WARNING 21+!! Athena Gimberly tak ingin menjalin hubungan serius dengan pria manapun karena suatu alasan, tapi dirinya ingin memiliki anak yang nantinya akan menemaninya di saat tua. Dari situlah pemikiran gila untuk mencari seseorang yang bisa memberikannya bibit tanpa harus melangsungkan pernikahan. Mempertemukannya dengan sosok Arthur Harley, seorang pria dengan harga diri tinggi. *** "Kamu ...." "Mari melakukan hal itu lagi. Yang sebelumnya tidak membuahkan hasil, jadi bisakah kita melakukannya lagi?" tanya Athena membuat pria itu terdiam.
Suara desahan demi desahan terdengar di dalam kamar sebuah hotel mewah. Terlihat seorang pria tengah mengerakkan tubuhnya begitu cepat, hingga membuat wanita di bawahnya terus mengeluarkan suara yang terdengar begitu merdu di telinganya.
"Oh, shit! Kau sempit, Sweetie!" Erangnya tertahan. Terus menggerakkan tubuhnya tanpa henti untuk mencapai kepuasannya.
Wanita itu tak menjawab. Terus mengerang dengan tubuh menggeliat berkeringat hingga membuat seprai terasa lembab.
Tiba-tiba wanita itu memukul pelan bahu pria di atasnya, berusaha untuk mengatakan sesuatu dengan bibirnya yang bergetar menahan rasa nikmat.
"He-hentikan. A-aku ingin buang air kecil," cicitnya dengan susah payah menahan gejolak aneh yang seakan meronta ingin dikeluarkan.
Sesaat pria itu tersenyum. Menambah ketampanannya tanpa menghentikan gerakan tubuhnya.
Pria itu menunduk, mendekatkan bibirnya tepat di telinga wanita itu. "Keluarkan, Sayang. Keluarkan," bisiknya berat.
Erangan panjang keluar dari bibir keduanya saat mencapai puncak kenikmatan. Seketika tubuh pria itu tumbang menimpa wanita tersebut, mencoba mengatur deru napas mereka yang tidak beraturan karena olahraga malam.
Setelah merasa sedikit tenang, pria itu memindahkan tubuhnya ke samping. Memeluk erat sosok wanita yang kini terlelap karena lelah.
"Good night, Sweetie." Ucapnya dengan suara berat, mengecup singkat kening wanita dalam dekapannya.
***
Seorang wanita mengerjap beberapa kali, merasa terusik dari tidurnya saat cahaya mentari yang masuk melalui celah gorden mengenai wajahnya.
Wanita itu terdiam sesaat. Menoleh ke samping, di mana sosok pria tampan tengah tertidur lelap dengan deru napas beraturan.
Dengan hati-hati wanita itu menyingkirkan lengan besar yang berada di atas perutnya. Bergerak perlahan turun dari tempat tidur dengan menahan rasa nyeri pada bagian bawahnya.
"Sttt! Sakit banget," lirihnya sambil mendesis pelan. Segera membungkuk meraih satu persatu pakaiannya yang tergeletak di lantai.
Setelah selesai memakai pakaiannya, merapikan penampilannya yang sedikit berantakan. Kini wanita itu kembali mendekat ke arah ranjang, menatap lama wajah pria tampan yang memuaskannya semalam.
"Terima kasih untuk yang semalam," bisiknya pelan seolah pria itu mendengarnya. Wanita itu merogoh tas kecil miliknya, meraih selembar uang seratus ribu di sana.
"Aku tidak punya uang lebih di dalam tas. Jadi aku bayar segini saja, ya." Ucapnya lagi, meletakkan uang tersebut di atas meja samping tempat tidur.
"Sekali lagi aku ucapkan terima kasih. Terima kasih karena sudah menyumbangkan benih di perutku. Aku berharap benih ini bisa segera membuahkan hasil, sekali lagi terima kasih." Ucapnya tulus. Lalu berjalan tertatih mendekati pintu untuk segera keluar dari kamar tersebut.
Beberapa menit kemudian.
Sebuah taksi berhenti tepat di depan bangunan apartemen 5 lantai. Seorang wanita keluar dari dalam taksi, berjalan pelan memasuki lobi bangunan apartemen itu untuk segera tiba di dalam unitnya.
Dengan cepat ia memasuki lift, mengabaikan beberapa tatapan aneh orang yang berada di sekitar.
Wanita itu terdiam di dalam lift, menatap pantulan dirinya pada dinding lift.
"Pantas saja mereka menatapku aneh, ternyata penampilanku masih sangat berantakan." Gumannya pelan, merapikan rambutnya.
Ting!
Perlahan wanita itu melangkah keluar saat tiba di lantai tiga. Berjalan pelan mendekat ke arah pintu yang berada tidak jauh dari lift, segera merogoh tas kecilnya untuk mengambil kunci.
Setelah berhasil membuka pintu, ia pun melangkah masuk dan terkejut mendapati seonggok manusia berjenis kelamin wanita tengah tertidur pulas di sofa.
"Lina! Lin, bangun!" wanita itu menggoyangkan bahu wanita yang tengah tertidur di sofa.
Sosok yang merasa tidurnya terusik, perlahan membuka kelopak matanya. Sontak segera mendudukkan diri saat mengetahui siapa yang membangunkannya.
"Kamu dari mana, Thea?! Aku tungguin semalaman enggak balik-balik. Abis dari mana?" tanyanya tanpa henti.
Wanita itu tak langsung menjawab, ia hanya terdiam sambil mengerjap polos beberapa kali.
Tiba-tiba, Lina kembali berbicara dengan raut wajah terkejut yang terlihat jelas di wajahnya.
"Tunggu," Lina bangkit dari duduknya. Mengelilingi tubuh sahabatnya yang kini tengah berdiri, "Kamu habis dari mana? Kok ada bau alkohol?"
Lina menutup mulutnya tak percaya, menatap Athena dengan kedua mata terbelalak.
"Semalam kamu habis dari kelab malam?" tanya Lina dengan telunjuk mengarah tepat di wajah sahabatnya.
Dengan polosnya Athena menganggukkan kepalanya, membuat mulut Lina sedikit terbuka karena terkejut.
"Udah dapat penyumbangnya juga," ucap Athena girang dan Lina semakin diam membeku kaku di tempatnya.
'Wanita sinting!' batin Lina.
Lina menggeleng tak percaya menatap Athena. Padahal baru kemarin sahabatnya itu mengatakan jika ia ingin memiliki anak. Apakah secepat itu Athena melakukan niatnya dengan pergi ke kelab mencari pria yang bersedia menjadi penyumbang kecebong?
"Ka-kamu beneran abis ..." Lina tak sanggup melanjutkan ucapannya. Tangannya bergerak kaku untuk menjelaskan maksud perkataannya.
Athena kembali mengerjap polos, lalu mengangguk membuat kelopak mata Lina berkedut.
"Kalau kata dokter, tunggu beberapa hari untuk melihat hasilnya. Jadi aku tinggal nunggu aja," ucap Athena mengingat ucapan dokter kandungan yang ia temui kemarin siang, sebelum malamnya pergi ke kelab.
Lina masih diam tak percaya akan hal itu. Apa semudah itu sahabatnya menyerahkan keperawanan pada seorang pria yang bahkan tak ia kenal, hanya demi memiliki seorang anak?!
Lina cukup tahu kenapa Athena ingin memiliki anak tapi tak ingin menjalin hubungan serius dengan seorang pria. Tapi, apa semudah ini?
Pria beruntung mana yang mendapatkan santapan gratis tanpa dimintai pertanggung jawaban?
"Ya udah, Lin. Aku masuk kamar dulu, mau mandi abis itu tidur." Athena melenggang pergi dari hadapan Lina, mendekat ke arah pintu kamar bercorak pink.
"Athena." Sontak Athena menghentikan langkahnya mendengar panggilan dari Lina.
Wanita itu menoleh ke belakang, menanti sahabatnya melanjutkan ucapannya.
"Kamu tidak lupa bayar cowok itu, 'kan?" tanya Lina.
Athena mengangguk, "tentu saja. Masa iya, aku pergi gitu aja. Cuman ..."
Kening Lina mengerut penuh curiga mendengar Athena menjeda ucapannya, mendadak perasaannya tidak enak.
"Aku cuma bayar 100 ribu. Soalnya uang yang aku bawa habis bayar minuman."
"What!" pekik Lina tak percaya.
Sedang di sisi lain.
Seorang pria menggeliat di bawah selimut yang menutupi setengah tubuhnya, memperlihatkan lekukan otot pada perutnya yang tertata begitu rapi.
Kening pria itu mengerut kala tak merasakan kehadiran seseorang di sampingnya.
Dia mendudukkan diri, menatap sekeliling sembari mengumpulkan kesadarannya, hingga tatapannya tertuju pada selembar uang di atas meja.
Pria itu mengabaikan uang tersebut. Menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, lalu beranjak mendekat ke arah pintu kamar mandi untuk mencari keberadaan seseorang yang bersamanya melewati malam panas semalam.
"Tidak ada." Monolognya saat membuka pintu kamar mandi tapi tak menemukan keberadaan seseorang yang ia cari.
Ia kembali melangkah mendekati tempat tidur tanpa peduli dengan tubuhnya yang tidak mengenakkan sehelai kain. Pikirannya hanya tertuju untuk mencari sosok yang kini mendadak hilang bagai ditelan bumi.
"Haha," tiba-tiba pria itu tertawa garing. Mengalihkan pandangannya menatap selembar uang seratus ribu yang sempat ia abaikan tadi.
"Hahaha," ia kembali tertawa.
"Harga diriku." Ucapnya dengan tubuh gemetar, "akan aku cari kamu." Putusnya telak.
WARNING 18+ Bella Adelian harus segera mencari calon suami dalam kurung waktu 3 hari setelah Kakeknya meninggal. Karena wasiat yang ditinggalkan Sang Kakek menyatakan jika dirinya harus memiliki pendamping hidup, barulah perusahaan mendiang Ayahnya tak jatuh ke tangan Ibu tirinya. Karena terdesak, Bella mengambil keputusan besar dengan menikahi orang asing yang tak dia kenal. Menikahi pria yang ia kira sebagai pria bayaran. "Perjanjian tetap perjanjian. Kita akan cerai saat waktunya tiba," ucap Bella menatap lekat sosok yang hanya diam memandangnya lama. Pria itu tersenyum miring, "sayangnya sejak awal aku tidak pernah menganggap perjanjian itu, Istriku. Jadi kita tidak akan bercerai. Bersiaplah untuk malam pertama, Ibu menginginkan cucu mungil untuk di gendong." "Pria sinting!" Teriak Bella frustasi.
Louisa Loura Alexander seorang CEO sekaligus Arsitek ternama dan putri dari Louis Alexander. Tak pernah menyangka dirinya akan jatuh ke dalam jebakan rekan bisnisnya. Di tengah-tengah usahanya melarikan diri, Louisa dipertemukan dengan sosok yang sangat ia benci, Devian Salvatore-sepupunya. "Tolong... Tolong aku, Brengsek." ucapnya mengiba. "Hih! Wanita gila, jika meminta tolong harusnya tidak perlu mengeluarkan umpatanmu padaku." Kesal Devian dan tersentak saat bibir Louisa kini menempel dan melumat bibirnya. *** "Bisa-bisanya kalian berdua!! Daddy tidak mau tahu, kalian harus menikah!!" teriak Louis menggema di dalam rumah setelah tanpa sengaja melihat putrinya dan putra iparnya terbaring di atas ranjang hotel tanpa busana. 'Shit! Apa yang harus aku katakan pada Daddy dan Mommy. Demian mungkin saja akan membunuhku setelah ini.' batin Devian gusar, membayangkan tatapan membunuh saudara kembarnya.
21+ harap bijak dalam memilih bacaan. Seorang gadis duduk bersimpuh di lantai dengan tatapan memohon pada sosok pria yang berdiri di hadapannya, berharap agar sosok itu melepaskan. "Jangan menatapku seperti itu. Jika yang kau harapkan adalah kabur dari tempat ini. Maka hal itu tidak akan pernah terjadi!" ucap Kaisar dingin pada gadis yang duduk bersimpuh dengan luka di beberapa bagian tubuhnya. Kecelakaan yang menimpa Sang adik mengubahnya menjadi pria dingin yang tidak bisa disentuh. Mencari dengan segala cara untuk menemukan sang pelaku, hingga bertemu dengan Adelia. Follow ig:@author_kan
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Alicia adalah istri yang menyedihkan selama tiga tahun. Yang dia dapatkan dari apa yang disebut suaminya hanyalah ketidakpedulian, rasa jijik, dan lebih banyak ketidakpedulian. Sebuah kesempatan bersatu memicu harapan dalam dirinya bahwa Erick akhirnya berubah pikiran. Sayangnya, dia menemukan bahwa niat pria itu yang sebenarnya adalah untuk berdamai dengan cintanya yang hilang. Baik cinta dan kesabaran memiliki tanggal kedaluwarsa. Alicia tidak tahan lagi. Dia melemparkan surat cerai ke wajahnya. Alih-alih segera menandatanganinya, Erick menekannya ke dinding dan meludahi wajahnya, "Kamu ingin menceraikanku? Tidak akan terjadi!" Terlepas dari keengganannya, Alicia memutuskan untuk mengubah hidupnya. Dia mulai menaiki tangga kesuksesan dan segera menarik banyak pengagum. Erick tidak senang dengan ini. Ketika mereka bertemu satu sama lain suatu hari, Alicia ditemani beberapa anak. Sesuatu yang mendorong Erick untuk bertindak di luar karakter. "Biarkan aku menjadi ayah mereka," tawarnya. Alicia memutar mata ke atas padanya. "Aku tidak butuh bantuanmu, Tuan Ellis. Aku bisa mengurus anak-anakku sendiri." Namun, Erick tidak menerima jawaban tidak ....
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.