*
suma kembali menerorku
lam, Dik." Aku tatap Kusuma, i
Abang jijik melihat ibu?"
ten
melihatku?" Kusuma menut
pa bicara
u tak ada ub
Dik. Di mataku kamu bukan pe
Kusuma membua
agi pula selama pacaran kita hanya melakukan sekali
itu sama s
entu apa yang kami lakukan sudah sangat fatal. Bahkan kami harusnya sudah dicambuk seratus kali. Namun, aku pribadi t
Besok kamu ke kampus?" Aku ber
ng. Besok
bolos,
Besok memang libur.
dua har
apa tidak seminggu lagi?
libur seenaknya saja. Lagian aku takut
uk menghiburnya. Wajah kecewanya masih saja tak berubah. Kucubo untuk mengurai rambutnya yang hitam berkilau itu. Menyisipkan anak
wanita yang ada di depanku. Dia malah
i. Kusuma masih diam menekuk wajahnya. S
kan." Aku masih belum paham apa yang diin
ta c
a kaget seka
u. Kusuma meng
ayang." Aku raih dagunya. Kusuma mal
dari kasur, menuju tas ransel yang aku baw
ngeloyor ke kamar mandi. Kusuma masih diam, tak menya
*
r mandi, aku lihat Kusuma sedang tidur telentang di kasur. Dia menatapku lalu
g ker
kenapa
uma membuatku mengernyitkan dahi. Memangnya
aja sih, biar segar." Aku keringkan handuk, meng
tap wajah Kusuma, rambut lur
apa yang Ab
tang
erapa wak
apa sih
Bang. Ayo, ceritakan
riu
, se
n hal tabu seperti itu? Apalagi itu menyangkut aib ibu kandungku. Wanita yang sudah melahirka
akut,
u janji tidak akan mence
a suasana, nanti ma
main sama pacarnya." Kusuma bicara dengan begitu entengnya.
membuatku terhuyung ke arahnya. Kemudian di
a menarik tubuhku. Jarak
a melekat kuat di Indra penciuman ini. Bayangan erotis di kampung halaman sana membuatku jadi
. Awal yang membuat tubuh memanas itu, membuatku melakukan lebih. Seperti waktu itu, ciumanku berpindah ke leher jenjangnya, mengecupnya lembut. Membuat Kusuma tak tahan menahan desahnya.
ian, aku merasakan dadaku yang telanjang tanpa busana, basah oleh air
mbali menempel bersatu dengan keringat kenikmatan yang baru sekejap berlalu. Aku biarkan Kusuma melepas
ut," ucap Kusu
nyaku mengusap rambutn
al
kehilangan
yang hanya mengumbar janji palsu. Maafkan aku sudah melakukanny
kan Abang laki-laki yang baik. Akulah y
kulah yang lebih salah. Harusnya aku tid
aik-baik saja, asalkan Abang
bersikan diri mandi bersama. Selama berada di kamar mandi, aku terus melihat senyum yang terpancar dari bibir Kus
a sebaliknya Kusuma adalah wanita pertama yang aku cintai. Selain itu, Kusuma juga haus akan kasih sayang ayah dan Ibunya. Dia selalu merasa kesepian, k
terlarang itu. Selebihnya, aku sengaja mengajak Kusuma jalan-jalan, menghabiskan waktu menikmati indahnya tempat wisata di Ko
Kusuma pun bersikukuh untuk bolos karena ingin mengantarku ke terminal. Sebenarnya aku t
etia," ucap Kusuma ketika kami se
Kusuma tersenyum, menggeng
agi, sesuai janji kamu dulu."
itamu, seperti biasa kita akan tetap saling komunikasi, kecuali ket
ya, aku malah pergi. Ingin rasanya aku segera menikahi Kusuma. Menjalani kehidupan rumah tangga, dengan berjuta ganjaran pahala. Bukan! Bu
a Kusuma ter
, Di
dengku. Aku pun ikut berdiri, kami berjalan beriringan menuju bus. W
a sulit. Ada benda runcing yang menusuk
an sudut mata yang sedikit basah. Ah, aku t
ali lagi aku usap pipi Kusuma, tidak peduli dengan orang se
sesuai tiket yang sudah aku pesan. Huft! Aku berharap hubungan kami baik-baik saja, lancar sampai jenjang pernik
kan segera menghalalkan
*
gera beranjak. Bukan untuk mengulangi tidur, melainkan mempersiapkan sarapan pagi untuk Andin. Ayahnya sudah banyak membantu, oleh ka
erasa pagi sudah menyambut riang. Aku bergegas membangunkan Andin, melangkah ke ka
. Jangan sibuk main
a aku tegur. Dia melemparkan ponselnya asal, la
r di mana?"
ran di
a, pagi ini aku mau cek kehami
dan lain saja ya," uca
. Jadi, aku harus cek di sana sampai melahirkan juga di sana.
seg
usuma lagi? Andin terlalu susah diajak kompromi, apalagi dia tidak tahu bagaimana hubunganku denga
wa Kusuma adalah mantanku, mungkin dengan begitu
---