan h
tnya. Hingga sebuah percakapan singkat semalam membuatn
Fiona mendongak, menatap sang adi
hatikan Fiona yang tengah disibukan deng
ahui hal itu seketika membuat hatinya sesak, Key yang masih berusia 16 tahun itu merasa
ah yang ada di b
ap tinggal?" Tan
ngisannya pecah, membuat Fiona langs
lu ia dekap Key ke
kamu pasti akan mengerti."
jelas dengan kedua mata yang basah. Fiona, merasa semakin berat meninggalkan Key
jangan pernah lupa untuk makan. Lihat, kakak s
u apa kebiasaannya. Ia mengangguk, membuat Key mengerti
katakan padaku jika sesuatu terjadi saat kakak ti
am legam yang dibiarkan terikat menjadi satu. Wajahnya yang putih pucat dan tirus, menatap s
eluar dari rumah terkutuk. Fiona tersenyum samar, sepertin
nya? Baginya, julukan yang tepat untuk kondisinya saat ini lebih tepat d
ra menjadi satu-satunya anak yang tid
namun tetap mengabaikan. Mencoba mencar
g hamba yang baik, ia hanya sedang menjalankan perannya dengan baik pula. Mencoba kembali membenahi kehidupan yang b
edihan yang setiap harinya me
baru. Berharap, di negara lain ia da
ta kembali tidak berpihak