engantin ke atas pelaminan. Tempat yang sudah disediakan untuk acara ak
l sepasang pengantin yang seharusnya, sejak pukul sepuluh melakukan akad nikah. Pelaminan itu beg
asil yang sangat memuaskan. Siwi, orang tua, serta adik-adiknya sem
nya. Tamu menjadi ramai kasak-kusuk, sedangkan sang pem
berani mengambil keputusan untuk membatalkan pernikahan? Awak media akan mencecar keluarga ini, mengangkat dan mengarang kabar buruk, sehingga citra Om Teja jatuh ke jurang. Saya akan bertanya sekali lagi, saya bersedia menikahi Siwi, apakah Om dan Tante merestui? Kalau iya, sekarang saya
a orang lain? Teja menoleh pada istrinya;Ria menggelengkan kepala, sambil menahan tangis. Lalu Teka menoleh pada Siwi. Pengantin itu begitu sedih, terpukul, serta terluka. Siwi mengangkat waja
awaran kamu, Raka. M
i duduknya, lalu berjalan dengan sempoyongan menuju orang t
hiks ... Siwi tidak boleh berpacaran dengan Zamir. Sekarang, ucapan Papa terbukti
nda yang masih menanti lanjutan ucapannya. Gadis itu tersenyum, lalu mengangguk pelan. Meminta restu pada Bunda sambungnya yang selama ini sangat menyayanginya. Menuruti semua keinginannya, termasu
kan Teja, bahwa Zamir adalah lelaki baik dan pantas untuk dirinya. Lihatlah, apa yang te
aka, Pa. Hanya dia yang bisa men
as menit
binti Hadirman Suteja dengan mas kawin sepe
sam