i di depan pintu dapur sambi
ang lebih cepat dari biasanya. Namun, yang lebih mengherankan dirinya
ujar Laili langsung naik ke l
a sama kamu? Kenapa
a hingga tersungkur di lantai," terang A
aki? Masa sih, Mas?" Rir
a dipanggil ke sekolah oleh wali kelasnya
utkan? Tahu sendiri wali murid jaman sekarang. Salah dikit aja
ditampar Laili, mantan Papa saat SMP,
Si S
ya, dunia ini
gapannya b
uk melaksanakan tugas rumah tangganya yang lain. Ada yang sakit di dadanya, melihat keakraban Arya dan Ririn. Sudah pastilah, dia juga cuma jadi yang kedua, pasti perasaa
dan juga Arya. Kakinya melangkah ke dapur untuk mencuci piring.
?" tanya Ririn
asem," jawab Arya sambil
up satu sachet gula tro****na untuk melengkapi teh khusus untuk Arya. Ia berjalan dengan pandangan lurus, tanpa senyum. Raut wajahnya juga dat
mau menyetrika di kamar bela
am lagi saat Dira bangun, tol
t kakinya masuk ke dalam ruang setrika. Ya Allah, kenapa sesakit ini? Jangan sampai aku jatuh cinta dengan s
ngin bertanya pada Laili, ada apa? tetapi ia urungkan. Nanti malam saja ia bicara dengan Laili. Ary
l menggendong bayi sepuluh bulan itu dengan kain batik panjang. Suasana hatinya yang beku, kini mencair saat memandang wajah menggemaskan Dira. Laili memilih menyuapi Dira d
h hari kehilangan sang ibu. Wajar saja jika emosinya naik turun. Ia takkan pernah menyesal menjodohkan Laili dengan suamin
g mama yang masig duduk di atas kursi roda mengha
dipakai untuk berjalan? Ingin sekali bisa melayani anak-anak dan suaminya dengan baik
nglah, Anes anak mandiri, tidak selalu harus dilayani keperluannya. Untuk makan d
in ke atas ya, di kamar sa
dak maka
bil menyunggingkan senyum yang dipaksakan. Ririn pun menga
rada di dalam kamarnya. Sedangkan Laili juga berada di kama
u
u
ni di depan pint
ang," sah
kamar, sambil membaw
apa,
a. Mau minta tolong Teh Laili, tapi T
ni mengerjakan PR, dia bisa mendampingi anak-anaknya. Ririn mengecek satu per satu PR Doni dan sangat di
inta tolong Teh Laili saja, bergantian d
ang harus ia lakukan agar kakinya bisa kembali lagi digerakkan? Terlalu larut dalam rasa sedihnya, Rir
sih dan segar kembali, Arya keluar kamar mandi, lalu memakai pakaian tidurnya. Sekali lagi ia
L
ebar. Ada Doni sedang tengkurap menyeles
hatinya masih saja sakit, bila mengingat Arya mampu tertawa bebas dengan istri sahnya. Laili bergegas turun, lalu menyiapkan maka
an. Saya
tangan Laili. Menariknya lem
a?" tanya A
k apa
an bo
i serepan, merangkap pembantu pula. Jika suatu hari saya menemu
lotot tajam. Darahn
.mmmm
at bibirnya. Ia tak paham bagaimana caranya berciuman. Susah payah ia mendorong tubuh Arya agar m
meninggalkan saya," bisik
u
mencium Laili
h, Papa,
*
ketahuan