Dia menatap pria itu dengan napas yang mulai be
ita lalunya, kenangan gelap yang selalu menjadi mimpi buruk. Karena jika ada, mimpi itu pasti akan kembali, mau tak
lanjut Hun yang membuat ia akhirnya bisa sedikit bernapas lega, setelah tanpa sadar menahan napas tad
Tuhan, karena aku sendiri juga tak tahu. Lalu aku, adalah orang yang sangat setia dan bisa melakukan apa pun untuk sesuatu yang kusayangi. Jadi
Arin temukan nada bercanda, dan semacamnya. Kedua pasang netra itu hanya saling menyelami, saling ma
," tutur Arin pada akhirnya, membuat tata
inkanmu, Arin, aku
rol lagi, saking perasaannya yang sudah bercampur aduk, tak bisa dipisahkan. Hun
aruh dengan temanmu, untuk mengerjaiku, atau kau hanya bersenang-senang dengan semua ini, yang pasti aku buka
a itu, dan termenung. Lantas menganggukkan kepala p
s itu kembali mengerti. Tapi seperti yang ia duga, Arin hanya menatapnya muak, sudah terlanjur tak percaya karena semua luka yang pern
dan menganggukkan kepala se
bersama nanti, Arin, karena aku memang tak akan pernah membual dengan kalimat yang keluar dari mulutku," t
," pamit Hun yang belum juga ditanggapi oleh Arin, masih kebingungan dengan situasi yang dihadapinya, kalap d
lang setelahnya, meninggalkan Arin yang bahuny
Tapi jelas tidak. Ia membuka mata dengan hati yang masih merasakan luka-yang sebenarnya juga masih bingung hendak percaya a
kini tergantung bagaimana Hun memperlakukannya. Karena sekarang hanya dia yang jelas akan mendominasi kisah hidup Arin, entah dia bisa memper
*
a puluh kalinya. Arin rasa ia pasti bisa menangani masalah ini, karena ia pun nyatanya sudah berhasil di titik ini, melewati masal
ling ingin ia hindari, Hun. Meski ia sudah berusaha memunggunginya, Hun dengan tak lelahnya m
. Kita bisa memakannya saat istirahat nanti," ujarn
eranjak dari jongkoknya, berjalan memutar dan kembali berjongkok di hadapan Arin, yang ma
irnya ikut telat bersamamu. Jika kamu tak kunjung nampak di mataku, aku juga akan memutuskan membolos, dan pergi ke rumahmu. A
tak terusik, akhirnya menghentikan aktiv
ta bahwa ia ternyata sedang membuatku menjadi bahan taruhan, di mana pernah dibohongi oleh teman perempuan yang akhirnya mengajakku ke hutan dan membuat
rnah bisa mempermainkanku, yang sudah pernah melewati itu semua," ujar Arin hampir tanpa bernapas, berucap dengan menggebu-g
apnya tajam tapi sudah berkaca-kaca hebat. Arin mengalami trauma. Ia ingin melindungi dir
re
yang anggang-anggang di pelupuk mata, akhirnya ter
ak sanggup mendengar kata minta maaf dari seseorang, atau perlakuan yang bersifat menghiburnya seperti ini, itu
a mendapatkan balasan setimpal," gumam Hun yang membuat Arin tertegun di tengah tangisnya. Nada super dingin itu
rak yang lebih dekat, membuat gadis itu melebarkan matanya yang mas
nan memabukkan, membuat Arin kembali merasa terhanyut oleh netra itu. Sampai tangan Hun yang
an ... p
e cont