an uang lima belas ribu pada Amin. Gadis muda yan
Amin dengan mantap. Senyumnya cerah
a, Bang. Kalau daun kering kayak saya, pasti gak ada yang mau." Ririn tergelak. Ia
tergelak. Baru kali ini, masih pagi ia sudah mendapat pelanggan yang l
sekarang banyak cewek muda tukang plorotin celana," ujar Ririn mengingatkan sambil menyalakan mesin motorn
aring menyantap biskuit dengan tenang. Lelaki itu tergelak lagi. Jika tadi Mbak Katini hampir ket
terus saja bergerak ke sana-kemari, sehingga Ririn cukup kesulitan. Amin hanya menoleh sebentar, kemudian m
n yang kesulitan memasukkan Dira ke dalam gendongan depan. Dengan cekatan dan hati-hati Imron menolong Ririn, karena me
Ririn setelah berhasil meng
sangat manis, lalu melambaikan tangan pada Dira. Gadis kecil itu pun tersen
tiba-tiba menangis saa
s lihat Bang Amin," celetu
ukan motornya. Imron memperhatikannya
a panjangnya, lalu ia menyalakan rokok,
sambil menunjuk ban belak
ya Amin yang kini tengah memasukkan ujun
u. Rumahnya aja gede banget," terang Imron berapi-api. Am
, pasti Jihan resmi jadi pacar gue. Tahun depan baru gue lamar. Ngumpulin duit dulu buat ngasih ana
dia pacarnya Edo, anak Pak Lurah." Imron memat
. Dah, Lu doain aja gue sama Jihan berjodoh," ujar
u, Min. Dah, ah. Gue mau mangkal lagi." Imron memberikan satu lemba
kerjaannya. Untung saja ada lagi pelanggan yang ingin ganti busi motornya dan langsung dipasang oleh Amin. Hari terus berlalu hingga sore, ta
ntuk tambal ban atau sekedar tambah angin. Lebih menguntungkannya adalah jika pelanggan lain tambah angin, hanya memberikan uang dua ribu samp
n es campur nanti malam, atau menikmati pecel lele pinggir jalan sambil suap-suapan. Amin tergelak dalam hati, sekaligus mengharu biru gembira, dilihatnya
in sembari merapikan peralatannya. Untngnya sudah tidak ad
*
lu ia pakai jika ia ingin pergi keluar, selain ke bengkel. Parfum haji yang ia beli sepulang sholat jumat, ia oleskan pada lengan, leher, serta bajunya. Wanginya meman
mah yang suatu hari akan ia tempati juga saat sudah menjadi menantu Pak RW.
Jihannya ada?" tan
in," terang Bu RW sambil mengerutkan keningnya. Jangankan Bu RW, Amin
i toko buku. Baik, Bu. Saya ke toko buku sekarang. Toko b
dekat dari
a permisi, as
e toko buku tempat Jihan berada. Hanya butuh waktu lima belas menit, Amin sudah sampa
ke dalam toko buku, bertepatan
r
r
unya, senyumnya terbit tatkala melihat
on
salamuala
aya ketinggalan. Saya pinjam uang Bang Amin. Ga
ter
*
samb