in ia jauhi, ia hindari, tapi kenyataannya rumah Hun berada di depannya tepat, bahkan pria itu juga duduk di sebelahny
khir kali yang mereka dapatkan, dan Hun berkeras kalau mengerjakannya di rumahnya saja, sekalia
gan sesiku dan berwarna kuning cerah, dibawahi celana jeans yang juga memili
rdiri di tepi pintu rumahnya. Memang benar kata orang-orang, jika gadis d
h Arin, masih merasa keberatan dengan tugas yang dilimpahkan pada keduanya ini. Maksudnya, kenapa harus
ah yang disediakan. Diam-diam gadis mungil itu terkesan, dengan sofa yang ben
," ucap Tehun terlihat terburu-buru, dan segera berlari ke belakang begitu Arin mengang
, rumah ini jauh sekali dari kata berantakan. Sangat rapi, dan futuristik, meski nuan
bok, rak di pojok, vas antik, karpet beludru, semuanya terlihat sangat mewah dan super mahal. Arin sudah menduga sebelumnya kalau Hun adalah o
tanpa sadar mengembang di bibirnya, merasa nyaman dengan rumah ini. Terlihat sedikit mengintimidasi dengan suasananya, tapi kental denga
h lebih baik dari tadi, karena sudah melepas apron dan sarung tangannya. Ia
hatinya yang terlanjur membaik, padahal niatnya sebelum berangkat ke sini tadi, ia harus bisa bersi
seperti yang Arin alami saat ini. Karena Hun sendiri terlihat sangat tulus, dan men
ya ada orang yang selalu bisa mencicipi hasil karyaku seperti ini," jelas Hun deng
akkan piring itu di meja, dan mengambil s
da beberapa cupcake di meja berbentuk persegi panjang di depan mereka. Aroma sedap itu segera memenuhi indera p
itu. Selain dari keterampilan tangan Hun, pasti karena bahan yang digunakan juga sangat berkualitas. Tepungnya, gula, garam,
cil yang ditata di sebelah sofa, dan memindahkannya ke meja depan mereka, lanta
tas yang sedari tadi ia gendong di punggungnya, mengeluarkan alat t
ian begitu Arin ikut mendudukkan dirinya di bawah, menjaja
a berkata, "Aku sudah selesai, kok.
i stroberi. Stroberi Arin panen pagi tadi, banyak sekali, dan sangat memuaskan, t
padaku tentang tugas kali ini," jelas Arin seraya membuka bukunya, mulai
menghabiskan sepertiga jus ya
khir, kau dapat p
hwa pria itu benar-benar menanyakan kalimat barusan. Sedang Hun menanyakannya dengan sangat ringan se
pakan sebuah pencapaian yang besar baginya. Ia yang hanyalah murid super biasa, yang biasanya peringkatnya nangkring di angka ratusa
atannya, lantas memutar badannya condong ke arah A
agu, bersiap untuk merasa lebih malu lag
au bisa seheb
e cont