." Ia tertawa terbahak-bahak sampai
ku berpikir akan mati saat ini. Gemetar di seluruh tubu
adaku. Kukira ia akan berteriak lagi, tetapi tiba-tiba tangannya terul
rt." Sebelum akhirnya melangkah pergi un
ecil sebelum dimasukkan ke dalam kantung sampah besar. Setelah itu, Ax
Mataku terasa bengkak karena tangis berke
ganku untuk membuka ikatan di tangan kanan,
menjijikkan barusan. Aku mengabaikan Axel. Masih sesengg
pis, ia mulai membersihkan jejak darah. Menuangkan sebotol besar pem
ik dilema mendekam dalam bola mata besar Axel. Ia melangkah mendekat setelah selesai membersihkan lan
n, tetapi kadang sangat lembut dan sopan, seolah dia adalah koin dua sisi,
dua hari. Hanya memberi makan dan melihatku mandi, semua dil
adanya, sehingga hal itu mala
tian, tetapi andai saja kau berada di posisiku, setiap malam semua pembunuhan yang kusaksikan seperti kilas balik dalam
. Teramat banyak orang yang berjuang untuk hid
g dibunuh Axel, yang memohon untuk tetap bisa hidup, kala ajal tak bi
ati saat itu, merasakan trotoar dengan tubuhku. Entah aku harus senang atau sedih. B
pa
kanku hidup, setelah tatapan
*
i keluar dan larut malam baru kembali dengan membawa sebuah jam dindin
karang aku tahu jam berapa, ini membuatku merasa jauh lebih baik, tak kehilangan
. Lima belas menit kemudian pria itu keluar, rambut basah menambah pesona Axel, ia lal
abuh ke mana, menembus setiap partis
adang diselingi dengan kernyitan dalam di dahi berarti dia sedang merencanakan sesuatu yang jahat di o
menyentuh lenganku, aku te
t tanganmu terikat terus," ujarnya. Axel mendekat sambil mengurai ikatan tangan dan ka
ya. Axel lalu mengel
, tangan kiriku dibiarkan bebas bergerak. Rasanya tentu saja jauh lebih lega
mengeluarkan sebuah salep dari kantong bajunya dan mengoleskan pa
pnya tidak
a? Apa sayap malaikat
rencanakan ses
sangka. Axel meniup salep agar cepat m
aku berbuat begini karena sed
harus mengingatnya." Axel meletakkan tanganku hati-
lan-jalan." Axel lalu membalikkan
n-ja
ruang ini. Jantungku bertalu-talu. Meski sudah dibersihkan, bau darah seakan tak pernah meninggalka
takku. Jantungku berdegup kencang, tangan-tangan tak kasatmata memerangkapku dalam
, suara berdenguk si pria tambun, dan juga organ tubuh wanita seksi itu menghantuiku. Mereka semua mengulurkan t
erus berulang konstan
ing berdetak perlahan. Baru jam empat subuh. Rasa takut menjalar ke hatiku. T
uku suda
ya adalah jalan-jalan ke al
nya, aku berharap
aku ... i