ikut menyunggingkan senyum bahagia. Keduanya tampak begitu bersahabat dalam waktu yang singkat. Meski tahu
ngsih bersandar, lalu menempelkan
makan, Nak
dahulukan Bunda dulu. Nanti Hanna pasti makan
a? Su
s perannya, dan lupa bertanya pada Sultan yang biasa dipanggil dengan sebutan apa? Di saat Hanna tengah kes
amanya Hanna." Dengan santai Sultan mensiasatinya, tanpa
siapa." Sang Bunda pun t
, tadi mandi sambil berpikir mau makan apa." Dia mendekati
unda dengan baik, menyisir rambut Bunda, menyuapi Bunda makan, sampai r
ya sampai habis sepiring. Marlina yang bertugas merawat sang Nyonya sampai takjub, pasa
, sepertinya sejak kejadian kemarin Hanna sudah jatuh hati padanya. Entah Hanna yang berperasaan atau Sultan yang pandai mengambil
a Sultan pada Hanna. Wan
u." Malah Ningsih yang menyahut, meski Hanna tidak berkata apapun wan
m, dan istirahat yang nyenyak." Sultan mendekati sang bunda,
dan berkata. "Ayo, Sayang, Marlina pasti sudah
h. Semampunya Hanna menahan untuk tidak bersikap bodoh hingga melukai d
ini sangat lezat." Sultan meraih makanan kesukaan Arim
dikit sop iga yang tampak istimewa. Rasanya memang cukup enak, tapi Hann
it?" tanya Sultan saat melihat
aku tidak me
belajar me
Suara Han
maka kamu juga harus menyukainya," k
ara pada Sultan. Tentu Hanna tidak bisa seperti ini terus, berperan menjadi seseorang tanpa mengetahui si
kan terulang lagi. Hanna hampir saj
orang yang berbeda, aku bukan Arimbi, dan tidak bisa menjadi orang yang seperti k
Sultan menatap Hanna geram, dengan emosi sud
, bahkan dengan senang hati menjadi Arimbi saat di depannya. Tapi,
tan menatap Hanna, seler
anku dengan baik, jika kamu saja enggan menceritakannya. Aku butuh mengenal Arimbi y
hal Sultan kerap memperingati. Dia memang wanita yang pembangkang. Menceritakan soal Arimbi pasti akan dilakuk
a memberitahu soal Arimbi. Namun, sepertinya Sultan harus ber
pertamaku, dan tidak ak
an bagaikan peringa
embawanya berobat ke luar negri, tapi tidak ada saran yang cukup memadai selain memintanya tinggal di rumah sakit jiwa. Tentu saja aku lebih memilih merawat dan menjaganya d
aimana dengan keadaan
ya yang bisa menumbuhkan semangat Bunda untuk sembuh. Selama dua tahun ini aku sungguh tersiksa, meski semua orang melihatku sehat. Mereka t
ku merahasiakan semua pada Bunda, aku mengatakan padanya jika Arimbi
lupa, bahwa sekaran
h-olah memboikot, dan menutup jati dirinya. Bagaimana