fektif di kantor sekaligus hari ke dua
elatan. Sekaligus bersilaturahmi ke rumah Anggia. Sahabatnya sejak kecil yang notabene menjadi
di, semua kebutuhan Anggia selalu dituruti oleh ke dua orang tuanya tanpa terkecuali. Tante Hanum dan Om Haris sangat menyayangi Anggia. Di mata Katrina, Anggia itu adalah sosok yang sangat beruntung, karena memiliki keluarga yang lengkap. Anggia pernah bercerita tentang Kakak laki-lakinya yang tinggal di Bandung, ikut bersama Omah dan Opahnya. Tapi selama Katrina tinggal di Jakarta dan menjadi sahabat Anggia, tak pernah sekalipun Katrina bertemu at
ornya Pak Hardin sekarang?" celetuk sebuah suara yang
wati yang sedang bermake up dan bergosip ria
wek baru lagi,"
sedang mereka bicarakan. Tapi dia tak ingin terla
terus mereka berduaan, lama gitu di dalem ruangan yang
Hardin, kan Bos lo
Hardin kok ganteng banget sih ya? Bibirnya itu loh, seksi banget, nggak nahan gue! Huh! Dasar! Pake ngomongin soal etika lagi," kali ini wanita paling ujung yang sedari tadi diam mulai ikutan nimbrung berg
ous. Dasar Anita, m
u saja selesai memasang kain penut
u, hanya salah satu dari mereka yang bernama
ta penggosip itu yang kini mulai berbicara setengah berb
ekilas ke arah pintu ruangan yang kondisinya tertutup rapat itu. Pikirannya mendadak melantur, saat dia menging
tor masih sangat sepi. Katrina melihat ada tiga buah ber
pon yang terletak di meja kerj
rang di ruangan itu, Katrin
gannya. Itu telepon penting, dari Pak Syamsul di Bandung. Cus ya, Pa
aku bu-"
pon di seberang sana langsung diputus
a ingin masuk untuk menyampaikan amanah dari resepsionis tadi kepada Hardin. Ha
itu siapa. Yang jelas Katrina merasa risih dengan hal-hal yang mungkin saja terjadi di dalam sana. Ketika seora
yang disampaikan si rese
intu ruangan Hardin tanpa menyad
atrina pun reflek memundurkan langkahnya menjauh dari atasannya yang hampir saja menubruknya dari balik pintu itu, di mana
ng keluar bersamanya dari dalam ruangan itu. Seorang wanita cantik den
benarkan posisi jas kantornya
situ? Kamu mau mengintip
inta maaf, tapi bukan kata maaf yang keluar dari
rullahal
, saat tanpa sengaja, arah pandangannya tertuju pada retsleting celana Hardi
an retsleting celananya. Dia jadi salah tingkah. Apalagi saat t
engar manja. Wanita itu mengalungkan lengannya di lehe
ar ingin muntah m
gan sangat pesat sementara kelakuan pemimpinnya sangat tid
ruangan saya?" tanya Hardin sok cool,
ting. Permisi!" Katrina menyadari wajahnya mulai memanas. Seperti terbakar. Hingga setel
uduk di meja kerjanya. Hardin mencoba berjalan sesantai mungkin, dia sempat melirik ke arah Katrina, hanya sekilas tapi sialnya di saat
iri. Dirinya yang terlihat begitu bodoh pagi ini
ik batinn