engadu pada sang Khaliq. Setelah salam wanita itu pun bersimpuh lagi di hadapan-Nya dengan pandangan ke
kesulitan yang nyata, yang menyiksa jiwa raga dan batin. Kehidupan yang hamba impikan tak ses
miku telah ingkar, dan dia tidak seperti yang aku bayangkan. Aku lelah, sikap dan sif
kin deras mengiringi doa. "Tolong hambamu ini ya Allah, aku ingin kembali ke desa.
ktu yang lama, satu harian pun tidak akan selesai. Tempat curhat terbaikny
m saat Hanna mengakhir
terperanjat
ak Hanna mengangkat takbir Sultan telah datang, tapi lelaki itu hanya diam mengamati sampai akhir
ltan bertanya dengan
sedikit rapuh mendengar permohonan Hanna yang begitu menyayat hati. Akan tetapi rasa jengkel itu tetap ada,
?" tanyanya kemudian sembari berjala
i luar batas. Hanna masih muda, impiannya untuk masa depan yang indah belum berakhir. Di balik Sultan ya
lain perpisahan? Sungguh! Aku sangat membutuhk
ku Hanna." Untuk sekian
Seakan tahu apa yang terjadi selanjutnya Hanna berlari ke su
gan kekuatannya Sultan meninju kaca rias yang be
anna berteri
daku? Kenapa kamu selal
semakin keras, bahkan dia mulai berani membero
kupukul?!" Sultan mem
h kekuatan yang dia punya. Saat ini yang Hanna inginkan hanya bebas dar
alang itu tanpa aba-aba. Hanna pun terjerembab dengan wajah menempel pada lantai. Sultan menatap kedu
teriaknya dari luar, ter
da apa?" t
ang tidak beraturan. Dia berkata, "Nyonya besar Ningsih pen
erubahan wajah Sultan yang panik. Dengan perasaan kalut Sultan menarik Ha
amu ikut ak
*
lirihnya para
h angkat tangan. Sultan menggenggam tangan sang bunda dan menangis hebat. Hidupnya t
isnya. Dia menjadi rapuh serapuh-rapuhnya di ha
sekali berkata sesuatu pada anaknya Sultan dan Arimbi, tapi dia tidak mampu. Bahkan,
ku," lirihnya
ang bunda. Hanna tidak berkata apapun, dan tak juga menolak. Ditatapnya wanita tua
anya dengan suara yang
ni Arimbi,"
gat merindukanmu, Nak." Ningsih menangis penu
memberikan efek baik bagi tubuh beserta pikirannya. Dokter bahkan sampai takjub dan
jenguk Bunda." Dengan penuh kasih Hanna mengecup dahi Ningsi
cinta sudah tiada. Di balik sikap keras kepala Hanna, Sultan tidak menyangka atas apa
luknya untuk pertama kali. Hanna tidak menolak, apalagi Sultan melakukannya dengan kesungguhan
Sultan tepat dikuping H
terima. Sultan mengucapkannya dengan nada serius dan bergetar sampai ke hati. Namun, Hanna tid
Sultan mengulangnya, menyakinkan