*
ap-siap menunggu di depan teras. Usai sarapan dia bergegas memaksaku mandi,
ia bolak balik masuk rumah dan kembali ke teras. Aku masih berkilah belum sele
atan. Sebenarnya aku bukan termasuk yang takut istri, hanya tidak ingin membuat And
." Aku segera ber
sih?" sungu
, kandungan kamu sudah m
ngnya kena
saja? Biar bisa USG," bujukku, padahal a
ek ya ditemani. Di Bidan Kusuma
caranya agar bisa mengelak. Tak bisa aku bayangkan apa
mah Andin. Dari kejauhan dapat aku lihat beberapa ibu hamil lainnya. Haruskah aku ke sana? Dengan tangan gemeta
bat semua keputusanku impian itu menguap dalam sekejab. Bahkan sekarang aku merasak
masuk. Segera aku menjatuhkan diri di kursi tunggu, sementara Andin sudah masuk
97878
anti masih berani nggak ya sekamar denganku? H
ani pasien, dia masih sempat juga berpikiran seperti itu. Aku
muncul di pintu, membuatku kaget. Se
harus,
nanya, memangnya kamu tid
angkan diri, mencoba untuk bernapas lega dulu. Aku tidak bisa prediksi ha
97878
masuk, nanti
lku. Tentu saja aku langsung membacany
97878
. Tidak tahu segalanya. M
a. Apakah dia tidak bisa membuatku hidup tenang? Apa salahnya dia melupakan semu
e
tidak bisa melupakan s
nya, berharap dengan begitu dia berhenti
97878
tamu kembali teriak-teriak. Nanti bis
kkan ponsel dan melangkah menuju pintu. Agak gentar juga aku menginjak keramik pertama setelah pintu, pandangan mata ini menatap liar ke segala penjuru ruangan. Ternyata,
i bantu?" tanya wanita m
Andin. Kira-kira
e ruangan Bidan Kusuma, Pak." Wanita itu l
ali ke depan. Sepertinya Andin-lah pasien terakhir Bidan Kusuma, padah
u menggeser pintu itu, tatapan ini langsung beradu dengan tatapan wanita, yang duduk di pojok ruangan. Ia duduk de
ang sedang duduk, dialah wanita yan
berdebar-debar, Kusuma tampak bersikap san
-nya ya, Bu. Tolong, Bapak mendekatlah ke sini." Kusuma
mari tangannya yang ramping itu begitu lihai melakukan semuanya. Dala
, bahkan aku tak percaya dengan sikapnya yang demikian
. Sambil menekan-nekan tombol di keyboard khusus itu, Kusuma menjelaskan beberapa hal. Aku tidak terlalu menyimak karena asik
cowok, Bu?"
ekan tombol di keyboard khusus itu lagi.
alu, Bu." Kusuma menjelaska
n. Pertanyaanku membuat Kusuma menoleh, lalu menatap mat
perkembangan janinnya normal dan
a menyudahi kegiatannya. Jemari lentiknya membersikan cairan bening yang menempel di perut A
menuju tempat duduknya, yang ada di pojok ruangan. Aku membantu Andin turun,
din, Kusuma langsung memberikan vit
nya dua minggu lagi ya,"
p Andin ngeloyor keluar ruangan. Pintu yang kembali ditutup Andin membuatku gugup. A
rapa, Bu?" tany
itu, Bang Ikhsan?" Kusuma tersenyum.
lagi. Berapa biaya yang harus saya
n curiga kok. Hmm, kadang aku iri padanya. And
t masalah baru. Saya harus
an pergi. Biayan
u," ucapku me
seluruh hidupku sudah aku berikan padamu. Apalah a
sikap tidak warasnya lagi. Segera aku berdiri hendak meninggalkan
u akan jadi seorang ayah. Tetapi, aku
Matanya menatapku tanpa kedip, aku langsung menghindari tatapan. Meskipun aku pena
tup kemeja itu. Pasti sangat berotot dan keras." Kusuma tersenyum menggoda, kata-katanya menunjukkan bahwa akaln
nita muda tadi berdiri. Ya, wanita itu masih ad
au membayar biaya
langsung membuka buku panjang
mbali tersenyum, aku langsung mengeluar
a kasi
-sama
sekaligus tempat prakteknya itu. Sangat besar harapanku agar Andin tidak mengajakku lagi ke s
*
t sudah mulai gelap, menunjukkan malam mulai menyapa. Pikiran ini masih tertuju p
" tanya karyawan ke
lalu kembali menatap j
tidak mungkin menceritakan masalah rumah tanggaku padanya. R
a jadi berubah drastis, sangat jarang bermanja padaku, bahkan ketika aku 'ingin' dia selalu menolak. Ditambah lagi dia juga sudah tidak menunjukkan sikap hormat padaku. Apa salahku? Selama menjadi suaminya aku sela
--