n dalam Lyra, menampilkan sed
, lagi menarik. Kulitnya mulus, seputih susu. Pinggangnya ramping dengan tubuh semampai bak biola. B
lam-dalam ke dada Lyra. "Dengan hati yang bu
denguk dari tenggorakan Lyra. Sesaat kemudian tubuh sekarat itu
. Sangat kasar, pria itu menarik pisau yang menancap di tubu
eninggalkan je
erbalik k
ya, gilirank
u, Manis,
aktu ia mendekat, pria itu mula
ata yang
annya sesaat, kemudian kembali
erit dulu, atau memohon-
ngan cepat," b
lalu tawanya membahana, me
elihat sinar di matamu meredup. Akan kutunjukkan cara mati y
pangg
belakang ia memiliki fitur indah. Te
ungkin aku memanggilmu
selera." Ia berjingkrak senang. "Aku bisa menjadi Kevin, David, Alan, atau nama-nama popul
berjongkok tepat di hadapanku. "Tapi baiklah! Kau adalah p
Axel." Embusan napasny
maku adal
l langsung mem
ak mau tahu siapa nama mangsaku
gangguk
ambil melepaskan b
sadis tanpa gentar sedikit pun. Mungkin aku hanya belum sadar a
sakit hati, betapa senangnya aku mendapat perlakuan manusiawi seperti ini
mangan intuisi membuatku kehilangan persepsi bahaya. Otakku merespon lamban, teruta
tagihan dengan membunuh, pria itu bercerita padaku dengan bangg
edua orang tu
adalah anak
Axel saat bercerita, tetapi entah
ena dia ditolak oleh semu
*
mobil bus menghantam tubuh sesosok remaja, kala kaki kecilnya
terbangun bersi
kik keputusasaan. Sakit. Kenangan men
ra sendu di sampin
temaram. Itu Axel. Pria itu bergeming bagai patung manekin. Duduk di lanta
mengusap keringat yang ham
yadari intensiku dengan meng
" Ia meniup lembut seolah mengusir duka lara yang tersirat dalam romanku.
ngis?" Axel membelai kep
dak pilu. "Mereka mem
apa
g tua
nap
ggal." Perasaan bersalah itu menceng
celakaan itu bukan
percaya. "Bagaiman
menyentuh bibirku. "Kau berbicara dalam tidur, bag
nya, andai saja ... aku ...." Tangisku pecah, berderai keras meruntuhkan pertahanan te
m kemarahan dan berlari menyeberang jalan saat itu, andai saja Lyr
n, berirama, membuatku merasa tak sendirian. Aku tenggelam dala
endosa ya
*
tanah hari itu, menyiksanya dengan meminta si tambun memohon untuk hidup. Bagai binatang, kedua tangan terikat sement
ek pada otakku. Mungkin perlah
ejolak mual, saat ia menatapku, aku membuang wajah, se
u tahu ia menangkap
h melihat keta
Axel terlihat tak tertarik, masih menutup rapat bilah
i sembuh, tetapi permohonan mereka untuk tetap hidup da
ia lakukan? Apakah hatinya sudah berubah menjadi batu? Atau aku
idur dan makanan yang cukup. Bahkan setiap satu kali se
amun, karena dia hanya melihat tanpa berbuat macam-macam, bahkan boleh dibilang
ami adalah sesama pria, tidak per
a aman, meskipun kadang
m ketagihan membunuh, Axel terli
, menceritakan tentang dirinya
disi biasa, aku mungkin
kin akan tergil
seperti model atau aktor t
at iri para pria dan mem
iri bagaimana rupanya, sangat
dari 6X kata "s
lam rupa malaikat. Dia