ai menyapu halaman rumahnya. Udara terasa sangat lembab pagi ini, ulah rintik gerimis
tranya menangkap sesuatu yang sangat menyita perhatian: sesuatu berw
ukup besar, menggantung dengan warna merah matangnya yang menggoda. Arin tak segan memetiknya, lantas melang
kesan estetika di halamannya, juga kalau-kalau dia ingin memakan langsung
uh bersih stroberi di tangannya. Lalu, suara truk tiba-tiba terdengar mendomi
g berhenti di seberang rumahnya tepat. Penasaran, ia menyudahi acara mencuci stroberinya, dan berjalan keci
mah tangga yang mereka gotong bersama. Alis Arin mengernyit. Ia melahap
di rumah yang sudah langganan dengan rumor berhantu itu? Melihatnya saja sudah membuat bulu kuduk merinding, rumah cukup luas yang temboknya sudah berjamur s
lnya berniat bermanja padanya dengan menubrukkan kepalanya di kaki sang maj
ng masih mencoba untuk lebih tenang. Ia sangat fokus pada eksistensi tr
seraya terkekeh dan memeluk kucing kesayangannya yang sekarang menge
u. Keberadaan pria itu sangat kontras dengan para pegawai truk yang memakai seragam berwarna putih, dan juga
hkannya ke dalam rumah kosong, yang kini sepertinya akan ditinggali oleh seseorang-tanpa terganggu sam
si kucing yang sayangnya telah menggeram lembut, tertidur kar
leh gadis mungil ini, dan sengaja menutup wajahnya entah dengan alasan apa. Arin yang makin merasa
ergerak seinci pun, akhirnya Arin membalikkan badannya,
bicara, meski tahu Koki sudah terlelap. Hanya saja, gadis berambut sepunggung itu tiba
adan dan masuk ke rumahnya, pria itu melepas tudungnya, dan
*
rasa nyaman melakukannya karena udara dingin yang mulai merebak di ruang kelas ini. Lantas
mnya sudah sempat melakukan kegiatan mengajarnya, tiba-tiba menerima sebuah telepon, dan keluar dari
yejukkan hati. Lalu, pemandangan yang menyenangkan mata seperti air hujan yang jatuh membasahi rump
payung, dengan seseorang di sampingnya. Tapi yang membuat Arin terkejut adalah, orang itu memakai jaket
lak tawaran payung dari Bu guru, dan memilih berjalan di tengah gerimis yang mulai menciptakan titik-titik noda basah d
i, bermain ponsel, makan bekal, dan berghibah ria, langsung memperbaiki posi
laki bertudung yang sedari tadi menunduk itu tampak
g yang sama persis dengan pria yang sempat ia lihat di rumah kosong seberangnya pagi tadi. Kalau dia memang akan menjadi murid baru di sini, sang
enjadi teman sekelas baru kalian," ujar bu guru dengan raut wajah yang sumringah, tanpa sadar membuat suasana di kelas itu
seraya memberi jarak pada si laki-laki itu,
lebarkan matanya terkejut, lantas terakhir sendiri ia menatap lama murid yang
lkan, nam
e cont