kan takdir. Maut yang tak bisa dihindari oleh makhluk yang bernyawa. Air mata jatuh meluapkan kecewa
elayat yang sedang membacakan al-Qur'an Surah Yasin itu membuat siapa saja yang mendengarkan merasa tenteram. Lalu tatapannya beralih k
dikafani dan tinggal mengantarkannya ke rumah terakhir. Jenazah itu adalah---Ridwan---ayahn
tidak akan ditemukan secepat ini," bisik seorang ibu-ibu yang duduk di
daan hidup, bukan jasadnya," jawab i
selamat, Nur. Mana di bawahnya bebatuan. Kasihan F
u mencubit wanita di samping kirinya. K
erapikan karpet yang berantakan dengan sampah kertas, sekilas ia melihat anaknya itu, lalu
"Nak, jangan bersedih, kalau bersedih kasihan ayah
ab Fauzan
u mengusap kembali pucuk kepala ana
endekat. Ningrum kembali menoleh sekilas lalu menyapu kembali sampah pada karpet yang masih
pang
awab sambil duduk
antarku pergi ke mas
ntar Fauzan ke masjid saat azan maghrib adalah Ridwan. Bahkan, ayahnya itu selalu men
ghrib, nanti beres shalat, semua teman-teman akan datang ke rumah kita untuk mendo
tu ibunya merapikan karpet. Setelah selesai, barulah ia
ngan ibunya, lalu setelah terdengar jawaban salam dari Ning
b berkumandang. Ia bergegas mengambil air wu
berangkat bareng," ucap Karvo saa
jawab Fauzan sambil memame
erjamaah. Setelah salat selesai, ustaz yang menjadi imam itu memu
gkat ke rumahnya Bu Ningrum untuk acara tahlilan. B
di wajahnya. Karvo yang duduk paling dekat dengannya segera m
" ajaknya setelah beberap
uzan. Keempat temannya itu tak berkata apa-apa, bahk
" seru Karvo sambil menep
n masuk lewat pintu rumah, ya!" ucap Fauzan,
a. Tidak hanya murid dari ustaz Yoyo yang hadir, bapak-
embantu Ningrum menyiapkan cemilan untuk para tamu. Fauzan be
ahlilan dilakukan sampai hari ketujuh. Fauzan
-temanmu sudah menunggu di depan!" per
etelah selesai meneguk segelas air, ia keluar rumah sambil menjinj
bawa tepung beras sama gula," ucap Nur sambil
akaian sudah selesai dijemur di kawat jemuran. Ningrum m
lalu ia mencium tangan Ning
n belanjaan. Kita masak itu juga buat acara nanti
mengambil langkah saat mendengar ucapan ibunya barusan. Otaknya mulai mengingat kejadian sub
nya cukup dilalui oleh manusia dan kendaraan beroda dua. Melewati padang rumput ilalang
bola, yuk!" ajak Arip yang langs
lu menatap tanah yang diin
n lah, Zan!"
. Ia berjalan sambil menatap Fauzan. Yang di
juga ikut pergi," gumam Fauzan sam
ikap Fauzan belum kembali ceria. Hingga acara tahlilan ke sepuluh dan selanjutnya setiap har