e banyak cerita tentang dirinya sewaktu di Bandung dulu. Begitu pun Pingkan, dia mencer
tak seburuk yang dia pikir. Menurut cerita Pingkan, Martin hanya depresi karena di
Bahkan ibunya Martin sempat mengandung seorang bayi perempuan. Namun bayi itu t
penderitaan Martin selama ini. Ya, dia merasa bersalah pada Martin. Namun ini semua bukan keinginannya
disitu?" suara Martin
ya Martin sudah pulang. Pemuda itu tampak
ngobrol sama Alice. Sini!" jawab P
kat lalu meraih lengan gadis itu kemudian menyere
sambil menyeret Alice menu
era menyusul mereka. Ada apa ini? Kenapa Martin terlihat sangat marah? Pingk
Alice setelah membuka pintu gu
sangat gelap. Dia menggelengkan kepa
!" Lagi-lagi Marti
natap sorot mata lelaki di depannya itu. Martin memejamkan matanya sejenak untuk
ik lengan Alice dan melempa
i menubruk sebuah tu
asang netranya yang sudah berkaca-kaca. Dia tak mau berada di ruanga
ang masih bersandar pada tumpukan karton berdebu di belakangnya
i ruangan. Alice
, Kak!" raung Alice sambil k
an area gudang. Namun Pingkan sudah berdiri di dep
Nggak waras kamu, Martin!" Pingkan berkata sambil mendongkak pada
pintu gudang dengan erat. Sialan! Alice sudah me
Ayo pergi," ucap Martin sambil merangkul bahu Pingkan. Namu
kan dia seperti ini? Dimana hati kamu?! Aku kecewa sa
ini? Pingkan tampak sangat marah padanya, d
g sama kamu, dia itu bukan A
ki itu. Dia sangat kesal sampai ingin
nita lain, begitu? Pake otak kamu. Alice itu Adik kamu, darah dag
UKAN A
ang berdiri di sampingnya. Dibantingnya guci be
ANG
emuanya. Dia merasa bersalah karena membuat Pingkan dan Martin bertengkar. Dan ucapa
Pingkan segera meraih tangan Martin dan merebut kunci yang di genggamnya. Pin
g
adanya. Dia tak sudi melihat Alice dekat dengan pacarnya. Bahkan dia sangat menyesal sudah membawa gadis itu bersamanya. Sungguh keb
*
enatapnya penuh rasa kasihan. Alice hanya menunduk dengan pipinya yang basah.
rti perasaan Alice. Tidak, ini bukan salah Alice. Pingkan segera berjongkok dan meraih bahu Ali
an jadi ribut," lirih Alice tanpa
sembari menepuk p
ut lagi, ya? Kakak akan selalu ada buat kamu," tukasnya usai melepas
k dan kembali m
. Ini terlalu berat untuknya. Kebencian M
aat ini, namun dia tak memiliki stok kesabaran yang m
bersama Martin, sebagaimana pesan terakhir ayahnya. D
lice akan tetap menemani Martin. Ya, dia yakin suatu h
kandu