ana Sultan Bhayangkari. Seorang lelaki dewasa yang telah menjadi suaminya akibat terjebak hujan di pondok. Hanna menyusuri ruangan dengan kedua mata cokelatnya, dari sudut ke sudut. Hingga pandang
Sultan berjalan di depannya denga
anna tidak memiliki kemampuan. Di saat Sultan berhenti tiba-tiba wanita berkerudung putih itu menabrak dadanya, H
g ketakutan?" tanya Sulta
a menangis Sultan jadi naik darah, tanpa berkata apapun ditariknya wanita itu dengan kasar. Lalu, mengempaskannya
Sultan berkata tegas. Sama sekali t
tanya Hann
atu-satunya. Bukankah
u Hanna, bu
mbantah!"
Sekalipun itu permintaan yang di luar nalarnya, Hanna tetap tidak bisa menolak. Di sini Ha
an yang cukup melelahkan. Tidurlah,
n tinggi yang tersusun. Biasanya setiap pagi Hanna sudah berada di sawah, menanam sayur mayur, umbi-umbian, dan
menyeka sudut matanya, saat tering
an berambut panjang dengan gaun bewarna merah. Wanita itu berjalan sambil menunduk sehingga Hanna tidak bisa melihat wajahnya den
Arimbi,
anita bergaun merah itu pemilik nama Arimbi. Lalu, kenapa Sultan memberi namanya pada Hanna? Ma
*
Keadaan Ningsih masih sama seperti kemarin, saat Sultan berpamitan dengannya. Lemah dan tidak berdaya. Peluang untuk sembuh memang tidak ad
tanyanya saat tersentak.
nda, ini
n dirimu. Apa kamu juga membawa Ari
itan, lumpuh dan tidak dapat melihat membuat Sultan enggan menghadapi masalah baru. Cukup sudah melihat Arimbi yang gila, dan
uga membawa Arimbi pu
an tanpa tujuan yang jelas. Dialah yang akan menjadi Ari
ndukannya. Di mana Arimbi? Kenapa dia tidak datang menjengu
dak seperti mertua dan menantu, tetapi bagaikan ibu dan anak kandung. Maka dari itu hingga sek
Kita baru saja sampai, j
a ingin bertemu. Bunda tidak mau makan jika bu
mintaan bunda sekarang. Sultan perlu membuat kesepakatan terlebih dulu pada Arimbi yang baru, walau kemungkinan ada penolakan
an pun mengecup kening ibundanya. D
yang mendung. Mata indahnya menengadah ke atas, dengan senyuman yang selalu tampak mempesona bagi Sultan. Melihat keda
n." Dia me
alu bertanya. "Bagai
Arimbi tampak baik-baik saja, bah
Arimbi hanya fokus memandang ke atas, tidak memedulikannya sama sekali. Dengan lembut Sultan menggenggam tangannya, mengambil per
anya Sultan sambil me
annya, tapi sebagai suami dia selalu berusaha mengajak berbicara. Sebenarnya Sultan bisa saja membawa Arimbi ke RSJ untuk perawat
Masih dengan kata-kata yang sama Sultan menang