langit-langit kamar. Sedangkan Arya, mengambil posisi miring ke kanan menghadap Laili
ihat saya!" Arya menarik lengan baj
her saya menjadi sakit," terang Laili berbohong. Dalam hati berkali-kali ia beristighf
, biar lebih akrab," bisik Arya mem
terbahak lebar hingga memperliha
u
i mematung kembali, hatinya membuncah gembira saat suaminya mengatakan ia lucu
Laili tidak kuat menahan tarikan tangan Arya, hingga kini ia berhadapan dengan Arya. Keduanya saling mengu
ium lagi nih!" ancam Arya spon
u menjadi istri kedua saya. Harus sabar d
an. Eh,
ah di man
a asal jurus
n, kamu harus janji, jangan sa
ali tertawa. Seorang Arya Jovan ken
ai
Y
mencium bibirnya. Suasana malam yang sepi dan lampu kamar yang redup, serta alunan rintik hujan di lua
arang?" tanya Ary
h apa
in adik b
na ca
pakai Laili. Wanita itu hanya menurut walaupun dengan wajah memerah
Ririn tersenta
ranjang yang biasa ditiduri oleh suaminya. Arya nampak sangat lelap sambil memeluk guling. Nafasnya pun terdengar mend
r tubuhnya agar mendekat pada suaminya. Memeluk pinggang suaminya dengan erat . Air matanya turun
ikhlas melepasmu, Mas. Maaf," bisi
s meraung-raung saat akan dimandikan oleh Laili. Belum lagi Doni yang tiba-tiba saja minta diset
eriak Anes pada Laili yang kini sedang
is ngapain? Kok cape," tan
s bangun, Anes cape. Nafasnya ngos-ngosan," teran
Anes habis lomba lari beneran.
r masuk t
ada rajin. Tidak pernah izin kecuali sakit. Anes, masa baru mimpi kec
aili. Pakaian seragam sekolah Anes sudah rapi, rambutnya juga sudah dikuncir ekor
cantiknya seperti Teteh, biar disayang Papa," ujar Ane
aku nih!" teriak Don
nghampiri kamar Doni, lalu mengambil k
lama-lam
ya
turun ke bawah tanpa me
u
ahh.
rpelukan. Wajah Laili yang kaget, seketika merona saat Arya memelukny
ili?" tanya Arya saat m
Tuan. Permisi, s
ada saya, kalau tidak kamu bisa jatuh terguling." Arya
angga satu per satu. Sambil mengatur detak jantungnya yang bertalu cepat, sisa pel
ama dengan keluarga Arya. Sebenarnya ia sudah menolak, tetapi Rir
n, kini memandangnya dengan intens. Rasa nasi uduk buatan bibik yang seharusnya enak ini, teras
mar baru?" tanya Rir
Hangat, seperti
u
u
ter
shb
pintu sambung yang berada di kamar Anes. Mengendap-endap ia naik ke atas ranjang agar Laili tidak terbangun. Diusapnya rambut Laili yang tergerai indah, lalu dikecupnya hangat kening istri mudanya itu. Sangat perlahan dan hati-hati, ia memeluk tubuh Laili, me
pukul tiga shubuh. Dengan perlahan ia turun dari ranjang Laili, lalu keluar dari pintu sambung di
back
*