itelinga Diwana. Lagi, ia berdiri sepuluh meter dari so
Kali ini rindunya lebih
hu, tepat ketika tangannya membelai Biru, saat itu j
juga tahu, tepat ketika mulutnya berucap maka gadis itu akan lenyap nak asap meng
ang tahu. Halusinasi di mimpinya memang sangat parah sampai-sampai wajah perempuan asing itu
impi yang fana, hingga membuat hidup yang nyata t
dari samping. Hidungnya terpahat sempurna, bibirnya mengatup rapa
mimpinya selain kehadiran sosok Biru. Lautan itu kadang berwarna jingga dan kadang kekun
at Diwana rindu itu menyeruak lagi. Sungguh candu. Matanya terpe
erpaduan antara aroma woody yang misterius, citrus yang menyejukkan, dan disempurnakan arom
pan lebih banyak memori bersama gadisnya. Tunggu, memang segila itukah Diwa yang baru saja mengklaim Biru sebagai gadisny
Kak? Lebih serem dari sketsa yang kemaren, tau.
apa lo tolak? Lo diguna-guna setan yang
knya. Tanggapan Diwa hanya sebatas "Dia canti
ia katakan dengan kalem. Tapi kalau sedang kesal, akan ia k
ana begitu Biru tiba-tiba membuka mata
ngoklah...
iwa, Biru menoleh menatapnya
E
han saat perempuan itu tiba-
menangis di mimpinya. Namun justru tersenyu
i sana berkali-kali. Raut mukanya seakan berteriak "Aku tidak ba
kses mengacaukan mimpi dan menyadarkan Diwa yang tertidur di meja kerja dikamarnya. Matanya yang masih setengah terbuk
mah dan kantor cukup jauh, meninggalkan bunda dan sang adik dirumah. Tentu
hidup workaholicnya yang kian hari semakin parah saja. Entah k
ya sendiri dengan telapak tangan. Pening menjalar di kepa
ta. Kemeja yang ia kenakan dibiarkan basah karena terburu-buru. Ditambah mengendarai mobil f
nam pagi. Masih ada waktu dua jam untuk bersiap berangkat ke
dibaringkan barang sebentar. Tapi ini "Diwana Rajinbaikhatinan
ia hidup di lingkungan rumah sakit dengan hampir tidak bisa berbuat apa-apa alias bed rest hampir sepa
mudian, tanpa disadari ia seakan balas dendam pada
itu membuatnya mengusap wajah sedikit frustasi. Ia lelah, tentu. Otak dan jan
an seluruh manager divisi. Kemudian sore harinya ada beberapa berkas yang harus ia bahas bersama bosnya-Tama-dan h
kabur. Berusaha sekuat tenaga, ia memasukkan berkas-berkas di meja kedalam tas ke
n pecah berserakan di lantai. Kepalanya mendadak terasa berat bahkan hanya untuk mendongak dan men
rasanya seperti ra
-