pakai satu cincin dan itu pun Elang yang beli saat lebaran dua tahun lalu. Terus ini? Lima puluh lima juta uangnya Ibu pakai untuk apa?" lelaki berusia tiga puluh tahun i
. Kalau pinjam ke bank, Ibu harus pakai jaminan. Eh, malah orang yang kredit ke Ibu bayarnya pada susah. Ada yang kabur, ada yang ngeles mulu. Ga
atasnya, menandakan minuman itu telah dingin untuk beberapa jam lamanya. Bu Latifah mencuri pandang menatap anaknya. Ada perasaan bersalah menyelimut
tu satu minggu. Jikalau mati pun, uang takziah dari tetangga belum bisa membayar utang Ibu yang sebanyak ini." Elang merengek pada ibunya. Belum lama dia harus membayar sewa toko servi
ang dia kenakan. Untuk beberapa saat, tak ada satu pun dari keduanya yang bersuara. Wajah Elang
usi." Seketika Elang duduk tegak. Mema
elaki itu menggeser duduknya a
utri bungsu Bu Rima." S
ri saya, Bu. Duh, Ibu ... jangan aneh-aneh deh!" Elang masih tergelak sambil menggelengkan kepalanya. Tenggorokannya mendadak kering
emikirkan keadaan Ibu." Bu Latifah menangis ketakutan. Bukanlah hanya acting semata, tetapi benar-benar takut. Wanita itu tidak pernah memikirkan dampak dari perbuatannya yang
u depan. Toh, Ibu gak bisa bayar juga." Bu Latifah bangun dari duduknya masih dengan isakan. Hati Elang patah. Tida
ar ruang tengah dan ruang depan kontrakan. Dilihatnya sang ibu masi
ara Bu Latifah s
unya dari samping. Ia pun turu
, maka Elang bersedia, Bu. Elang gak mau Ibu masuk penjara." Ta
sam