/0/6420/coverbig.jpg?v=1006157fea7aaede6d2b4dae24ddf326)
Menikah dengan orang Kota bukanlah keinginan Hanna. Semua berjalan begitu saja dan sangat cepat. Hanna terjebak dengan Sultan yang sedang berlibur ke desanya, bermalam di sebuah kemah. Atas desakan sang paman Hanna terpaksa menikah dengan Sultan, dan rela dibawa olehnya ke mana pun dia pergi. Masa depan Hanna hancur saat Sultan mengurungnya di rumah, bahkan tidak memperlakukannya sebagai istri. Sosok Sultan yang baik hati dan lemah lembut hilang. Hanna sangat tertekan harus mengikuti aturan Sultan, termasuk keinginannya yang menganggap Hanna cinta pertamanya yang tidak tergantikan. Arimbi. Istrinya yang mengalami sakit jiwa.
Dengan langkah berat Hanna masuk ke dalam rumah megah yang suram. Bangunannya kokoh dan kuat, cantik, dan terawat. Akan tetapi Hanna bisa merasakan kengerian yang tersembunyi di balik mewahnya istana Sultan Bhayangkari. Seorang lelaki dewasa yang telah menjadi suaminya akibat terjebak hujan di pondok. Hanna menyusuri ruangan dengan kedua mata cokelatnya, dari sudut ke sudut. Hingga pandangannya terhenti pada sebuah foto sepasang pengantin yang tersenyum bahagia. Deg! Aliran darah Hanna berdesir saat mengetahui jika Sultan telah memiliki istri, bukan seorang lajang seperti dugaannya.
"Ayo! Akan aku tunjukkan kamarmu." Sultan berjalan di depannya dengan gagah, melewati beberapa ruangan.
Tidak ada yang bisa Hanna lakukan selain mengikutinya, meskipun rasanya dia ingin sekali melarikan diri. Namun, Hanna tidak memiliki kemampuan. Di saat Sultan berhenti tiba-tiba wanita berkerudung putih itu menabrak dadanya, Hanna langsung menunduk. Dengan perasaan takut Hanna berjengit ketika Sultan memegang kedua pundaknya yang bergetar.
"Kenapa kamu seperti orang ketakutan?" tanya Sultan, mata gelapnya menyala.
Hanna menggeleng lambat. Dia tidak kuasa menahan tangisnya di hadapan Sultan yang tampak mengerikan. Melihat Hanna menangis Sultan jadi naik darah, tanpa berkata apapun ditariknya wanita itu dengan kasar. Lalu, mengempaskannya di sebuah kamar yang bernuansa gelap. Tidak ada cahaya matahari yang masuk, karena semua jendela tertutup rapat.
"Mulai hari ini nama kamu Arimbi." Sultan berkata tegas. Sama sekali tidak ada rasa kasihan terhadap Hanna.
"Arimbi?" tanya Hanna bergetar.
"Ya, Arimbi, istriku satu-satunya. Bukankah sekarang kamu istriku?
"Tapi namaku Hanna, bukan Arimbi."
"Jangan membantah!" bentaknya.
Spontan Hanna terdiam. Sekarang Sultan Bhayangkari adalah suaminya yang wajib dia patuhi. Sekalipun itu permintaan yang di luar nalarnya, Hanna tetap tidak bisa menolak. Di sini Hanna hanya mengikuti apapun yang Sultan inginkan, termasuk mengganti namanya menjadi Arimbi.
"Kita baru saja sampai dari perjalanan yang cukup melelahkan. Tidurlah, aku akan kembali begitu kamu bangun."
Sepeninggal Sultan dengan cepat Hanna bangkit dan berjalan ke arah jendela. Hanna dapat melihat bangunan-bangunan tinggi yang tersusun. Biasanya setiap pagi Hanna sudah berada di sawah, menanam sayur mayur, umbi-umbian, dan padi. Akan tetapi kini Hanna berdiri di suatu kamar asing yang akan menjadi tempat tinggalnya sampai menua nanti.
"Paman ..." lirihnya sedih. Hanna menyeka sudut matanya, saat teringat sang paman yang tinggal di desa.
Tap! Tap! Ketukan sepatu terdengar nyaring. Untuk mendengarkan lebih Hanna pun menempel pada jendela, dan melihat seorang perempuan berambut panjang dengan gaun bewarna merah. Wanita itu berjalan sambil menunduk sehingga Hanna tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Ketika Hanna mulai menebak-nebak siapa wanita itu seseorang muncul mengejarnya dengan napas tersenggal. Mungkin pelayan.
"Nyonya Arimbi, tunggu!"
Arimbi? Batin Hanna berteriak. Sultan mengganti namanya dengan nama itu. Sudah Hanna pastikan wanita bergaun merah itu pemilik nama Arimbi. Lalu, kenapa Sultan memberi namanya pada Hanna? Masih bertanya-tanya Hanna berusaha membuka jendela kamarnya yang sepertinya telah terkunci mati.
***
Setelah membersihkan dirinya Sultan membuka kamar ibunda tercinta. Sudah seminggu lebih Sultan tidak mengunjunginya, tentu saja dia rindu. Keadaan Ningsih masih sama seperti kemarin, saat Sultan berpamitan dengannya. Lemah dan tidak berdaya. Peluang untuk sembuh memang tidak ada lagi, tapi Sultan ingin sang bunda hidup lebih lama. Sambil membelai rambut putihnya Sultan bercerita, meski ibunda masih tertidur nyenyak.
"Sultan, apa itu kamu?" tanyanya saat tersentak. Matanya mengerjap cepat.
"Iya, Bunda, ini Sultan."
"Oh, Sayang. Bunda sangat merindukan dirimu. Apa kamu juga membawa Arimbi pulang?" Ningsih bertanya lagi.
Sultan tersenyum miris. Sejak Arimbi kehilangan akalnya, Sultan memang tidak mempertemukan mereka lagi. Ningsih yang sakit-sakitan, lumpuh dan tidak dapat melihat membuat Sultan enggan menghadapi masalah baru. Cukup sudah melihat Arimbi yang gila, dan Sultan tidak ingin kehilangan bundanya. Memberitahu keadaan Arimbi yang sebenarnya tentu akan membuat Ningsih serangan jantung.
"Iya, Bunda, Sultan juga membawa Arimbi pulang," jawabnya mantap.
Sultan membayangkan wajah Hanna. Menikahi wanita itu bukan tanpa tujuan yang jelas. Dialah yang akan menjadi Arimbi. Istri satu-satunya dan menantu kesayangan bundanya.
"Syukurlah! Akhirnya Arimbi kembali. Bunda juga sangat merindukannya. Di mana Arimbi? Kenapa dia tidak datang menjenguk, Bunda?" Ningsih tampak heran. Wajahnya juga berubah sedih.
Sultan pun memakluminya. Istrinya itu memang sangat dekat dengan sang bunda. Bahkan, mereka tidak seperti mertua dan menantu, tetapi bagaikan ibu dan anak kandung. Maka dari itu hingga sekarang Arimbi mempunyai tempat di hati Sultan. Istrinya Arimbi paling bisa membuat bunda bahagia.
"Dia sedang tidur, Bun. Kita baru saja sampai, jadi Arimbi sangat lelah."
"Katakan pada Arimbi setelah bangun nanti Bunda ingin bertemu. Bunda tidak mau makan jika bukan Arimbi yang menyuapi Bunda," katanya tegas.
Untuk jawaban dari permintaan yang terakhir Sultan menahannya, karena mereka belum berbicara. Sultan tidak akan mengiyakan permintaan bunda sekarang. Sultan perlu membuat kesepakatan terlebih dulu pada Arimbi yang baru, walau kemungkinan ada penolakan dia akan tetap memaksa. Tentu saja butuh waktu yang tidak sebentar, dan Sultan berharap Hanna bukan termasuk wanita pembangkang.
"Sultan tinggal dulu ya, Bun." Sultan pun mengecup kening ibundanya. Dia ingin menemui Arimbi yang pertama.
Senyum Sultan mengembang begitu melihat Arimbi di taman belakang. Wanita cantik itu sedang menikmati senja dan langit yang mendung. Mata indahnya menengadah ke atas, dengan senyuman yang selalu tampak mempesona bagi Sultan. Melihat kedatangannya Ratih bangkit, dan sedikit membungkuk. Selama ini Sultan mempercayakan Ratih yang merawat dan mengurus Arimbi.
"Sore, Tuan." Dia menyapa ramah.
Sultan mengangguk, lalu bertanya. "Bagaimana keadaan Arimbi?"
"Seperti yang Tuan lihat, nyonya Arimbi tampak baik-baik saja, bahkan sekarang dia bertambah aktif."
Seakan mengerti Ratih menyingkir, mempersilakan Sultan duduk di sebelah Arimbi. Cukup lama Sultan tidak mendapat respons apapun. Arimbi hanya fokus memandang ke atas, tidak memedulikannya sama sekali. Dengan lembut Sultan menggenggam tangannya, mengambil perhatian Arimbi seutuhnya. Seperti biasa wanita itu tidak pernah menolak saat Sultan menyentuhnya, bahkan dia malah menatapnya dalam.
"Kamu sudah makan?" tanya Sultan sambil mengusap rambut Arimbi.
Tidak ada jawaban. Semenjak sakit jiwa Arimbi memang jadi banyak diam. Bahkan, Sultan pikir Arimbi tidak mengerti dengan pertanyaannya, tapi sebagai suami dia selalu berusaha mengajak berbicara. Sebenarnya Sultan bisa saja membawa Arimbi ke RSJ untuk perawatan ekstra, yang menjadi masalah dia tidak bisa jauh dari cintanya itu, apalagi harus bolak balik menjenguk. Itu sangat merepotkan.
"Sayang, kamu terlihat sangat cantik hari ini." Masih dengan kata-kata yang sama Sultan menangguhkannya, kemudian mengecup pipi Arimbi mesra.
Marlon (37) Pria dewasa yang seharusnya sudah menikah, mempunyai istri, dan anak. Bukan malah mengejar gadis kecil, berhasrat ingin menikahinya dengan alasan sudah siap berbagi ranjang. Belle (17) Gadis pemalu yang belum pernah berpacaran, bukan karena tidak cantik, hanya saja dia terlalu takut berdekatan dengan lawan jenis. Apa yang akan Belle lakukan? Ketika ada lelaki tua berjenggot yang berselisih 20 tahun dengan usianya, datang menghadap kedua orang tuanya, dan melamar Belle.
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
"Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Aku akan menggantikan Silvia untuk menikahi Rudy, segera setelah aku mendapatkan uangnya." Ketika saudara perempuannya melarikan diri dari pernikahan, Autumn terpaksa berpura-pura menjadi Silvia dan menikahi Rudy. Satu-satunya keinginannya adalah bercerai setelah satu tahun. Rudy adalah pria yang sangat kaya dan berkuasa. Namanya telah dikaitkan dengan banyak wanita. Rumornya, dia punya pacar yang berbeda untuk setiap hari dalam setahun. Mereka tidak menyangka bahwa mereka akan jatuh cinta dengan satu sama lain.
WARNING 21+!! Athena Gimberly tak ingin menjalin hubungan serius dengan pria manapun karena suatu alasan, tapi dirinya ingin memiliki anak yang nantinya akan menemaninya di saat tua. Dari situlah pemikiran gila untuk mencari seseorang yang bisa memberikannya bibit tanpa harus melangsungkan pernikahan. Mempertemukannya dengan sosok Arthur Harley, seorang pria dengan harga diri tinggi. *** "Kamu ...." "Mari melakukan hal itu lagi. Yang sebelumnya tidak membuahkan hasil, jadi bisakah kita melakukannya lagi?" tanya Athena membuat pria itu terdiam.
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Sepatah Kata, Jangan pernah bengong dan tertegun-tegun jika belum selesai membaca kisah yang sangat AGAK LAEN dan super unik dalam novel ini. Mungkin banyak yang tidak terpcaya jika cerita ini lebih dari 58,83% merupakan KISAH NYATA, 24,49% Modifikasi Alur dan 16,68% tambahan halu sebagai variasi semata. Buktikan saja keunikan kisah dalam novel ini. Jangan mengatakan gak masuk akal jika belum tahu bahwa hal itu bisa terjadi kapan dan dimanapun juga