seraya memberi jarak pada si laki-laki itu, m
ng menatap acak seluruh murid yang menampilkan raut takjub, lantas terakhir sendiri, ia menatap cukup la
ya dengan senyum pertama yang ia ci
eperti seorang artis, kulitnya bersih sekali, ia tinggi, memiliki bahu lebar, dan tak tertinggal fitur wajah yang sangat mendukung-al
kepala mata mereka, dan seterusnya akan menjadi teman sekelas bersama. Apalagi kaum hawa, mereka agaknya seperti bertemu seorang i
dilahirkan di Korea Selatan, dan pindah saat berusia sepuluh tahun, yang berarti aku sudah menghabiskan hampir separuh umurku d
t Hun. Itu menjadi nilai plus yang makin menambah kesan sempurna di benak semua murid yang berada di kel
terlalu biasa untuk hidup sendiri selama di sekolah, tak memiliki teman, membuat ia sering menahan diri untuk be
song, di belakang sana, bersama Arin," ucap bu g
mpat tasnya, yang memang selalu ia letakkan di kursi kosong sebelahnya itu. Belum lagi semua mata tertuju pada si Tehun, cepat atau lambat Arin mungkin bisa terkena imbasnya, terlebih jika Tehun
snya. Arin menghela napas lega. Semoga saja dia akan seperti ini sampai akhir, tak terlalu memperdulikan eksistensi Arin, karena gadis
*
kelas tak lama kemudian dan membawakan beberapa camilan untuk Arin, sebagai perayaan kecil teman sebangku katanya.
tersenyum, lantas mengangkat tanga
runya yang membuat orang di ruang kelas itu s
n," pekik salah seor
teman baik, ya," ujar Tehun
n yang renyah dari pria dengan senyum secerah matahari itu. Hun beberapa kali juga tampak sedikit menyeret Arin ke
nyisakan dua insan yang salah satunya kini menghela napas lega itu, s
suara seseorang saat di sekolah, apalagi di kelasnya, di sampingnya tepat, terjengat
a yang baik padanya, perlahan pasti akan menjauhinya juga, karena ia yang memang tak punya teman, pasti orang itu takut jika dia perlahan akan dijauhi seperti di
a?" tanya Hun lagi, yang segera membuat alis Arin
tak pemberian Hun tadi, dan meminumnya pelan. Pas sekali, ia suka rasa cokelat. Diam-diam ia menikm
n membuat Arin yang sempat membuang pandangannya ke jendela itu terkaget, lagi juga. Masih
aik pada mereka, kalau jahat, kau harus jahat juga," ujar Arin kemudian,
Tapi ... me
giatannya. Dia meletakkan susu kotak itu ke meja, dan menatap serius pada Hun selama beberap
u bagaimana rasanya dijahati," jawab Arin
gat yang lalu-lalu, yang masih perih begitu dikenang. Sampai akhirnya ia memaksa dirinya untuk menghentikan k
na melakukan tindakan yang kusebut barusan," ujarnya lagi, seraya meraih susu k
asa jengah. Bertanya tanpa lelah, dan tak memiliki bobot,
an keadaan. Ia sepertinya harus membiasakan diri dengan T
mudian seraya tersenyum, membuat Arin tercengang, merasa malu karena seseorang m
i, yang membuat Arin melupakan rasa malunya. Sedikit tertegun, karena ingatan buruk kem
ya seperti ini?" gerutu Arin akhirnya, dan merasa merinding saat melihat satu
arus jahat pada mere
e cont