lagi pingsan dengan keadaan sangat menyedihkan. Bagaikan mayit hidup. Tubuhnya kurus kering, rambutnya berantakan tidak pernah
ki itu memindahkan tubuh Siwi ke kursi kayu, lalu dia sibuk melepas kain alas kasur yang sangat berbau Pesing. Tubuh Siwi sama sekali t
a menyusahkanku saja!" umpat
r, lalu ia tutupi kain sarung milik Siwi yang ia cari di dalam koper. Kakinya beranjak menuju da
r
r
Katanya mau ngajak aku
a sore ini ada janji bersama Rena dan calon mertuanya u
i ya. Aku masih ada meeting untuk showroom baru di
banget batalin. Aku s
a depan kita. Tolong ngertiin aku ya. Aku janj
ah kalau
uk kamu makan malam sam
akasih,
abu lah mentransfer uang. Raka tersenyum senang. Setelah telur cukup matang, Raka pun mengupas kulitnya, lalu memotongnya
alam kamar dan mendapati
! Ba
u
u
u
wi masih saja diam tidak berkutik. Raka menghela napas kasar, lalu meletakkan gelas teh d
gantuk dan tertidur cukup pulas di kursi kayu. Lelaki itu men
agai tak bertulang. Dengan pandangan samar, Siwi menatap sekeliling kamar. Mata itu berhenti pada Raka yang sudah tidur pulas
Siwi turun dari ranjang dengan gerakan sangat pelan. Kain sarung yang tadinya menutupi bagian atas tubuhnya saja, kini ia pakai dengan betul. Ia gulung hingga memutar, lalu ia se
uran dengan sangat deras. Di dalam hatinya merapal doa, agar Tuhan membiar
at melihat telur rebus di atas piring kecil. Ia menyambar makanan itu dengan hat
ak dikunci, ataupun kunci masih menggantung di sana, seperti sebelum-sebelumnya. Dengan langkah pelan, Siwi bekunci menggantung di pintu. Walau dari kejauhan, Siw
r
oleh ke belakang, karena begitu takut. Jangankan menoleh, bernapas pun ia sangat takut saat ini. Siwi memilih menahan napas sejenak. Pelan ia m
engan jemari sudah memegang handle pintu d
k
k
ee
u
r
r
r
Berhe
hasil melarikan
*
n nulisn