a berdua saja. Bahkan Ibunya saja tidak mengetahui cukup baik perihal kehidupan Kiya sebelum bertemu dengannya. Elang menatap istrinya tanpa kata-kata. Pandangannya sekilas memang teras
Elang tersulut seperti ini dan dia belum pernah sama sekali dibentak oleh suaminya. Namun baru sehari saj
dirkan kenangan buruk itu lagi. Sayang, bersikap dewasalah. Dengar!" Elang semakin merapatkan duduknya di
asalah dengan itu. Lalu, kenapa kamu tidak mau berbaik hati pada Huri sedikit saja? satu minggu ada tujuh hari dan kamu kebagian e
. Kiya sangat keras kepala dan dia tidak mau juga marah pada wanita itu. Alasan apa nanti yang harus dia berikan pada Huri, jika ia tidak pernah lagi nongol di rumah gadis itu? ditambah lagi sarat kutukan y
natap kepala ranjang. Tangannya dilipat di dada, tanda ia belum mau ber
ti mengijinkan aku untuk menikahinya." Kotak perhiasan itu diletakkan Elang di atas kasur, tepat di de
r
il menggelengkan kepalanya. Kotak itu terbuka dan barang yang ada di dalamnya berhamburan di lanta
rikan perhiasan itu pada orang lain." Elang berjalan memungut perhiasan yang berhamburan di lantai. L
ama tetangga," sindir Elang lagi, sambil bangun dari posisi jongkoknya. Lelaki itu sudah ikhlas, jika memang per
hnya. Mata Kiya terbelalak, saat mendapati kalung emas, dua cincin emas, gelang tanga, dan juga sepasang anting mutiara. Sem
ikannya perhiasan lagi. Wanita itu memandang dengan puas jemarinya. Kini, ia sibuk memakai gelang tangan dan juga anting dari Huri. Sepertinya ia mempunya ide lain dan bisa diterapkan pada gadis seperti Huri. Elang bera
a baik-baik saja? Yah ... sebuah pertanyaan sangat sederhana, tetapi ia tidak berani untuk menanyakannya. Gadis itu turun dari ranjang, lalu berjalan dengan malas keluar kamar, untuk mengambil air ke dapur. Sekilas dilihatnya pintu gerbang rumah besarnya, berhar
dan bersiap untuk besok sore
njelang pukul semblan pagi, Huri dengan semangat berangkat ke kampus. Untunglah perkuliahan hari ini haya sam
fi dirinya yang tengah menikmati teh manis, ke akun media sosial Facebook dan juga Instagr
u
u
nunggu kedatangan Elang sampai digigit nyamuk dan azan magrib berkumandang. Bu Rima menatap sedih anak
ntuk Elang. Nanti saat dia datang, bisa langsung kamu temani makan," ujar Bu Rima menasehati putrinya. Huri mengangguk patuh. Dengan lang
Bu Rima hanya bisa menahan derai air matanya melihat kesedihan Huri. Ia sepertinya telah salah memilih lelaki
suaminya itu tidak jadi datang, dia dikabari, sehingga tidak menunggu seperti ini. Gadis itu menarik napas panj
ya. Bahunya merosot, ponsel Elang tidak aktif. Ada air yang menggenang di pelupuk matanya. Dengan jemari ber, siap
ssalamualaykum
apa? Suami saya sedang kelelahan bikin anak dengan saya. Apa perlu saya fotokan pose panas kami berdua agar kamu tahu diri? Tidak perlu kamu tunggu! Kar
sam