lancar. Fauzan pamit untuk berangkat mengaji. Ia tidak meminta Ningrum unt
a," ucap Agus saat kelima anak itu berjal
Ada turnamen olah raga, kan? Kalian ikut bo
pten, haha," ucap Karvo sam
Pak Caca?" tanya Fauzan.
uh itu katanya Egi mau ikutan. Lompat tinggi, ada Ros
raga apa, Zan?" tan
terpikirkan untuk ikut turnamen antar sekolah sekecamatan. Sa
ngambil air Wudhu. Adzan maghrib pun berkumandang. Sete
du pada yang sudah tidak bisa ditemui begitu berat. Fauzan duduk di atas sajadah menunggu iqom
ng air mata. Fauzan menghela napas panjang. Bibir kecilnya berguma
erdiri. Shaf makmum sudah terisi penuh
ke arah kanannya. Di sana, bukan lagi sosok ayahnya yang berdiri menema
i fokus pada hamparan sajadah. Niat s
hela napas panjang. Nyatanya waktu belum menyembuhkan luka. Rindu itu semaki
saat ini, ia sudah tak kuasa menahan air matanya saat ingatan tentang ayahnya yang tersenyum. Senyum yang menyemangati Fauzan
ucap Fauzan dengan suara paraunya. Ustad Yoyo
atapan kasihan. Keempat temannya itu sudah be
yang langka. Sangat menyayangi Fauzan. Orang yang tegas dengan lemah lembutnya. Begitulah sosok Ridwan, sehingga Fauzan tidak mu
Ustaz Yoyo segera meminta Fauzan untuk
ang dan takzim. Teman-teman yang mende
kembali menerangkan hukum bacaan dalam Al-Qur'an.
ibaca berdengung. Jangan tertukar dengan idhar, ya. Coba Agus, ulang
tujuh tahun ada yang yang masih 'mengeja' atau baca iqro' satu sampai iqro' tiga. Mengajar anak-anak yan
andangkan azan. Semua murid sudah bersiap duduk
ni adalah kedua kalinya ia berangkat dan pulang bersama teman-temannya. Sebelumnya sel
R, belum?" tanya
tika," timpal Ijon sam
o. Kelima anak itu pun berlomba-lomba untuk
arvo dan dirinya berpisah. Fauzan me
m," jawab Ningru
eli se
tadi siang,"
anya Fauzan sambil b
Makan dulu kala
a, Fauzan bergegas menuju kamarnya untuk menyimpa
Fauzan sambil
grum sambil membereskan pir
h, nggak, Bu?" tanya Fauzan sebe
h. Ka
Tapi mulai besok,
a," jawab Ningrum
masih ada, pasti ayahnya akan mendukung pe
tugasnya. Ia mengerjakan tugas di dap
titah Ibunya saat memeriksa
ya salah
ja, yang teliti kal
ia menghitung ulang. Benar ternya
silnya segitu." Keduanya tertawa kecil, taw
tugas, barulah Fauza
tanya Ningrum saat Fauza
atu butir utuh buah semangka. "Besok saja,
ng memberi tanpa pamrih itu? Seseorang yang mampu membuat Fauzan cemburu. Nam