ika ia baru tiba dari perjalanan bisnis di luar kota atau luar negeri. Sarah tidak duduk
di sana milik Diko. "Jangan turun sebelum saya pastikan di d
Sarah tak
il ke garasi yang ada dua motor besar mewah, dan satu mo
setelah kakinya melangkah masuk ke dalam sana. Tak tahu akan seperti apa nasibnya nanti. Ponsel Sarah berbunyi, na
jawab
as
l ke dalam tasnya, ia turun. Satpam berama Eko - Sarah membaca dari
yang mengantar hingga ke dalam. Dekorasi rumah khas orang berduit tampak nyata di depan matanya. Ia ta
t saya butuh, kamu harus siap. Untuk-urusan-apa pun." Tatapan tajam menusuk netra Sarah yang hanya bisa menjawab de
ya ruang cuci baju. Itu dapur, itu pintu tembus ke garasi. Kamar tamu di bawah satu, ruang
Sarah tak peduli. Ia mengabaikan ucapan Diko. Sarah juga tak tertarik
ndiri. Saya tidak memakai jasa pembantu. Hanya P
a tau, Diko tak akan memberikan kemudahan baginya untuk menjalani hari-hari
butuhan makanan untuk satu minggu sekaligus. Aku lihat kamu p
k gentar, ia menatap pria yang suda
. Diko berjalan mendekat. Memegang rahang Sarah dengan keras. Menatap leka
epaskan cengkraman di wajah itu dengan kasar, ia berjalan ke sofa mewah berbahan beludru
n ganti baju lebih dulu sebelum kembali ke dapur untuk memasak nasi. Koper mereka sudah di bawa Eko sejak tadi, satpam itu juga
emas di pinggir ranjang. Ia m
tiba waktunya, kamu bisa pergi sejauh
*
n enak sekali. Biasa saja. Ia tak tahu apa kesukaan Diko perihal makanan, ia memasak sesuai apa yang akan ia makan. Malas ribet, ia memasak
a pria itu terdengar dari arah luar, ia tak sendiri, ada dua temannya yang tak dikenal Sarah. Wanita it
dua sabahatku. Mahes dan Kyle
Diko seperti tak sebelumnya yang tampak ding
Ab--" Kyle belum sempat melanjutkan ucapanny
g paling pantas gue injak-injak setelah keset di de
o!" tuk
kemarin, pesawat kita delay, huj
udah geser isi kepalanya." Diko berjalan santai ke arah meja makan. Menatap dua piring nasi goreng yang tersaji di atas mej
gan telunjuk mengarah pada wajah Sarah, Diko berjalan cue
bel," ucap Mahes sesaat sebelum berjala
hkan mengangkat kedua tangannya ke atas. Tandanya, memang Sarah hany
baru dua puluh empat jam ia menjadi istri Diko, sudah mendapat hinaan sebesar itu. Tangan Sarah meremas sendok yang ia peg
ke arah Sarah yang pulas tertidur. Diko teringat kejadian semalam, bagaimana ia begitu kasar merenggut tubuh dan jiwa istrinya. Namun, kini mendadak ia men
i tubuh Sarah dengan piyama tidurnya. Wanita itu terkejut,
ang sudah melucuti apa yang ada di tubuh
ruh orang usir Ibu kamu dari
wa-bawa Ibu?!" nada bicar
ak sabar. Ia sudah begitu menginginkan. Sarah
fsu dan pembantumu." tanya Sarah datar.
stri dan wanita yang berharga. Sama sekali ti-dak. Abel tetap yang aku cinta. Kamu nggak akan bisa minta aku apalagi memohon supaya akh jatuh ci
ikuti semua kemauanku. Sampah." Kalimat itu seringan kapas d
ajari wanita ini bersikap." L
ak Sarah. Senyum sinis ter
Ia berjalan, membuka pintu dengan dua orang pria b
mau kalian rekam.
ah ucapkan pada Diko. Sarah meronta, ia menolak, tetapi, tang
rah dengan begitu merendahkan. Teriakan Sarah begitu kencang. Diko mengambil dasi miliknya. Ia menutup mulut Sarah deng
tap Diko. "Panggil J
ompak. Tak lama, datang pria
cicipi istri kamu
. Saya duduk di sini." Diko duduk santai. Menatap Sarah yang turun dari ranjang, mencoba kabu
ya. Yakin?" Juan menatap dengan se
hentikan menjadi icon perusaha
bai
tut di kaki Diko, memohon untuk melepaskannya. Ta
i ini, Diko?" ta
ak lagi merasa menginginkan tubuh istri
hancur." jawabnya den
tubuhnya. Dua penjaga tadi akhirnya diminta Diko kelua
juga lirih. Juan sudah menggerayangi tubuh wanita itu. Sehebat apa pun ia meronta, menolak, bahkan menjerit. Diko tak peduli, ia terus
yang seperti hilang kesadaran. Kedua matanya terbuka dengan air mata mengalir seras membasai wajahnya. Mena
sam