, hancur berantakan hingga tak bisa kembali berbentuk dengan jelas. Gadis itu melangkah tertatih, menyeret kaki jenjangnya yang hanya dibaluti celana jeans dengan kaos berwarna
tak tahu lagi harus kemana. Pulang ke rumah juga buk
pan. Kedua telinganya mendengar kalimat yang tak sepantasnya ia d
ng terlampau percaya dan
diberi hati malah minta jantung.
sudah mencintainya dari lama, sebelum hubungan aku dan kamu
embali ia menatap sang kekasih yang sebentar l
salah dariku, kenapa kamu merahasiak
ngguk, tanpa mem
u sudah tidak bisa mencintaimu lagi.
p kamu tidak akan
gin secepatnya menghilang dari tempat itu. Tempat, yang dulunya selalu menjadi alasan ia bertahan hidup dari segala kekacaua
berjalan hingga tak terasa kedua kakinya pegal. Perlahan, F
ara yang paling sederhana. Sedikit meresapi manisnya hidup dalam secangkir kopi latte yang teramat m
matanya yang sembab menjadi salah satu pusat perhatian orang lain. Sungguh, ia tidak ingin ada satupun yang mel
Setelah, menyesap latte nya yang begitu dingin denga
nginkan kerongkongan yang sejak tadi terbakar em
hun lamanya, tapi dia mengotori cint
gitu mencintainya dengan sangat, memperlakukannya dengan begitu penuh cinta. Ia bahkan rela, membiarkan u
tiku, apa karena aku k
Ia tidak punya tujuan lain, selain kembali pulang. Meski lan
at ini. Aku muak, dengan semua hal yang terjadi. Kenapa, tak
ng diri, kini perlahan mulai menggelap. Hari semakin sore, tak ada senja seperti hari biasanya. Padahal Fiona tengah men
a masih merah padam. Menahan rasa sakit, emosi dan segala rasa tengah ia pendam. Berusaha menutupinya serapat mungkin. Namun, matanya tak
atinya tidak bisa ia abaikan lagi. Dengan kedua
ya dikhianati dan ti
*
hanya ditemani benda pipihnya dengan suara musik mengalun merdu di gendang telinganya, mencoba terpejam untuk merehatkan tubuhnya dari rasa lelah yang mulai ia
-adik. Aku akan buktikan sama ibu dan bapak kalau
umum yang biasa dipanggil akrab angkot. Ibunya mengantar meski tak sampai bandara karena
k bisa memberimu lebih. Selalu kabari i
i sedikit, Fiona tak keberatan. Setidaknya, masih ada rasa kasih sayang pada dirinya meski j
gitu ia melihat tubuh sang ibu menjauh dari pandangannya. Fiona te
pernah terjadi. Fiona mungkin tidak akan mengamb
buah instruksi untuk segera bersiap karena pesawat akan
a injakan kakinya di sana. Untuk pertama kalinya, dia su
aknya disana ia bisa berbahasa na
alamat ini, Sir." Ucapny
lalu menjalankan kuda besinya me
a disampingnya, rasa kantuk mulai datang kembali namun ia harus t
sampai,