mil
AMI DARI
ar
.D.Le
e st
ap! Dra
ah Sri dan Rena yang tadi amat ketakutan kini berubah c
gkah kaki, mudah-mudahan ada yang
ari dudukku dan me
t siapa yang datang. Semoga itu ora
a sendiri, diluar banyak binatang
emah karena demam dan luka di kakinya," sahutku. Lambaian tangan kuar
i. Aku hanya mengangguk, berbalik dan
upuk mata. Apakah salah kami hin
awesi. Kedatangan kami ke hutan lebat ini karena suatu ke
a kami bertiga yang terpisah dari rombongan. Itu pun
ena dapat imbasnya. Kami tersesat di dalam hutan
. Saat menoleh, dengan jarak sekitar dua puluh meter tegak seekor beruang madu yang siap menerka
a berbalik dan memukul beruang dengan panci dan peralatan masak serta tas yang kami bawa. Beruntun
i antara lebatnya hutan. Pepohonan besar dan tumbuh
hingga, samar-samar terlihat sebua
a bantuan. Walau sebenarnya ragu, di tengah
umah, tapi tak ada jawaban. Ternyata rumah pun tak terkunci dan tak
ta lainnya. Ini sudah hari ketiga, luka di kaki Sri menyebabkan infeksi dan Sri demam. Stok mie dan makanan insta
er dan lampu handphone. Itupun sudah ma
*
p! Dra
jelas. Ku percepat langkahku . Sepertiny
tara sedang berjalan mendekati gubuk kami.
ak, tolong
mua amat tampan. Wajah mereka bukan seperti warga pribumi pada umumnya. Mata mereka biru, hidung mereka mancung dan k
melihatku. Seolah menatap
.Tubuhku gemetar menahan malu karena me
rada di dalam hutan.
ya lebih tampan dari yang lain. Jika diperhatikan seperti
tersesat bersama dengan
yanya . Ia semakin dekat dan wajahnya terl
ata seraya menunjuk ke arah gubuk.Benar-bena
dis ini! bawa mereka ke baseca
andan!" seru m
dan Sri nampak amat terkejut sekaligus bahagia mendapat pertolong
a. Karena Rena pun juga lemah. Sedangkan aku memilih be
pun hanya diam tak bersuara. Cukup jauh kami b
tan dan senjata yang lengkap. Aneh bukan? Di dalam hutan selebat ini ada gedung yang luas dan punya se
Sri dan Rena. Tak menyangka jika di
ya sama seperti kami, tapi fisik mereka amat jauh dengan kami pada umumnya. Mereka semua bertubuh lebih tinggi, bermata
i teman secangkir susu coklat panas dan juga roti-roti dengan berbagai toping. Amat
nya masing-masing sehingga enggan bagiku untu
erat seseorang membuyarkan lamu
engganggumu, ya?
-silahkan, duduk,"
l sebuah bangku dan
at. Dia, pemimpin pasukan yang tadi menolongku. Ternyata ia
" ia mengulurk
," jawabku dan ku
k yang menjalar disekujur tubuh ku. R
natapku dengan lucu. Sempat tersenyum d
hatlah sejenak. Esok kami akan menganta
amar yang pasti membuatmu betah. Ang
h telah menolong
mau pingsan lihat senyumnya. Ah, seumur hidu
knya dan menatap wajahk
isa langsung tidur," katanya dan ia pun mel
*
menyisir semua ruangan. Ia tak henti berdecak kagum
erasa liburan di hotel bint
a ada sinyal," wajah
, kita foto
bertiga, nanti salah satu
tos aja itu,
akku. Kami mendekati
atu, dua, tiga," kami berse
sam