ah menunjuk angka tujuh. Astaga, Martin juga sudah pergi. Bagaimana ini? Dia hanya
oleh
ng ditunggunya belum juga kelihatan. Lama sekali! Dia keli
ice
an terlihat sebuah senyuman manis menghiasi
u? Alice hanya
h, ya? Gimana kalo aku ant
udah hampir terlambat dan bagaimana ka
e. Gadis itu hanya tersenyum tipis sambil mengangguk. Tidak perduli
um padanya dan mul
a itu sedang memperhatikannya. Jantungnya berdebar kencang. Dia memang sedang ketakutan, tapi
kenal sama aku?" tanya pemud itu sam
mengangguk
a kamu nggak takut?" lanjut lelaki itu
ce semakin ketakutan dan itu bisa di
ku Devan, temannya Martin. Aku
uh
emua teman kakaknya itu brengsek? Oh, shit! Sep
kolah. Tenang aja," tukas lelaki itu seol
sih,
sekolah. Akhirnya dia datang tepat waktu. Lelaki itu membuka kaca
adalah orang yang ditabraknya tempo ha
ucapan bijak lelaki itu
obil Jeep putih itu segera berlalu. Apa ini? Kenapa
amp
Chelsea cukup membuatnya kaget. A
ampun, pipi lo sampai merah begitu." Chelsea sed
inya dengan telapak tangannya, kemudian mereka se
*
nya Alice dan Chelsea yang masih sibuk merapikan buku-buku ke lemari di
, Ch
enoleh serempak ke arah lelaki yang sedang tersenyum manis s
u. Chelsea tahu karena kedatangan Galang sengaja ingin menemui Alic
? Gimana kalo aku antar?" Galang b
akak aku," jawaban Alice m
i pula Martin belum tentu tidak marah ka
sis Alice tak akan mau pulang dengan sembar
makan siang sekalian jalan sore." Galang masih be
sebelum dia meninggalkan ruang kelasnya. Chelsea segera menyusu
*
a lantas segera memberikan beberapa lembar uang receh pada si sopir, kemudia
menerpa kulit putihnya. Dia segera mempercepat lang
gat kehausan. Alice segera memasuki rumah tanpa mel
nya dari dalam lemari es. Air dingin mulai menjalar te
kamu aus
mh
terbatuk-batuk melihat Devan yang sedang berdiri d
enenangkan dirinya sampai tiba-tiba ibu jari l
nya," ucapnya sambil m
tap wajah Devan. Namun dia segera tersadar da
tu mulai kurang ajar padanya nanti. Jantungnya berdegup sangat cep
Gadis itu terlihat sangat menggemaskan di matanya. Gadis belia dengan postur tubuh l
r
sandar di sana. Sial! Kenapa pipinya sangat
ak bisa
kus sekolah, bekerja, dan segera meninggalkan r
da pemuda tadi. Pasti Devan juga sama brengseknya dengan Rio
li
artin memanggilny
ma Devan. Keduanya berdiri bersisian di depan pintu. Jantung Alice kembali terguncang.
apa,
rgi." Martin menyodorkan sebungkus nasi rames
enemani Devan minum. Ya ampun, kenapa dia sampai
era meraih bungkusan it
ki itu cuma mengangguk da
Deg! Jantung Alice berdegup sangat kencang karenanya. Dia seg
sendiri di rumah. Alice memiringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri kemudian terlentang.
nggak-nggak!" Alice menasehati dirinya sendi