Doni, si sulung yang berusia tiga belas tahun pada Laili, pembant
" titah ibunya yang juga ART di rumah k
ri naik ke lantai dua. "Iya, sebentar Teteh
suara bariton berat membuat langkah Laili berhenti, lalu menoleh pad
entar lagi, saya
riak Doni semakin k
Laili, lalu berlari mas
adi malam. Pantas saja mencari hingga sepuluh menit tidak ketemu. Wajah Lai
a di dalam tas," ujar D
hun, memanggil Laili untuk meminta dirapikan rambutnya. Dengan tersenyu
pintanya menunjuk rambut Laili
ng panjang untuk dikepang. Nanti ya kalau sudah
adis kecil it
susu Dira!" teriak Bu
itu. Jika semua minta tolong padanya, lalu ke mana ibu mereka, sang Nyonya rumah?. Bu Ririn mengalami lumpuh permanen sesaat setelah
!" seri suara Bu Ririn lagi, m
iya N
dah mau membiayai sekolahnya hingga ia hampir lulus SMA satu bulan lagi. Laili dan ibunya, te
*
h ia pedulikan penampilannya seperti teman-teman sekolah seusianya. Hanya mengenakan ransel besar milik Tuan Arya yang sudah tidak terp
ang sudah setahun ini menjadi pacarnya. Meskipun tidak pernah berke
ke sekolah. Danu tidak menjawab, hanya tersenyum tipis saja. Laili terheran, kenapa Danu berwajah masam? Apa mungkin ada masalah di rum
tulkan letak tas ranselnya. Kemudian berj
karena minggu depan mereka sudah melaksanakan Ujian Nasional. Laili menoleh ke belakang, tempat Danu du
rirahat tiba, seperti biasa, Laili membawakan bekal untuk Danu. Kakinya ringan melangkah ke
anu. Tangan kanannya menyerahkan kotak bekal pada Danu sambil te
empah. Enak deh, ayo makan!" Laili
ra
entak kaget. Semua orang yang berada di dekat mereka juga ikut memp
tergagap. Air matanya sudah turun d
berserakan membuat hatinya sakit. Ayam goreng rempah yang sangat enak itu, terlihat mengenaskan berada di bawah kolong meja kantin. Dengan kaki gemetar, ia mengambil sapu yang tili dengan iba, tetapi
aili di kantin. Betapa kagetnya ia, saat melihat Laili me
bungan kami," lirih
enggeleng tidak tahu. Lalu melanjutkan kegiatan
pelajaran berakhir di pukul dua siang. Tidak berani kepalany
sedih begini?" tanya Suci saat m
pulang dulu ya," Laili mencoba tersenyum pada sahabatnya
di. Apa yang salah dengan dirinya? Bukannya dia menyukai Danu, begitu juga Danu. Ia setiap hari membawakan makana
di dalam rumah majikannya dengan bendera kuning yang menempel di pagar rumah. Dada Laili semakin berdebar, a
mu sudah pulang," ujar Tuan
Tuan?" tanya
Laila kena serang
pa
*