enuju ke air terjun. Kaki memberat, mau maju ada 4 Pria memasang seringai, siap menerkamnya. Mau mundur, ada jurang air terjun. Terlihat, dari atas tidak bisa melihat da
ia di sisinya, dia tinggi dan kurus. Auranya tidak terlalu menonjol, pasti baru tahap 2 awal. Kalau yang botak, dia pendek. Memancarkan tekanan yang kuat, tidak sekuat si pria gemuk. Sisanya, dia berperawakan tinggi, tidak kurus
n datang!" celetuk salah satu Pria b
i ... kau mati sia-sia. Tapi, melihat dirimu y
diri, 4 lelaki bukan tandingannya. Seumpama, dia melompat lalu berenang ke tepian, tetap saja! Dia akan terseret arus, te
t saja, kalau begitu--- bukan kami yang me
ah, ha
gar tawa itu, gadis ini terus menggigil. Para lelaki semakin mendek
kkhh
rgelantung di arus sungai. Rasa takut mencengkam ke dalam diri. Tangan bergoyang, tunas menyorot
ka salah satu pria. Memutuskan mengambil batu. Melempari gadis yang
yut! Dug
spiritual. Darah segar merintik dari; bibir, hidung serta wajah yang terkena lemparan batu. Netranya membulat, mulai mengumandangkan suara getar, "Meski dewa kematian mencabut nyawaku sekarang! Aku akan merangkak keluar da
n bola tepat di depan alis. Benih mata terasa mendelik keluar, belum sempat m
batu yang mengenai tangan Xiao li,
ag
IDAAAAAA
ke dasar, sesaat kembali mengambang di dasar jurang air terjun. Ketika gadis ini terjatuh dan tenggelam. Rasa dingin menyusup ke tubuh, dada sesak.
a 500 tael perak hahah! Ayo bubar, mari kita k
, di bawah air terjun adalah lembah Húdié. Kecuali dia setan, yang merangkak keluar!" hi
-
tahu ini, di saat terjatuh memikirkan; "Aku terjatuh di sini? Sudah pasti, hanya bisa mati! Aku tahu aku bodoh, tapi aku tahu tempat ini paling mematikan di negri Pùbù. Ya, di lembah Húdié. Saya
.
-
ang!" nada tinggi disertai kekhawatiran. Kakek tua dengan ramb
berlutut dan memberikan hormat. Mendapat laporan begini, mata keriput tuanya mengecil. Menghunuskan tinju ke pilar, guna
ahkan diri. Kakek ini menenangkan dirinya. "Sudah! Jika aku menghukum kalian, siapa yang akan mencari nona Keempat? Cepat pergi! J
eempat. Sang ibu tak henti-hentinya menangis dari tadi
apai tahap ke 5, baru pulang dari pengasingan. Jadi
Pertama kediaman Lu. Seharusnya, menjaga Adikmu! Tahu begi
bali lagi, Lu san tu sedikit senang. N
Sececah, sebuah tangan mulai maju. Mengambil serpihan sayatan kain hijau. Xiao meng sang ibu mendengar ini, langsung berla
emerah, tidak bisa berkata apa-apa. Tangan keriput, mulai meraih sayatan kain hijau. Warna ini sering digunakan oleh Xiao li, apalagi dia sering menggunakannya. Bukan berarti suka, tetapi tidak bisa me
putus. Segera membungkuk melanjutkan kalimat, "Ampuni kami tuan. Kami tidak bisa masuk kedalam, karena jiwa spiritual
ba membangunkannya, memastikan lagi. Namun, pengawal ini hanya men
dengar, makhluk hidup yang bisa keluar dari dasar lembah. Apalagi adik yang tidak memiliki jiwa spi
us
ua
mburkan darah. Emosinya pecah di saat, An ran memperjelas le
a bersamaan nona keti
, "kurang ajar! Gadis bodoh itu! Sudah mati masih saja menyusahkan orang lain!"
-
Rumor mengenai nona keempat semakin menjadi-jadi. Malahan fajar belum
-
ota," gerutu Lu nian. Tampaknya, sang kakak menegur, "adik! Kamu har
r menjelang, kematian nona keempat sudah menyebar, dikatakan mati bunuh diri. Akibat pernikahannya dibatalkan, bagai
.
seorang gadis. Memegangi sebua