. Mendadak air matanya tumpah, ia jijik dengan tubuhnya. Diko tak berperasaan, saat Sarah meminta suaminya
uara gemericik air membuat tangis dan jeritannya
rsandar, ia sudah lebih dulu membersihkan diri di saat S
di meja rias, jam menunjukan pukul satu malam, tak menyurutkan wanita itu melakukan kegiatan mengeringkan rambutnya. Suara alat pengering r
an wajah Sarah dari cermin, lalu
h satu production house, kamu ikut, temani aku k
apan Sarah. Diko memejamkan mata sejenak. Mau tak
ke sana." Diko meletakkan ipad, ia merebahkan tubuh, membiarkan Sara
*
mulai membuat sarapan sederhana, perkara Diko akan memakannya atau t
alat steam pakaian, ia merapikan baju-baju itu lalu ia gantung,
am enam pagi. Ia duduk di kursi meja makan, menyesap teh dan menggigit roti bakar butter dengan keju mozarela. Kedua matanya menatap
embawa pakaian yang sudah selesai di rapikan. Mendadak langkahnya ter
asi. Sarah diam. Ia mengelap bekas kecupan Diko dengan lenga
nya, wanita itu harus hamil, melahirkan, dan akan ia campakan setelah membawa anak mereka. Sudah terlalu jahat pikiran Dik
res warna kuning pucat, dengan sandal slop warna navy, membuat penampilannya santai tapi elegan. Riasan wajah juga sesuai perintah Diko 'tidak menor'
ersisian, Diko melihat kaki Sarah yang masih merah, luka
in malu aku karena luka b
yang menjual gaun pesta merk ternama, mal besar itu je
, seperti pelacur." Ketusnya. Sarah diam, ia berjalan menyusuri toko itu. Diko mengikuti dari belakang, takut S
arah diakhiri senyuman. Diko diam, ia meli
rna silver dengan model terompet panjang selutut, lengan
ya coba?"
uang ganti. Di dalam, Sarah mencoba pakaian itu, ia takjub dengan penampilannya, seulas senyum muncul dari bibirnya, ia m
patu. Diko juga memintanya untuk membeli, masih di toko yang sama. Sepatu warna senada dengan gaun terlihat cocok, Sarah
u, saya
lalu memasangkan ke kaki istrinya. Sangat pas dan cocok, sepatu dengan tinggi 15 cm itu cantik dikenakan Sarah. Untuk kaki kirinya, Diko perlahan memasangkan, terdengar ringisan pelan dari Sarah, namun
*
jas hitam dengan kemeja putih, Sarah keluar dari kamar mandi, ia sudah selesai berpakaia
ealer, dan luka bakarnya juga udah mau sembuh." Sarah memakai sepatu, ia lalu m
enyusul, mereka menaiki mobil sedan mewah hitam kebanggaan Diko. "Duduk di depan," perin
ang terdengar teredam kabin mobil mewah itu. Bahkan, hi
gan kita kecuali teman dekat, dan keluargaku. Semua hanya tau pernikahan kita bahagia. Ingat
arah bergeming. Ia membuka pintu mobil, ikut turun setelah Diko melak
an tangan Diko setia merengkuh pinggang ramping Sarah. Tyo berjalan mendekat, dokt
egitu manis. Sarah... biasa saja. Lalu muncul Russel dan R
sapa Riska sembari
sana, bye..." Riska melambaikan tangan seraya berjalan ke arah suaminya. Sedangkan Russel, ia berdiri di sebelah Sarah. Mereka berem
wanita itu. "Aku ingin mencicipimu, mau berbagi kehangatan dengan adikku, hum?" bisiknya. Lalu berjalan san
ra Diko, meraih jemari tangan Sarah, ia menatap tak
el. Bahkan saat ia dan Diko melewati pria tersebut, se
inkanmu, Russel, dia buay
aya, dan ka
terkejut, karena ia melihat kedua mata Sar
sam