a setelah tertidur selama dua jam, Axel
g disia
direnca
g kepalaku
tuh sesuatu di bawah ranj
letakkan di sana, beserta segel
pagimu
ikku. Aneh sekali kali ini dia melakukan pengecualian. Dia bahkan menyediakan pispot urinal wanit
h kembali. Ia masuk ke ruang bawah tanah dengan wajah berser
ol, lalu menyampirkan handuk ke bahuku s
da wajah tampan itu, penasa
yur tubuh dengan air. Aku tidak bisa menah
ingin tahu terlebih dahulu se
kau lakukan p
uatu yang spesial," ucapnya s
ubuhku masih tanpa pakaian sehelai p
an mandiku, lalu menge
tubuhku ke ranjang. Tangannya menjangkau b
!" Axel menyerahk
panku, gaun halus berbahan elastis yang menyesuaikan dengan bentuk tubuh sang pemakai, di sana juga te
an laki-laki, yang kutebak adalah pakaiannya sendiri, lalu
aanmu. Semua akan terjawab nanti.
dua ke tanganku. Sebuah sepatu sewarna gaun dengan heel setinggi sepuluh senti
tambahnya. Axel menarik kursi, du
uh. Axel bahkan tahu ukuran tubuhku tanpa memastikan terlebih dah
matutku dari atas sampai ke bawa
rikku keluar dari ruang bawah tanah itu. Melewati undakan tangga menuju ke lantai
up sampai ke paru-paruku, beberapa kali
g aku lakukan, ia menarik tanganku dengan cepat, ti
amis, senang sekali rasanya bisa menjejakkan kaki lagi ke
ngat ramai. Tenda-tenda pedangang kaki lima berjamur di mana-
tuh tersenggol oleh orang lewat, b
wati kami, dan diam-diam mencuri pandang pada Axe
l? Mungkin mereka berpikir seperti itu. Oh! Andai saja mereka tahu seperti ap
okan jalan, lalu memutar tubuhnya sehingga
" tunjuknya pada seora
i jas biru muda, ajak di
apnya tak
ah kita, kalau memang perlu, goda dia sedapat mungkin.
Apa maksud Axel orang itu adalah sasaran berika dia pikir aku wanita seperti apa?
dan marah. Tanpa sedikitpun bergeming dari te
?" tanyak
rlihatkan tulang selangkaku pada si pemuda. Belahan gaun
cepat, segera memb
!" ucapnya sambil
a tadi
erubahan mimiknya hanya fatamorgana, tetapi jelas sek
alam sekejap saja, roman pem
dia pasti tidak ingin aku men
bawa saja dia sendiri. Aku bukan wanita yang bisa menggoda la
ncengkeram bahuku sangat kuat. Menat
itu semua adalah salahmu. Karena kau sudah berani membantahku." Tang
an senyum semringah, balon merah tergenggam erat di jemari mungil itu. Bagaimana mungkin aku a
i balik jaket bajunya, mengancamku, dan
a menganggu
Axel sambil men
l menahan lenganku. "Jangan
ya diketahui, dan tidak ingin orang curiga
malam. Gugup, kutarik gaunku yang pendek. Aku menarik n