WARNING 18+ Bella Adelian harus segera mencari calon suami dalam kurung waktu 3 hari setelah Kakeknya meninggal. Karena wasiat yang ditinggalkan Sang Kakek menyatakan jika dirinya harus memiliki pendamping hidup, barulah perusahaan mendiang Ayahnya tak jatuh ke tangan Ibu tirinya. Karena terdesak, Bella mengambil keputusan besar dengan menikahi orang asing yang tak dia kenal. Menikahi pria yang ia kira sebagai pria bayaran. "Perjanjian tetap perjanjian. Kita akan cerai saat waktunya tiba," ucap Bella menatap lekat sosok yang hanya diam memandangnya lama. Pria itu tersenyum miring, "sayangnya sejak awal aku tidak pernah menganggap perjanjian itu, Istriku. Jadi kita tidak akan bercerai. Bersiaplah untuk malam pertama, Ibu menginginkan cucu mungil untuk di gendong." "Pria sinting!" Teriak Bella frustasi.
"Apa-apaan itu!"
Suara teriakan disertai gebrakan meja terdengar menggema di ruang tamu sebuah kediaman.
Karina menatap nyalang sosok pria yang merupakan pengacara dari mendiang Ayah mertuanya.
"Katakan jika hal itu bercanda. Bagaimana mungkin tidak ada satu persen pun kekayaan yang diberikan kepada kami?!" Karina menoleh menatap putrinya yang duduk dengan raut wajah terkejut.
Pria berkacamata itu merapikan letak kacamatanya. Raut wajah datarnya tak berubah sejak tadi. Baru berlalu beberapa jam sejak pemakaman Tuan Farhan, tapi sosok menantunya itu sudah bertingkah seperti ini. Seolah telah lama menunggu, tapi sayangnya tak sesuai rencana.
Deron menggeleng pelan. Sungguh sangat disayangkan jika kekuasaan keluarga itu jatuh ke tangan wanita paruh baya tersebut.
"Tapi memang seperti itulah isi wasiatnya, Nyonya. Jika Anda lupa, mendiang Tuan Besar telah memberikan vila untuk Nona Raya." Ucap Deron, membuat Karina mengepalkan kedua tangannya.
"Namun, ada syarat agar perusahaan itu benar-benar menjadi milik Nona Bella."
Sosok wanita yang sejak tadi diam sambil melipat dada di sofa tunggal, kini menenggakkan tubuhnya mendengar hal itu.
"Apa syaratnya?" tanya Bella dengan wajah datar.
Deron kembali membuka dokumen di tangannya, membaca bagian akhir dari dokumen itu.
"Anda harus menikah."
Bagai petir di siang bolong, Bella tersentak di tempat duduknya.
Apa-apaan syarat itu?! Apa kakeknya sungguh berniat memberikan kuasa itu padanya atau tidak?!
Sedang Karina diam-diam tersenyum miring. Ia tertawa dalam hati.
"Menikah? Apa hanya itu?" Karina bertanya dengan sedikit rasa penasaran. Ia berharap ada celah agar kekuasaan itu jatuh ke tangannya.
Deron diam sejenak. "Dalam kurung waktu 3 hari, Nona Bella harus segera mendaftarkan pernikahannya di kantor catatan sipil. Jika dalam kurung waktu yang sudah ditentukan, Nona Bella tak menemukan calon suaminya. Maka Nyonya Karina akan mendapatkan hak memegang perusahaan."
Karina melompat senang dalam hatinya. Ia tertawa puas, ia yakin jika Putri tirinya itu tidak akan bisa memenuhi syarat tersebut.
Sedang Bella mencengkeram kuat lengannya. Rahangnya mengetat menahan amarah. Jika perusahaan itu jatuh ke tangan Ibu tirinya, maka segala upaya dan jerih payah yang sudah ia lakukan untuk menaikkan nama perusahaan itu akan sia-sia.
'Syarat macam apa ini, Kakek?!' batin Bella. Sungguh ia tidak mengerti jalan pikiran kakeknya saat membuat surat wasiat itu.
"Kalau begitu, Saya pamit undur diri. Saya harap dapat mendengar kabar baik segera, Nona Bella." Pamit Deron sedikit membungkuk ke arah Bella sebelum melenggang keluar ruang tamu.
Sepeninggal Deron, kini hanya Bella, Karina serta Raya di ruang tamu. Tiga wanita itu masih mengenakan pakaian berkabung, tak sempat mengganti lantaran harus mendengar surat wasiat.
Suara tawa pelan terdengar memasuki indra pendengaran Bella, membuat wanita itu mengalihkan pandangan ke arah Karina yang tengah tersenyum mengejek.
'Tahan. Jangan marah, tahan.' Batin Bella mengepalkan tangannya kuat.
"Aku harap kau bisa menemukan pria yang sesuai. Ah, atau jika kau ingin aku bisa mencarikannya untukmu." Ucap Karina dengan senyum remeh di bibirnya.
Bella menghela napas pelan, "tidak, terima kasih. Aku masih. Bisa mencari calon suamiku sendiri."
Bella berdiri dari duduknya. Menatap Karina dengan wajah datar.
"Sungguh kamu tidak ingin menerima bantuanku? Oh, baiklah. Aku tidak akan memaksa," ucap Karina tersenyum mengejek bersama putrinya.
"Iya, sekali lagi terima kasih karena menawarkan bantuan."
"Saya tidak ingin Anda memberikan suami orang, jadi saya bisa sendiri mencari calon suami yang berstatus lajang." Sindirnya.
Seketika tawa Karina lenyap. Sontak Karina menoleh dengan tatapan marah menatap Bella yang kini balik tersenyum tipis ke arahnya.
"Kau!" Karina berteriak tertahan. Tubuhnya gemetar menahan amarah mendengar sindiran putri tirinya itu.
"Kalau begitu, saya pamit masuk ke dalam kamar." Bella melenggang pergi mendekati tangga untuk naik ke lantai dua. Meninggalkan sepasang Ibu dan Anak yang menatap benci padanya.
Prang!
Suara pecahan kaca terdengar di ruang tamu. Raya menatap Ibunya yang baru saja melemparkan vas bunga ke lantai hingga pecah berkeping-keping.
"Mami," panggil Raya lirih.
Karina mengabaikan panggilan itu. Ia mengepalkan tangannya kesal dengan deru napas tak beraturan. Sungguh dia sudah tidak tahan lagi ingin segera mengusir Putri tirinya itu dari rumah tersebut.
Tiba-tiba, Karina tersenyum penuh arti di bibirnya.
"Mami," panggil Raya lagi.
"Tidak apa-apa, Sayang. Sebentar lagi kita akan mengusir wanita itu dari rumah ini." Ucap Karina, menoleh menatap putrinya yang ikut tersenyum penuh arti.
"Iya, Mami. Aku yakin tidak akan ada pria yang ingin menikah dengan wanita seperti dia. Siapa yang ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan wanita kaku," Raya terkikik geli dengan raut wajah polos.
Karina mengulurkan tangannya mengusap surai Raya penuh kasih sayang, membuat wanita berusia 20 tahun itu memejamkan mata menikmati usapan lembut Ibunya.
'Sebentar lagi aku akan menendang tubuhmu keluar dari sini. Nikmati saja sisa-sisa waktumu di rumah ini, Bella.' Batin Karina dengan senyum liciknya.
Ia hanya perlu menunggu tiga hari. Tak ada hal penting yang harus ia lakukan, karena Karina yakin putri tirinya itu tak akan mendapatkan calon suami dalam waktu 3 hari ke depan.
Di dalam kamar Bella, lantai dua.
"Aku ingin kamu mencari pria dengan kriteria yang aku sebutkan itu. Pokoknya aku ingin semua informasi mereka kamu kirimkan segera ke email malam ini, agar aku dapat memeriksanya."
Bella memutuskan panggilan setelah mendapat jawaban dari Sekretarisnya. Wanita itu menghela napas kasar seraya mendudukkan diri di tepi tempat tidur king size miliknya.
Tiba-tiba, Bella teringat akan ucapan mendiang kakeknya saat terbaring lemah di atas brankar rumah sakit.
"Kakek ingin kamu menikah, Bella. Kakek ingin melihat kamu bahagia bersama keluarga kecilmu, sebelum kakek kembali ke sisi Yang Kuasa."
"Sampai kapan aku harus mengatakannya, Kakek. Aku tidak akan menikah."
Pria paruh baya itu menatap sendu ke arah Bella, "sampai kapan? Apa kamu ingin sendiri terus menerus hingga tua?"
"Lebih baik seperti itu. Daripada harus menikah, bisa saya aku menemukan pria seperti Ayah."
Ucapan itu menutup percakapan di antara keduanya, hingga tanpa diduga esoknya Sang Kakek telah menghembuskan napas terakhirnya.
Bella kembali menghela napas kasar. Apa karena hal tersebut sang Kakek menulis wasiat seperti itu?
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tidak akan aku biarkan Mak lampir itu menguasai semuanya." Ucap Bella penuh tekad.
Dia akan menemukan calon suami dalam waktu tiga hari. Tidak! Dia akan menemukannya dalam waktu satu hari.
Ya, satu hari.
Dua hari kemudian.
"Nona?"
"Argh! Sial! Bagaimana mungkin bisa seperti ini!" teriak Bella frustrasi, hingga mengejutkan Sekretarisnya.
Bagaimana bisa dua hari berlalu begitu saja. Bahkan dia belum menemukan pria yang sesuai.
"Aaa! Aku bisa gila. Tinggal sehari lagi dan belum ada pria yang cocok," Bella memukul kepalanya kesal. Ia sungguh akan putus asa.
Tersisa satu hari lagi dan dia tak juga menemukan pria yang sesuai dengan kriterianya.
'Bukan tak ada yang sesuai. Hanya saja kriteria Anda terlalu tinggi, Nona.' Batin Yustaf, sekretaris Bella.
Pria itu senantiasa berdiri di samping Bosnya, menghela napas kasar mengingat pria yang telah ditolak oleh Bosnya beberapa menit sebelumnya.
"Aku lelah mencari. Siapa pun yang masuk melalui pintu kafe itu, aku akan menikahinya." Teriaknya kesal.
"Ya, tentunya yang berjenis kelamin laki-laki."
Bertepatan dengan ucapan itu, sosok pria terlihat masuk ke dalam kafe membuat Yustaf dan Bella terdiam.
"Em, Nona..." panggil Yustaf melirik ke arah Bosnya.
"Bawa dia ke sini, Yustaf." Ucap Bella dengan wajah serius.
Louisa Loura Alexander seorang CEO sekaligus Arsitek ternama dan putri dari Louis Alexander. Tak pernah menyangka dirinya akan jatuh ke dalam jebakan rekan bisnisnya. Di tengah-tengah usahanya melarikan diri, Louisa dipertemukan dengan sosok yang sangat ia benci, Devian Salvatore-sepupunya. "Tolong... Tolong aku, Brengsek." ucapnya mengiba. "Hih! Wanita gila, jika meminta tolong harusnya tidak perlu mengeluarkan umpatanmu padaku." Kesal Devian dan tersentak saat bibir Louisa kini menempel dan melumat bibirnya. *** "Bisa-bisanya kalian berdua!! Daddy tidak mau tahu, kalian harus menikah!!" teriak Louis menggema di dalam rumah setelah tanpa sengaja melihat putrinya dan putra iparnya terbaring di atas ranjang hotel tanpa busana. 'Shit! Apa yang harus aku katakan pada Daddy dan Mommy. Demian mungkin saja akan membunuhku setelah ini.' batin Devian gusar, membayangkan tatapan membunuh saudara kembarnya.
WARNING 21+!! Athena Gimberly tak ingin menjalin hubungan serius dengan pria manapun karena suatu alasan, tapi dirinya ingin memiliki anak yang nantinya akan menemaninya di saat tua. Dari situlah pemikiran gila untuk mencari seseorang yang bisa memberikannya bibit tanpa harus melangsungkan pernikahan. Mempertemukannya dengan sosok Arthur Harley, seorang pria dengan harga diri tinggi. *** "Kamu ...." "Mari melakukan hal itu lagi. Yang sebelumnya tidak membuahkan hasil, jadi bisakah kita melakukannya lagi?" tanya Athena membuat pria itu terdiam.
21+ harap bijak dalam memilih bacaan. Seorang gadis duduk bersimpuh di lantai dengan tatapan memohon pada sosok pria yang berdiri di hadapannya, berharap agar sosok itu melepaskan. "Jangan menatapku seperti itu. Jika yang kau harapkan adalah kabur dari tempat ini. Maka hal itu tidak akan pernah terjadi!" ucap Kaisar dingin pada gadis yang duduk bersimpuh dengan luka di beberapa bagian tubuhnya. Kecelakaan yang menimpa Sang adik mengubahnya menjadi pria dingin yang tidak bisa disentuh. Mencari dengan segala cara untuk menemukan sang pelaku, hingga bertemu dengan Adelia. Follow ig:@author_kan
Selama tiga tahun yang sulit, Emilia berusaha untuk menjadi istri Brandon yang sempurna, tetapi kasih sayang pria itu tetap jauh. Ketika Brandon menuntut perceraian untuk wanita lain, Emilia menghilang, dan kemudian muncul kembali sebagai fantasi tertinggi pria itu. Menepis mantannya dengan seringai, dia menantang, "Tertarik dengan kolaborasi? Siapa kamu, sih?" Pria tidak ada gunanya, Emilia lebih menyukai kebebasan. Saat Brandon mengejarnya tanpa henti, dia menemukan banyak identitas rahasia Emilia: peretas top, koki, dokter, pemahat batu giok, pembalap bawah tanah ... Setiap wahyu meningkatkan kebingungan Brandon. Mengapa keahlian Emilia tampak tak terbatas? Pesan Emilia jelas: dia unggul dalam segala hal. Biarkan pengejaran berlanjut!
Alicia adalah istri yang menyedihkan selama tiga tahun. Yang dia dapatkan dari apa yang disebut suaminya hanyalah ketidakpedulian, rasa jijik, dan lebih banyak ketidakpedulian. Sebuah kesempatan bersatu memicu harapan dalam dirinya bahwa Erick akhirnya berubah pikiran. Sayangnya, dia menemukan bahwa niat pria itu yang sebenarnya adalah untuk berdamai dengan cintanya yang hilang. Baik cinta dan kesabaran memiliki tanggal kedaluwarsa. Alicia tidak tahan lagi. Dia melemparkan surat cerai ke wajahnya. Alih-alih segera menandatanganinya, Erick menekannya ke dinding dan meludahi wajahnya, "Kamu ingin menceraikanku? Tidak akan terjadi!" Terlepas dari keengganannya, Alicia memutuskan untuk mengubah hidupnya. Dia mulai menaiki tangga kesuksesan dan segera menarik banyak pengagum. Erick tidak senang dengan ini. Ketika mereka bertemu satu sama lain suatu hari, Alicia ditemani beberapa anak. Sesuatu yang mendorong Erick untuk bertindak di luar karakter. "Biarkan aku menjadi ayah mereka," tawarnya. Alicia memutar mata ke atas padanya. "Aku tidak butuh bantuanmu, Tuan Ellis. Aku bisa mengurus anak-anakku sendiri." Namun, Erick tidak menerima jawaban tidak ....
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
Kehidupan Leanna penuh dengan kesulitan sampai Paman Nate-nya, yang tidak memiliki hubungan kerabat dengannya, menawarinya sebuah tempat tinggal. Dia sangat jatuh cinta pada Nate, tetapi karena Nate akan menikah, pria itu dengan kejam mengirimnya ke luar negeri. Sebagai tanggapan, Leanna membenamkan dirinya dalam studi andrologi. Ketika dia kembali, dia terkenal karena karyanya dalam memecahkan masalah seperti impotensi, ejakulasi dini, dan infertilitas. Suatu hari, Nate menjebaknya di kamar tidurnya. "Melihat berbagai pria setiap hari, ya? Bagaimana kalau kamu memeriksaku dan melihat apakah aku memiliki masalah?" Leanna tertawa licik dan dengan cepat melepaskan ikat pinggangnya. "Itukah sebabnya kamu bertunangan tapi belum menikah? Mengalami masalah di kamar tidur?" "Ingin mencobanya sendiri?" "Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik bereksperimen denganmu."
Awalnya pernikahan itu baik-baik saja. Semua menjadi hangat, luka akibat masa lalu Ainayya Hikari Salvina sedikit demi sedikit mulai sembuh. Tapi pernikahan hangat itu tiba-tiba diterpa gelombang. Menghancurkan sebuah kepercayaan dan membuatnya meninggalkan rumah yang sudah mengajarkan arti sebuah keluarga harmonis. Lalu mampukah Albara Demian Dominic sang pelaku kehancuran tersebut memperbaiki rumah tangga yang sudah membuatnya sembuh dari kejadian di masa lalu? Bisakah Albara mengobati luka yang dia berikan pada istrinya? Mari kita lihat bagaimana perjalanan Albara dalam mengejar cinta istrinya kembali.