jalan ogah-ogahan keluar kamar. Udara masih terasa dingin, hari masih gelap di pandang
ingrum dari ambang pintu dapur. Mat
epat mandi!" titahnya lagi setelah m
kembali ke dapur. Ia yakin kalau anaknya sudah mandi. Tak lama kemud
aikum!" seru
ab salam sambi
ngrum saat tahu yang men
ingkisan kantong plastik hitam. Ningrum mengambilnya dengan segan. "Itu s
Pak? Semuanya berapa har
uk ibu saya juga ada, nih!" Kono menunjukan tas ransel yang d
g, minum dulu atuh!" u
Assalamu'alaikum!
menatap punggung Kono yang menjauh. Ia menghela napas
. Diam berdiri di jamban dengan handuk melilit di pin
ring menampakan diri? Fauzan mengepalkan tangan
ayahnya. Takut bahwa Kono yang digadang-gadang ak
mata yang sudah membasahi pipinya. Namun, mata yang memerah tak bisa membo
gerutu Karvo. "Kalau tahu
a-bisa bilik jamban roboh," u
sekolah, tungguin
yang sudah berdiri
menuju kamar tanpa menoleh ke arah N
an merasa lapar. Namun, ia enggan untuk sara
uku sesuai jadwal pelajaran hari ini. Ia juga tidak lu
-pucuk pohon yang tinggi mendapatkan sinarnya. Fauzan bergerak ke
jemurnya di kawat jemuran. Saat tahu anaknya suda
ah m
gan kecilnya sibuk
ri ini pulang sore kare
as membuang air sisa yang ada di dalam
ngambil kotak makanan dan mengisinya dengan nasi serta
umahnya. Ia menunggu keempat te
?" tanya Ningrum saat ti
ergeming sambi
kal saja, ya. Nanti kamu l
acuh, ia pun membuka ransel yang dikenakan
ibunya. Wajahnya cembe
ini kena
gak mau bekal makanan!"
kasih Mang Kono!" ucapnya l
mam Ningrum saat Fauzan
i rumahnya. Fauzan yang sudah berada di jala
an dua lembar uang saat Fauzan tak melihat ke arah mereka. "Nitip jika Fauzan lap
lesai mengikat tali sepatu, ia p
ahraga, kan?" tany
jawabnya
ang menghampiri. Kelima anak itu pun beran
*
untuk berkumpul. Beberapa murid yang akan ikut turnamen olahraga antar sekolah sekecamatan pun kumpul d
rsedia untuk latihan hanya ada satu, mau tidak mau murid yang me
yuk. Laper ni
di, masih lapa
dulu, nanti perut ka
ak jajan." Karvo menatap Fauzan
ti saja, ayok
ang sawah. Semuanya anak pemain futsal itu sud
ulu untuk tanda ukura
mau bantu Ocid cari batu. Nanti kita suit aja,"
ahan kepada grup bola voli. Ia membunyikan pelui
pul. Ia pun mulai member
lai. Latihannya hanya satu jam saja per ha
u anak-anak yang
anak itu bermain futsal seperti yang mereka lakukan setelah pulang sekola
as!" ter
k badan itu tak bisa mengelak
r
keningnya. Anak-anak yang sedang ber
malah tertawa. Wajah-wajah
af, ya!" seru Dasep sam
mu berdarah, Za
saja latihann
" jawab Fauzan yang sud
ipula turnamennya masih s
m pulang. Lapar, nih!" ucap
Ia meraih tangan Fauzan
n berkumpul di tepi sawah, membuka rans
berhenti," ucap Agus sa
uzan sambil meraih daun
mas, lalu melipatnya menjadi lipatan ke
olahraga yang datang tiba-tiba. Semua anak
mimisan," jawabny
langsung pulang." Guru olahraga itu pun beranjak per
" seru Dasep de
an. Kita sering main bola. Lain kali aku tidak akan bengong lagi," jawab Fau
emberikan kotak nasi miliknya. "Aku
ya tak bisa menolak pemberian Karvo. Ia mengan
bekal dari sang ibu, serta tidak sarapan pag
itu pun merapikan bekal
mahnya, Fauzan melihat kembali sosok yang sangat tidak disukainya. Sosok itu terlihat duduk di ruang tamu sambil m
awari jajan malah nggak mau," ucap Karvo
i tangannya. Belum ia berucap,
i pintu rumah. Setelah melepas sepatunya,
" tanya Ningrum sambil
um, lalu berjalan memasuki