pi lainnya di sebuah rumah sakit, agar kakinya bisa kembali digerakkan. Namun, sudah hampir sepuluh bulan berlatih, kakiny
ncoba, namun tetap kakinya tidak bisa digerakkan. Jangankan untuk ke kamar mandi, untuk menggeser kakinya saja ia terkada
keluar kamar mandi dengan tubuh segar dan harum samp
u habis mandi, segar," puji
n ke arah sang istri, lalu me
buka." Arya membuka handuknya,
jar Ririn sambil menutup kedua
Arya lagi sambil melepas kedua tangan sa
p.
u lembut, bahkan sangat lembut hingg
enar-benar ia tidak bisa memenuhi kebutuhan batin sang suami. Dengan tubuh telanjangnya, Arya mas
tuk dahulu sebelum membuka pintu kamar itu. Laili lari tunggang-langgang bagai melihat setan, bahkan ia melemparkan celana sant
ah keduanya pucat saat Laili memer
a tutup pint
li handuknya lalu memungut celana santai
begitu juga dengan baju kaus y
terbahak, apalagi kini ekspresi suaminya tengah meng
*
. Tangan dan kakinya gemetar. Pemandangan yang seharusnya tidak boleh ia
h!" gerutu Laili sambil m
kasar matanya. Merasa semakin tak tenang, Laili memutuskan
mperhatikan langkahnya, Lai
u
rjerembab di lantai jika tida
ya Arya sambil melepaskan pe
uci muka
a muka
yang saya liha
. jadi kamu
-i
selesai Ujia
ri lagi
pekan depan k
ya ringan melangkah naik ke lantai dua sambil membawa sepiring ubi rebus yang disediak
engdengkus kesal, ia terus saja menghentak-hentakkan k
*
ketiga anaknya. Pagi sekali, Laili sudah memasak air mandi untuk Nyonya Ririn, dilanjut dengan memandikan Dira, bayi sepuluh bulan Ny
a Ririn dan Arya yang sedang menyantap sarapan bihun goreng. Lail
n Arya ya,"
ja, Nya. Gak papa.
berangkat sama saya saja. Sayang, aku dulua
pas kepergian sang suami dengan calon madunya. Jika semua wanita sakit hati saat suaminya ingin menikah lagi, lai
tu yang terbersit di
iam saja?
gak kok
am? Udah jangan dipikirin, m
u
u
u
edak ludah
samb